"Aku berharap, kamu adalah segala keajaiban yang mampu mematahkan semua lukaku. Baik hari ini, esok, maupun yang akan datang."
"Kyl?"
"Hmm"
"Kyl ih jawab yang bener!"
"Apaan sih rese banget."
"Mau nanya nih"
"Yauda sok. Kebanyakan omong nih."
"Tanda-tanda orang jatuh cinta tuh gimana si?"
"Iyadeh tau yang tadi mesra-mesraan di depan rumah. Kaga tau tempat lo emang."
"Ihh apa sihh. Jawab aja napa. Eh iya lupa kan situ kaga pernah jatuh cinta. Fix, salah nanya."
"Dih bacot."
Kyla yang notabenenya merupakan kakak perempuan Zara memang memiliki sikap yang jutek. Berbeda dengan Zara yang cenderung 'banyak omong'. Memiliki sikap yang berkebalikan, membuat keduanya sering 'baku hantam' satu sama lain. Apalagi jarak usia mereka hanya selisih satu tahun. Alih-alih memanggil 'kakak' dan 'adik', mereka justru berlaku seperti teman sepantaran.
*****
Alunan lagu BTS - Magic Shop kini memenuhi seluruh isi kamar gadis yang tengah memakai sweater pink oversize, siapa lagi jika bukan Zara. Sembari mendengar lagu favoritnya, sesekali gadis itu tersenyum mengingat perlakuan Angga kepadanya. Dia benar-benar heran, bagaimana bisa seseorang dapat berlaku manis sekaligus menyebalkan. Semakin dipikir lebih dalam, ia semakin jatuh dalam pesona lelaki itu.
Tidak berselang lama, ia kembali menemukan objek yang sempat membuat konflik antara dia dan Angga. Yap, tak lain adalah buku diary warna kuning. Secara reflek, ia membuka kembali memori yang seharusnya sudah ia buang jauh-jauh hari.
I'll say my last goodbye
Ia terhenti sejenak saat membaca kalimat tersebut. Sakit. Tidak ada kata lain yang lebih mewakili perasaannya daripada itu.
Sosok wajah yang telah lama tidak pernah dilihatnya pun muncul begitu saja dalam benaknya. Tanpa meminta permisi pada sang tuan. Persis seperti tamu yang tidak tahu diri.
Tiba-tiba air bening jatuh tanpa diminta. Membasahi kelopak mata gadis itu. Seharusnya ia tidak pernah mengulas masa lalu kelamnya. Sosok yang sempat muncul tadi, kembali membuat lubang gelap di hati gadis yang masih belum mampu menutup semua lubang lukanya dengan sempurna.
Ddrrtt ddrrrtt....
Ddrrtt ddrrrtt....
Ddrrtt ddrrrtt....Mungkin, ia harus bersyukur karena panggilan telepon yang datang membuatnya teralih dari pikiran yang mengantahberantah.
Ia lebih bersyukur lagi ketika tahu bahwa yang menelponnya adalah Angga, lelaki yang mungkin akan membantunya menutup semua lubang luka di hati. Ia berharap seperti itu.
"Halo?"
"Zara? Ini kamu?"
"Bukan. Yailah siapa lagi, Kak."
"Kok tumben banget lempeng suara kamu. Biasanya ngegas-ngegas-cempreng gitu."
"Ih. Ngeledek mulu. Aku tutup nih teleponnya."
"Eh eh, tega banget. Baru juga satu detik nelpon. Kamu di rumah ini?"
"Dih satu detik darimananya? Iya, di rumah. Ada perlu apa kok tiba-tiba nelpon?"
"Lah, emang aku harus ada perlu ya buat bisa nelpon kamu?"
"Yamasa tiba-tiba nelpon gaada tujuan gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL YOU?
Fiksi RemajaKetika perasaan asing mulai hadir, mampukah 'kamu' dan 'aku' melebur menjadi kita seutuhnya?