Beberapa bulan kemudian....
Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi Mia. Hari perpisahannya di sekolah. Mia memakai kebaya berwarna ungu muda dengan rambutnya yang tergerai. Polesan make-up tipis menghiasi wajahnya yang terlihat semakin cantik.
Mia beriringan bersama Dena, keduanya tampak sangat dekat satu sama lain. Mia benar-benar senang dengan hari ini. Selain karena Mia sudah dinyatakan lulus, ia juga mendapatkan pernghargaan sebagai sepuluh besar murid yang mendapatkan nilai UN terbaik di sekolah. Selain itu juga, Mia mendapatkan penghargaan karena berhasil menyabet Bronze Award kategori pendatang baru saat mengikuti lomba UOB Painting of the Year.
Sebenarnya, Mia merasa ada yang kurang hari ini. Entah bagaimana bisa, Rizki jadi tidak bisa dihubungi sama sekali. Sudah hampir seminggu ini ia tidak berinteraksi dengan cowok itu. Baik tatap muka maupun secara online.
"Miauw, lo makin kinclong aja, deh." Bayu menyenggol bahu Mia. Hampir saja Mia terjatuh karena Bayu terlalu kencang menyenggol bahunya.
"Maaf-maaf, Miauw. Gue enggak sengaja." Bayu tertawa. Pandangannya lalu beralih pada Dena yang juga tampak anggun dengan dress kebaya panjangnya. Bayu segera mengulurkan tangannya, dan mencium tangan Dena. "Apa kabar Tante? Tante juga makin cantik, deh."
"Baik, Nak Bayu." Dena mengangkat kedua ujung bibirnya.
Dari kejauhan belasan meter, Rusdan, Renita dan Rachel tampak duduk memperhatikan Dena dan Mia. Seketika, Dena sadar kalau dirinya sedang diperhatikan oleh mantan suaminya. Entah, Dena merasa sangat bahagia setelah berpisah dari Rusdan. Tidak akan ada lagi penderitaan yang akan dialaminya lagi.
"Cowok bus itu mana? Dia enggak nemenin lo?" Tanya Bayu menatap ke belakang Mia. Mungkin saja bersembunyi di balik punggung Mia, meski hal itu tidak akan mungkin terjadi.
Mia menggeleng seraya mengangkat kedua bahunya. Tidak tahu. Mungkin Rizki menghilang ditelan bumi.
Mata Mia menangkap Rusdan yang bergerak ke arahnya. Mia sedikit was-was, takut ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi di sini.
Benar saja, Rusdan memang berjalan ke arah Mia juga Dena.
Rusdan berdeham, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia mengulurkan tangannya pada putrinya, "Mia selamat ya atas kelulusan kamu."
"Ya, Ayah." Mia menyambut tangan Rusdan seraya memaksakan senyum.
Pandangan Rusdan beralih pada Dena yang sedang memalingkan wajah, "Dena, aku ikut berbahagia, ya. Aku berharap kamu tidak akan pindah rumah."
Dena melirik sekilas pada Rusdan, "Setelah Mia kuliah, aku akan pindah dan menjual rumah itu."
"Tetapi rumah itu memiliki banyak kenangan di hidup kamu. Tidak seharusnya kamu menjual rumah itu." Rusdan menggeleng.
Bayu yang berada di lingkaran keluarga tersebut langsung menarik diri untuk menjauh. Ia tidak mau mencampuri urusan orang lain.
"Kenangan dari mana? Sudahlah, sekarang Mas bukan siapa-siapanya Dena lagi. Sebaiknya Mas urus saja keluarga tersayangmu itu." Dena menatap Rusdan, tidak ada ekspresi hangat di dalamnya. Hanya kebencian terpendam yang terpancar.
Rusdah mengalihkan pandangannya pada Mia kembali, "Maaf atas kesalahan Ayah dan keluarga Ayah, ya."
Mia tidak menjawab, ia mengangguk sambil tersenyum.
Tanpa disangka Mia sebelumnya, tiba-tiba saja Rusdan memeluk Mia. Pria paruh bayu tersebut menahan isakannya. Matanya tampak panas dan mengeluarkan air mata.
"Mia sudah memaafkan Ayah, Mia sayang Ayah." Mia balas memeluk Rusdan.
Baik atau buruk, bagaimana pun juga Rusdan merupakan ayahnya. Dan Mia tidak bisa secara mutlak membenci Rusdan.
== N E X T ==
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Minutes
Teen FictionPernah naik bus? Terus ketemu orang baik yang rela berdiri supaya kita bisa duduk? Apakah kamu akan jatuh cinta pada orang baik tersebut? Mungkin kamu akan jatuh cinta pada kebaikannya. Inilah kisah Mia dan Rizki yang bertemu di dalam bus.