30

620 63 15
                                    

Satu bulan kemudian ....

"Pagi, Mia." Rizki duduk di samping Mia yang sedang mengenakan headphone seraya membaca buku kumpulan soal SBMPTN. Sekarang Mia dan Rizki bisa dengan mudah satu bus, karena keduanya sudah memiliki kontak satu sama lain, sehingga keduanya dapat janjian terlebih dahulu agar bisa satu bus.

"Pagi, Kak Rizki." Mia membalas sapaan tetapi headphone masih terpasang di telinganya. Sebenarnya ia tidak sedang mendengarkan lagu apa pun.

"Sepertinya kumpulan soal itu lebih menarik daripada aku, ya?" Rizki melepaskan headphone yang dipakai Mia.

"Iya, memang ini lebih menarik, daripada Kak Rizki." Mia melirik Rizki sekilas, dan tangannya mulai menggapai headphone yang diangkat tinggi-tinggi oleh Rizki.

"Jadi aku sudah tidak menarik lagi?" Rizki tidak membiarkan Mia mendapatkan headphone-nya kembali dengan mudah.

"Emang." Mia memasang wajah kesalnya.

"Selamat pagi, Pak." Seseorang yang baru saja menaiki bus langsung menyapa Rizki sambil tersenyum. Mia sudah bisa menebak siapa cewek itu. Pasti murid les privat-nya Rizki.

Cewek itu langsung duduk di kursi seberang Rizki. Sekarang Mia sudah mendapatkan headphone-nya kembali karena Rizki lengah. Mia memperhatikan bagaimana cewek itu menatap Rizki.

Mia mendesah saat melihat Rizki yang melemparkan senyum pada cewek di seberang.

"Pak, hari ini cerah, ya?" Ucap cewek itu kembali. Dan Rizki mengangguk ramah.

"Tau, gak, Pak, kenapa hari ini cerah?" Cerocos cewek itu. Pusat perhatian cewek itu benar-benar tertuju pada Rizki seorang.

Mia melemparkan headpohone ke pangkuannya. Tidak berniat memakainya lagi.

Rizki menggeleng pada cewek di seberang kursi.

"Karena hari ini saya melihat senyuman Pak Rizki khusus untuk saya." Cewek itu tersenyum genit. Ia tertunduk malu-malu kucing.

Bibir Mia berkedut, geli. Ia tidak tahu, harus marah atau tertawa. Tiba-tiba saja muncul ide jail di pikiran Mia.

"Sayang, katanya kamu tidak sempat sarapan hari ini. Nih, aku bawa roti tawar kesukaan kamu." Mia jelas tidak senang melihat Rizki digoda oleh cewek lain. Mia mengeluarkan roti tawar di kotak makannya. Ia segera menyuapi Rizki, dan Rizki pun tidak menolak. Mia menyuapi Rizki dengan kasar, matanya terus teruju pada cewek di seberang kursi. Ia menjejali mulut Rizki hingga penuh.

Seketika, cewek itu langsung diam dan memalingkan muka. Beberapa detik kemudian cewek itu bangkit lalu berpindah tempat duduk.

"Kamu cemburu?" Tanya Rizki pada Mia yang sudah berhenti menyuapinya.

"Iya, gue cemburu. Kenapa, hah?" Mia langsung menutup kembali bekal makanannya.

"Aku senang kamu cemburu." Rizki tersenyum lalu mengacak-acak rambut Mia yang terikat sebagian.

"Enggak ada yang nanya!" Mia memalingkan wajahnya. Bibirnya maju beberapa senti.

"Kenapa cewek jadi jual mahal saat ketahuan sudah menyukai cowok? Ya, seperti kamu. Padahal dulu kamu cerewet sekali, tidak pernah sok jual mahal seperti ini."

"Rizki!" Mia memasang wajah cemberut. Mia rasanya ingin mencakar wajah Rizki saat itu juga, tetapi cowok itu sudah bangkit dan membawa tasnya.

"Bagaimana dengan lombanya, apa pengumumannya sudah ada?" Rizki mengalihkan pembicaraan. Ia membuat Mia menatap ke arahnya lagi.

30 MinutesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang