#7

4.2K 128 1
                                    

Setelah jam pelajaran selesai, Anna segera bergegas menuju halaman belakang kampusnya, untuk beristirahat sejenak, dan sekedar menikmati udara di sana, yang cukup sejuk. Ya, udara di sana memanglah sejuk, meski pada siang hari sekali pun, karena di sana ditumbuhi oleh pepohonan yang tinggi, dan juga rindang.

Anna pun menghela nafasnya, dan mendudukkan tubuhnya di atas rerumputan, lalu ia meluruskan kedua kakinya dan menikmati angin yang berhembus, dan menerpa wajahnya.

"Hey!"

Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang tak asing baginya, dengan cepat ia menoleh ke arah sumber, dan dilihatnya Marcel yang sedang duduk di sebelahnya.

Ia pun langsung memutar bola matanya, dan mengalihkan pandangannya dari Marcel, sedangkan Marcel tak menyadari hal tersebut.

"Oh ya Na, aku ke sini untuk memberitahu mu, soal kabar gembira" katanya dengan raut wajah yang terlihat begitu ceria.

"Kabar apa?" tanya Anna dengan datar tanpa menoleh kearahnya.

"Begini Na, tadi malam aku mencari artikel di google, tentang cara membunuh Dracula. . ."

Belum selesai Marcel bercerita, namun Anna sudah memotong ucapannya dan menoleh ke arahnya, "Apa? Membunuh Dracula?", ucapnya yang mengulangi ucapannya Marcel.

Dengan cepat Marcel pun menggangguk, "Iya, dan caranya ternyata tidak terlalu sulit. Hanya dengan menusuk jantungnya, dengan kayu yang sudah diruncingkan, lalu setelah itu kepalanya dipenggal, dan dikubur secara terpisah dengan badannya. Dan satu lagi, pakaiannya harus dipaku ketanah, agar ia tidak bisa bangkit lagi", jelasnya.

Mendengar penjelasannya Marcel, membuat Anna langsung mendadak jadi patung, dan terdiam seribu bahasa. Ia tidak bisa membayangkan, jika Marcel benar-benar, sampai berhasil membunuh Count.

"Nah, sekarang kau tinggal memberitahuku, di mana kastil tempat makhluk itu tinggal" sambungnya.

Anna menghela nafasnya dengan kasar dan menatap ke depan, "Aku tidak tahu di mana letak kastil itu, karena Count sendiri yang membawaku ke kastilnya. Dan lagipula, jika aku tahu di mana letak kastil itu, aku tidak akan memberitahumu", ujarnya.

Marcel yang mendengarnya tentu saja sangat terkejut, "Memangnya kenapa Na? Apa karena ia adalah makhluk kegelapan kesukaanmu? Atau jangan-jangan. . ." dengan sengaja Marcel memotong ucapannya, dan menatap Anna dengan dalam.

"Aku tak ingin kau membunuhnya, Marcel! Ia adalah satu-satunya Dracula yang ada di dunia ini, dan ia adalah Raja Kegelapan, kau tak mungkin bisa membunuhnya dengan cara itu" cetus Anna dengan nada suara yang tinggi, dan menatap Marcel dengan dalam.

Namun Marcel malah tertawa, "Kita lihat saja nanti, aku yang akan cari sendiri alamat makhluk itu" seringainya.

Tapi Anna hanya terdiam dan menggelengkan kepalanya. Saat ini, ia benar-benar takut, kalau Marcel sampai menemukan alamat kastilnya Count, dan datang kesana untuk membunuhnya. Meskipun Anna ingin  terbebas dari Count, tapi ia tetap tak ingin jika Count terluka, apalagi jika sampai terbunuh.






**************************






Kini waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dan seperti biasa, kini Anna tengah berdiri di dekat jendela kamarnya, dan menunggu kedatangan seseorang, yang merupakan Pangeran Kegelapan, yaitu Gabriel, sang Vampire yang diutus oleh Count Dracula, untuk menjaga dan mengawasi Anna, selama ia berada di rumahnya.

Sebenarnya, ia sudah merasa kantuk sejak selesai makan malam tadi, dan tidak biasanya ia seperti itu. Namun ia tetap memaksakan diri untuk tetap terjaga, agar ia dapat bertemu, dan mengobrol dengan Gabriel malam ini.

"Kenapa ia belum datang juga?" gumamnya yang kemudian menguap kembali. Memang tak dapat dipungkiri, karena kini matanya sudah terasa begitu lelah, dan meminta untuk segera dipejamkan.

Lalu ia berjalan ke tempat tidurnya, dan mendudukkan tubuhnya di sana. Karena matanya terasa semakin berat, ia pun memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak, sambil menunggu kedatangannya Gabriel, dan lagipula ia berpikir kalau ia tak akan ketiduran.

Beberapa menit telah berlalu, dan Anna sudah mulai masuk ke dalam alam mimpinya. Tapi tanpa ia ketahui, seorang pria, sedang memperhatikannya dari jendela kamarnya.

"Rupanya ia sudah tertidur" gumam pria tersebut, yang merupakan Gabriel.

Kemudian ia melompat dari jendela, dan masuk ke dalam kamarnya Anna. Lalu ia berjalan dan berdiri di dekat tempat tidurnya Anna, dan memperhatikan si pemilik kamar tersebut, yang sedang tertidur dengan posisi duduk.

Melihat hal tersebut, malah membuat Gabriel tertawa pelan. Lalu dengan hati-hati, ia mendorong tubuhnya Anna dengan perlahan, dan menjatuhkannya ke atas kasur. Kemudian ia menarik selimut, dan menutupi tubuhnya Anna.

Karena memang berniat, untuk mengobrol dengan Gabriel, Anna pun terbangun dari tidurnya, dan terperanjat saat melihat makhluk itu, yang tengah berdiri di dekatnya.

"Ternyata kau sudah datang" ucapnya sambil mendudukkan tubuhnya di atas kasur.

"Kenapa bangun? Jika kau mengantuk, tidur saja, aku tak akan mengganggumu" ujar Gabriel.

Namun Anna malah menggelengkan kepalanya, "Tidak mau, tidurnya bisa nanti saja, karena ada yang lebih penting dari itu", ucapnya.

"Oh ya? Apa?" tanya Gabriel, sambil mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur.

Perlahan Anna menarik nafasnya dengan panjang, dan membuangnya perlahan, "Tadi temanku mengatakan, kalau ia sudah tahu cara membunuh vampire, dan ia memaksaku untuk memberitahunya, tentang alamat kastilnya Count" jelasnya.

"Lalu?" tanya Gabriel yang terlihat penasaran, sambil menaikkan satu alisnya.

"Aku bilang, aku tidak tahu, karena Count sendiri yang membawaku ke kastilnya. Namun ia malah mengatakan, kalau ia akan mencari sendiri alamat kastilnya Count" sambungnya.

Namun Gabriel malah tertawa geli, seakan apa yang baru saja Anna katakan, adalah sebuah lelucon, yang menggelitik perutnya. Sedangkan Anna yang melihatnya, tentu saja menjadi bingung.

"Kenapa kau malah tertawa?" tanyanya sambil mengernyitkan dahinya.

"Temanmu itu sangat lucu, Anna. Memangnya ada yang tahu, di mana alamat kastilnya Count" jawab Gabriel yang masih saja tertawa.

Anna pun langsung terdiam, ia baru teringat, kalau tidak ada satu pun, yang mengetahui di mana alamat kastilnya Count.

"Jadi temanku itu tidak bisa datang kekastilnya Count?" tanyanya.

Dengan cepat Gabriel menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak bisa, terkecuali. . ."












To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang