Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam, dan seperti malam-malam sebelumnya, saat ini Anna sedang berdiri di dekat jendela kamarnya, dan menatap keluar jendela, memperhatikan langit malam yang gelap namun indah.
Sedangkan otaknya tak bisa berhenti, memikirkan Count sejak kemarin, bahkan kini ia jadi semakin ingin menemui Count, dan mengatakan padanya secara langsung, kalau ia sedang berada dalam bahaya. Meskipun Gabriel sudah memperingatinya, untuk jangan gegabah dan jangan terburu-buru, tapi tetap saja ia ingin pergi ke purinya Count secepatnya. Mungkin jika bisa, ia akan pergi malam ini juga, tapi tentu saja tidak mungkin.
Ia pun menghela nafasnya dengan kasar dan menggigit bibirnya. Memikirkan hal tersebut, membuatnya menjadi gelisah. Lalu ia berjalan ke arah nakas, dan mengambil ponselnya, yang ia letakkan di atas sana. Kemudian ia membuka layar ponselnya, dan segera memesan sebuah tiket perjalanan menuju Rumania.
Setelah selesai, ia menaruh ponselnya kembali di atas nakas, dan merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Lalu ia terdiam sambil menatap langit-langit kamarnya. Namun tiba-tiba, ia teringat pada kejadian-kejadian yang mengerikan, yang ia alami selama berada di puri tua milik Count. Dan jika mengingatnya, membuatnya jadi tak ingin untuk kembali ke sana, karena ia tak ingin lagi mengalami kejadian-kejadian mengerikan itu. Tapi ia merasa, akan terus-menerus gelisah, bila ia tak secepatnya ke sana, dan bisa saja Marcel benar-benar menemui Count, dan membunuhnya.
Dengan cepat Anna menggelengkan kepalanya dan memeluk gulingnya. Sepertinya, ia harus membelakangkan rasa takutnya dulu, karena baginya saat ini yang terpenting, adalah keselamatannya Count. Memang terdengar sangat lucu, atau mungkin bisa dibilang konyol. Karena seorang manusia, mengkhawatirkan keselamatan seorang makhluk, yang merupakan Raja dari Kegelapan. Tapi itulah yang Anna rasakan saat ini, ia akan merasa sangat bersalah, jika Count sampai benar-benar terbunuh oleh Marcel.
Perlahan, rasa kantuknya pun mulai datang hingga membuatnya menguap, tapi ia tak ingin tidur dulu sebelum Gabriel datang, karena ia ingin menyuruh Gabriel untuk mengatakan pada Count, kalau ia akan datang ke purinya Count pada esok hari. Namun sampai saat ini, Gabriel belum juga datang, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 lebih 40 menit, dan tak biasanya ia seperti itu.
"Apa Gabriel marah padaku?" batinnya, sambil melirik ke arah jendela kamarnya, yang memang sengaja belum ia tutup.
Anna terus saja memaksakan dirinya untuk tetap terjaga, namun ia kembali menguap, dan matanya terasa mulai berat, dan tak tertahankan lagi. Lalu ia menghela nafasnya, dan menarik selimut untuk menyelimuti tubuhnya, dan ia berkata dalam hati, "Count, aku akan datang menemuimu pada esok hari, bersiaplah untuk menjemputku. Aku siap, untuk menempuh perjalanan, yang mengerikan menuju purimu, asalkan aku bisa bertemu denganmu secepatnya".
Dan kemudian, ia mulai memejamkan kedua matanya, dan dengan cepatnya ia terlelap begitu saja.
***********************
Hari ini adalah hari Minggu, dan kampusnya Anna tentu saja libur.
"Aku langsung berangkat untuk hunting foto ya" ujar Axell sambil bangkit dari kursinya, dan berjalan menghampiri Anna, yang baru saja selesai menyantap sarapannya.
"Iya, kau hati-hati ya", Anna menggangguk sambil menatap wajahnya Axell. Lalu ia teringat kalau pagi ini, mungkin akan menjadi terakhir kalinya, ia berjumpa dengan kakaknya itu, karena hari ini ia akan berangkat ke Rumania. Kemudian ia segera bangkit dari kursinya, dan memeluk Axell dengan begitu erat, seakan tak ingin melepaskannya, "Aku akan sangat merindukanmu, Axell", sambungnya.
Axell yang mendengarnya pun, tentu saja menjadi bingung, hingga dahinya jadi mengerut, "Kau kenapa sayang? Seperti aku hendak pergi jauh saja" ucapnya.
Dengan cepat, Anna melepaskan pelukannya dan menatap Axell, lalu ia tersenyum lembut, dan berkata, "Tidak apa-apa, hanya saja aku merasa akan sangat merindukanmu, meski kau hanya akan pergi selama beberapa jam saja".
Mendengar apa yang baru saja adiknya katakan, membuat Axell jadi tertawa pelan, dan mengacak rambutnya Anna, "Adikku yang sangat manja, kita masih akan bertemu lagi nanti siang. Dan lagipula, nanti malam rencananya, aku ingin mengajakmu untuk makan malam di luar. Sudah lama kita tidak melakukannya bukan?" ujar Axell sambil menaikkan satu alisnya.
Anna pun langsung terdiam sejenak, jantungnya seakan berhenti berdetak, kedua lututnya pun kini terasa begitu lemas. Lalu dengan cepat, ia mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan sebuah senyuman walau nyatanya terpaksa, "Benar, dan aku begitu merindukan hal tersebut" ucapnya.
Sebuah senyuman terukir diwajahnya Axell, lalu ia mengacak rambutnya Anna dengan gemas, "Kalau begitu, nanti malam kita makan di luar, oke?", katanya.
"Okay kapten!" jawab Anna dengan sedikit lantang.
"Ya sudah, aku berangkat dulu ya" ujar Axell sambil tersenyum.
Namun dengan cepat Anna memeluknya kembali, sehingga membuatnya terkejut. Kemudian ia berkata, "Biarkan aku memelukmu seperti ini, untuk beberapa saat".
Tapi Axell hanya terdiam, dan membalas pelukan adiknya. Sebenarnya ia bingung, mengapa pagi ini sikapnya Anna sedikit aneh, seakan ingin pergi jauh dan sangat lama. Sedangkan Anna segera memejamkan kedua matanya, dan menyembunyikan wajahnya didada bidangnya Axell, lalu dihirupnya aroma tubuhnya Axell yang begitu khas.
Setelah beberapa menit, Anna mulai melonggarkan pelukannya, dan mengangkat kepalanya untuk menatap kakaknya. Namun Axell malah semakin bingung, dan mengerutkan dahinya.
"Kau baik-baik saja kan? Atau kau sedang merasa tak enak badan?" tanya Axell, yang kemudian memegang dahinya Anna, untuk mengecek suhu tubuhnya.
Anna pun menggeleng pelan, dan mengembangkan sebuah senyuman, "Tentu saja, aku baik-baik saja" jawabnya.
Dengan sedikit berat, Axell menghela nafasnya dan menggangguk paham, "Baiklah, aku pergi dulu. Jika ada apa-apa, segera lah menghubungiku" ujarnya, sambil menatap kedua manik matanya Anna.
"Siap kapten!" jawab Anna, yang disertai dengan senyuman, yang mengembang diwajahnya.
Kemudian, Axell segera mengecup puncak kepalanya Anna, dengan sedikit lebih lama. Dan di saat yang bersamaan, Anna langsung memejamkan kedua matanya, dan merasakan kecupannya Axell, yang mungkin tak akan ia dapatkan lagi setelah itu.
Lalu Axell melepaskan ciumannya, dan menatap wajah adiknya lagi, "Sampai nanti", ucapnya sambil tersenyum, dan kemudian ia segera beranjak pergi, dengan menenteng sebuah kamera miliknya.
Namun Anna hanya terdiam, sambil memperhatikan punggungnya Axell, yang makin lama makin menghilang. Dan raut wajahnya pun, langsung berubah saat melihat Axell, yang sudah keluar dari rumahnya. Lalu ia menghela nafasnya dengan berat, dan berjalan menaiki anak tangga, untuk menuju kamarnya.
To be continue. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Immortal Love [COMPLETE]
Vampire~ Sequel of My Immortal Prince ~ (Disarankan membaca Book 1 nya dulu, yaitu My Immortal Prince) Setelah bersusah payah meminta izin pada Count, akhirnya Anna diizinkan juga untuk kembali ke rumahnya. Namun, Raja Kegelapan itu, tak mengizinkannya den...