"Menebak isi hatimu sama halnya dengan menyusun puzzle yang berserakan dan acak. Sulit dan butuh upaya yang maksimal."
"Haduhh kesel deh""Ngapain sih Ra? Ga capek apa ngeluh mulu daritadi?"
Bagi Zara, bukan hari pertama di sekolah saja yang membuat batin dan fisiknya lelah, melainkan semua hari yang ia lalui di sekolah mampu meningkatkan emosinya tahap demi tahap.
Bagaimana tidak? Rasanya semua yang dikerjakan gadis itu tidak pernah benar di mata kakak-kakak seniornya. Hal itu membuat ia mendapat hukuman hampir setiap hari.
Seperti kali ini, ia dan Meme mendapat hukuman yang cukup merepotkan. Mereka harus membantu petugas perpustakaan untuk menata dan menempatkan buku sesuai kode yang tertempel dalam sampulnya.
Hal tersebut tentunya membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang mumpuni. Sesuatu yang 'sangat' berkebalikan dengan Zara. Ia tidak suka hal-hal yang memakan waktu lama.
"Daripada kayak gini, mending deh aku disuruh lari keliling lapangan. Cepet selesai."
"Itu udah mainstream kali, lo ga inget apa yang ketua osis kita bilang?"
"Engga."
"Hadehh. Lagian yang lo inget mah cuman si Jimmy oh Jimmy doang."
"Jimin kalii Mee. Nyebutin nama suami temen harus bener, ih!"
"Yhaa serah lo aja dah. Gue yang waras ngalah aja."
"Eh emang apa kata ketua osis?"
"Hukuman yang dikasih buat peserta MOS itu harus mendidik. Kita dikasih hukuman ini biar melatih kesabaran. Bukannya ngeluh mulu."
"Bukan melatih kesabaran ini mah memancing emosi."
Rupanya, suara Zara dan Meme cukup terdengar di ruangan perpustakan yang sunyi ini, hingga mendatangkan seseorang yang tidak diharapkan kehadirannya oleh Zara.
"Mau ditambah lagi hukumannya?", nada dan suara dingin yang menjadi khasnya mampu membuat siapa saja membeku, tak terkecuali dua gadis ini.
"Loh.. Kakak udah lama di sini? Kok kita nggak tau sih?", ucap Meme polos sembari mencairkan kebekuan di antara mereka bertiga.
"Duh dia lagi", keluh Zara yang sengaja memperdengarkan ucapannya.
"Cepet selesaikan atau kalian mau hukumannya ditambah!", tegasnya sambil berlalu begitu saja.
*****
Sekelompok cowok-cowok yang terkenal di kalangan kaum hawa tengah berkumpul. Salah satunya, seseorang yang terkenal dengan sikap acuh tak acuhnya. Siapa lagi kalau bukan Angga Aldi Yunanda.
Sudah banyak kaum hawa kecewa karena perlakuannya yang dianggap 'tidak normal' oleh teman-teman di sekitarnya.
Mulai dari gadis culun hingga populer pun pernah menyatakan perasaan padanya. Namun, tak ada satupun yang mampu memikat hatinya.
Bahkan ada rumor yang menyebar kalau cowok itu tidak 'tertarik' dengan lawan jenis. Entah mengenai kebenarannya tidak ada yang tau, karena ia pun tidak pernah berusaha membantahnya. Hal itulah yang sering dijadikan bahan ledekan oleh teman-teman kepadanya.
"Lo udah nyaring anak baru yang bisa digebet?", tanya cowok beralis tebal yang dicap 'buaya' oleh seluruh murid di sekolah. Rama, nama singkatnya.
"Ram Ram. Lo kapan tobatnya? Masih ga kapok aja abis disiram kuah soto sama Bella."
"Halah lo jangan sok munafik deh, Al. Diem-diem pepet sana sini aje."
"Eh guys, gue nemu cewek bening yang mirip artis korea masa."
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL YOU?
Teen FictionKetika perasaan asing mulai hadir, mampukah 'kamu' dan 'aku' melebur menjadi kita seutuhnya?