#16

3.9K 118 1
                                    

Count membalikkan tubuhnya dan menghadap Anna, "Saya sudah tahu, apa alasan anda yang datang lebih cepat, tapi sepertinya akan lebih menarik, jika saya mendengarnya langsung dari anda", katanya sambil menyunggingkan sebuah senyuman, hingga membuat gigi-giginya yang putih, dan tajam jadi menjorok keluar dari bibirnya, "Tapi sebaiknya ceritakannya nanti saja, dan sekarang ayo saya antar ke kamar anda", sambungnya sambil membungkukkan tubuhnya, dan berjalan dengan menyeret kopernya Anna.

Mereka berjalan di sepanjang lorong rumah, lalu menaiki tangga besar yang berkelok-kelok, dan melalui sebuah lorong yang besar lagi.Langkah-langkah mereka pun,
menimbulkan gaung nyaring pada lantai batu itu.

Dan saat tiba di ujung lorong, Count membuka sebuah pintu yang berat, dan rupanya di sana terdapat sebuah meja makan, yang ukurannya cukup panjang, dan dilengkapi oleh kurang lebih sekitar 20 kursi. Dan juga, di atasnya terdapat begitu banyak makanan, yang telah tersedia. Semua itu sama persis, saat pertama kali Anna datang. Bahkan sikapnya Count pun tetap sama, dan tetap menyambut Anna dengan begitu hangat.

Lalu ia berjalan ke sebuah pintu yang berada di dekat ruangan tersebut, dan dibukanya pintu itu. Anna yang sudah mengetahui isi dari ruangan tersebut pun, sudah tak terkejut lagi, karena ruangan itu adalah kamar tidurnya Anna, yang dulu sempat ia tempati selama ia berada di sana.

"Kamar tidur anda sudah rapih, tapi sebaiknya anda makan malam dulu" ujar Count, yang membuatnya tersadar dari lamunannya.

Namun Anna hanya menggangguk, disertai dengan sebuah senyuman yang mengembang. Lalu Count meminta izin padanya, untuk menaruh koper milik Anna, di dalam kamar tidur tersebut, dan Anna meng-iyakannya.

Setelah selesai, Count mengajak Anna untuk menuju ke ruangan yang tadi, yang merupakan ruang makan. Lalu Count menarikkan satu kursi untuk Anna, "Silahkan duduk, Anna", ujarnya sambil membungkukkan tubuhnya, dan mengukirkan sebuah senyuman.

"Terima kasih" jawab Anna yang mengganggukkan kepalanya, dan segera duduk di kursi tersebut.

Lalu Count berdiri di sebelah kursinya, dan menunjuk ke arah ke meja makan, "Silakan makan sepuasnya, Anna. Harap maafkan saya, yang tidak menyertai anda", katanya.

Anna yang sudah mengerti pun hanya menggangguk paham, lalu ia segera menyantap makanan tersebut dengan lahapnya, karena perutnya sudah terasa lapar sejak tadi.

Selesai makan, tuan rumahnya mengajaknya duduk di dekat perapian, untuk berbincang-bincang sejenak.

"Baiklah, saya rasa sekarang anda bisa mulai menceritakannya" ujar Count, yang mulai membuka obrolan, sambil menatap Anna dari samping.

Anna pun mengganggukkan kepalanya, lalu ia menarik nafas dengan panjang, dan membuangnya perlahan, "Jadi begini Count, kedatangan ku kesini untuk memberitahumu, kalau teman dekatku yang bernama Marcel, akan berusaha untuk menemui dan membunuhmu. Bahkan katanya, ia sudah tahu cara membunuh dirimu", ucapnya yang mulai bercerita.

Dengan seksama Count mendengarkan ceritanya Anna, bahkan ia tak tertawa sedikit pun, tidak seperti Gabriel yang tertawa geli, saat mendengar ceritanya Anna.

Lalu Anna mulai menundukkan kepalanya, "Aku takut jika kau sampai terbunuh, Count. Aku tak ingin hal tersebut terjadi, maka dari itu aku datang ke sini lebih cepat, agar aku bisa memberitahumu, dan kau bisa berjaga-jaga. Meskipun aku tahu, setelah ini aku tak akan bisa keluar lagi dari purimu ini", sambungnya.

Mendengar apa yang baru saja diceritakan oleh Anna, membuat Count merasa tersentuh, karena ia tak menyangka, jika rupanya Anna mengkhawatirkan dirinya juga. Lalu ia memegang bahunya Anna, dengan tangannya yang berat itu, dan berkata, "Sebelumnya saya sangat berterima kasih pada anda, karena rupanya anda mempunyai niat yang baik pada saya, walaupun saya sudah memenjarakan anda di puri saya ini".

Perlahan Anna mengangkat kepalanya, dan menatap wajahnya Count, "Lalu bagaimana? Apa yang akan kau lakukan, agar Marcel tak bisa membunuhmu?", tanyanya.

Bibirnya Count pun terangkat, dan ia menyunggingkan sebuah senyuman, "Jangan khawatir, semuanya akan saya urus sendiri, yang harus anda lakukan sekarang adalah, beristirahat. Karena anda telah melalui, perjalanan yang cukup panjang, dan pasti rasanya lelah sekali", katanya yang masih memegang bahunya Anna.

Anna hanya menurut dan mengganggukkan kepalanya, lalu mereka berdua segera bangkit dari kursi, dan berjalan menuju kamar tidurnya Anna.

Dibukanya pintu yang besar itu, lalu sambil membungkukkan tubuhnya, Count mempersilahkan Anna untuk masuk, "Silahkan masuk, tidur dan bangunlah sesuka anda, Anna. Malam ini saya akan keluar untuk mencari makan, dan sebaiknya setelah ini anda jangan keluar dari kamar, agar anda tetap aman. Selamat beristirahat, dan semoga bermimpi indah", ujarnya sambil menyunggingkan sebuah senyuman.

"Terima kasih banyak, Count. Kau tetap bersikap baik padaku" ucap Anna, yang disertai dengan sebuah senyuman yang mengembang.

Namun Count hanya mengganggukkan kepalanya dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, lalu Anna segera masuk kedalam kamarnya, dan Count pun kembali menutup pintu tersebut.















To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang