"Kamu itu abu-abu. Tak hitam dan tak putih. Lantas, bagaimanakah agar aku mampu mengubah warnamu?"
'Apa gue keterlaluan ya?'Cowok yang terlihat acuh tak acuh dari luar inipun bertanya pada dirinya sendiri. Berkali tak memperoleh jawaban, berkali pun ia menanyakan pertanyaan yang sama dalam benaknya. Aneh? Memang.
"Lo ngapain sih bengong aja? Kesambet baru tau rasa lo.", ucap Rama yang tiba-tiba datang tanpa permisi.
"Tau Adhisty dimana gak?", tanya Angga frontal, tanpa basa-basi.
"Tumben lo nyari cewek. Lah bukannya dia 'tanggungjawab' lo? Malah nanya gue lagi. "
"MOS udah selesai. Gue udah lepas tugas jadi pengawas. Serius, lo tau nggak dia dimana?"
"Ashiap kakak Angga jutek amat sih. Gue liat dia tadi di kantin sih. Banyak yang godain. Cakep emang."
Tanpa membalas pernyataan dari Rama. Angga justru melewati Rama begitu saja. Tanpa ucapan terimakasih. Tidak tau diri memang.
*****
Seluruh kantin sudah ia telusuri, matanya pun sudah menjelajahi satu persatu penghuni kantin demi mencari satu gadis di benaknya. Adhisty Zara.
Dia merasa menyesal telah melontarkan kata-kata pahit pada adik kelasnya yang polos itu. Sebenarnya, ia juga tak mengerti kenapa mulutnya bisa begitu pedas.
Mungkin sebuah dosa yang patut ia tanggung, kini ia sibuk mencari gadis itu dengan mengelilingi kantin lebih dari dua kali.
Deg.
Dari jarak beberapa meter, ia menemukan gadis dengan rambut yang digulung ke atas dan menyisakan beberapa helainya. Ciri khas gadis itu.
Gadis itu sedang bergurau dengan beberapa teman di sampingnya sembari melukiskan senyum yang lebih dari manis. Sesekali ia menyelipkan helai rambut yang mengganggu pandangannya ke belakang telinga.
Ceria. Itulah cerminan gadis yang sudah ia renggut senyumnya beberapa hari lalu.
Seketika, cowok itu terdiam. Sibuk memandangi gadis yang masih belum sadar akan kehadirannya.
"Cantik.", ucapnya tanpa sadar, dengan senyum yang reflek begitu saja tanpa rencana.
Tanpa sadar, cowok itu kehilangan fokusnya.
Langkah demi langkah ia pijakkan hingga jarak mereka berdua kian dekat. Zara yang menyadari keberadaan Angga pun sedikit terkejut dan lebih banyak sebalnya.
Gadis itu berpura-pura mengobrol dengan temannya dan tak menganggap kehadiran cowok yang telah mendorongnya ke lubang kekecewaan yang cukup dalam.
"Adhisty Zara?"
Gadis itu masih berpura-pura asik dengan dunianya sendiri. Sengaja mengabaikan panggilan dari cowok di depannya.
"Zara? Gue mau ngomong sama lo."
Gadis yang sudah muak dengan kakak kelas di depannya ini benar-benar ingin menghilang sekarang juga. Ia sudah terlalu lelah.
"Apa? Masih belum puas ngomongnya yang waktu itu?"
"Bukan gitu, Zara. Gue cuman mau ngelurusin masalah waktu itu. Ikut gue bentar yuk, bentar doang kok."
"Cuma mau ngomong kan? Di sini aja bisa."
"Gabisa. Ini masalah tentang kita..."
"Kenapa? Kakak malu kalau semua anak di sini tau gimana kakak sebenernya? Kakak yang selalu diidolakan banyak orang, tapi... Eh, perlu jaga image dong ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL YOU?
Teen FictionKetika perasaan asing mulai hadir, mampukah 'kamu' dan 'aku' melebur menjadi kita seutuhnya?