Ijinkan saya berbohong lagi

4 0 0
                                    

“Kamu suka ya sama Uri?” Tanya Susi kepada saya.
“Hmm. Pernah sih dulu”
“Tuh, Uri. Kalau sekarang?” lanjut Susi
“…” saya terdiam
“Nggak tau saya kalau sekarang, mungkin nggak”
“Ih kenapa sekarang enggak, emang dulu aku gimana?” Tanya Uri
“Kamu dulu kelihatan cantik awalnya, tapi setelah saya tau kamu sekarang kayaknya nggak deh.”

Saya harus berbohong saat itu. Saya takut mereka akan tahu bahwa saya suka ke Uri. Saya ingin perasaan saya ini hanya saya saja yang tahu. Dan suatu saat nanti mungkin saya bisa menyudahi kebohongan ini.

***

Uri merupakan tipe wanita yang makin dilihat akan makin cantik kelihatannya. Namun dibalik wajahnya yang cantik itu dia meiliki sifat yang lucu, tegas, dan berkarakter. Uri memegang gelar wanita tercantik di kelas saya. Ia disenangi banya orang karena sifatnya itu. Satu hal yang saya tahu, Uri ingin punya pacar. Konon kabarnya Uri sudah jomblo semenjak dia sekolah menengah atas. Mungkin dalam pemikirannya kuliah adalah saat yang tepat untuk mencari pacar.

“Ma!” kata Lewi sambil sedikit berteriak

Teriakan Lewi membuat saya terbangun dari lamunan.

“Kenapa Wi?” Tanya saya
“Ngapain ngelamun? Ke kantin nggak?” ajak Lewi
“oh, iya. Hayu”

Lewi merupakan teman pertama yang dekat dengan saya di kampus. Lewi merupakan orang yang tertutup, pendiam, dan misterius. Dengan-dengar isu, Lewi sedang dikejar oleh dua orang gadis dari kelas sebelah. Memang Lewi mempunyai wajah kearab-araban. Maka tidak salah jika banyak yang menyukainya. Khususnya wanita.

“Mada” panggil Uri
“Mau ke kantin ya? Bareng dong”
“Oh enggak Ri, ini mau ke ruang dosen”
“Yah, kirain ke kantin” jawan Uri lesu
“Madanya engga ke kantin katanya, ya udah kita-kita aja” ajak Uri ke Susi dan Fia

Setelah mereka pergi, saya mengajak Lewi untuk ke kantin gedung sebelah, dengan maksud agar tak bertemu Uri.

“Kenapa ke gedung sebelah? Jauh jadinya” gerutu Lewi
“Biar nggak ketemu mereka aja. Lagian tadi saya bilang nggak ke kantin, kan”

Saya harus bohong lagi saat itu. Bukan karena saya tidak ingin ke kantin dengan Uri. Hanya saya, akan terlihat memalukan bagi saya jika berjalan-jalan dengannya. Meskipun ada orang lain di sekitar.

“Katanya, Ardi nggak masuk kelas lagi ya?” Tanya Lewi
“Iya, padahal tadi sebelum ke kampus saya sudah ke rumahnya. Tapi katanya ardi lagi kerja”
“Kebiasaan tuh anak”
“Haha. Namanya juga pekerja part time.”

Setelah obrolan itu, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju gedung kami. Tak ada pembicaraan setelah membicarakan ardi

“Eh, katanya ntar minggu anak-anak mau pada main ya?” Tanya Lewi, memecah keheningan
“Ah, iya. Mau nge-camp katanya. Di bukit yang kemaren. Ikut nggak?”
“Belum tahu, liat nanti” jawab Lewi

***

“Katanya, Lewi nggak jadi ikut ya?” Tanya Fia
“Iya, kemaren dia bilang ada urusan. Jadi saya pikir untuk tidak memaksanya ikut juga” jawab saya
“Yah, Ri. Gagal dong rencana kita hari ini” ledek Susi
“Sttt, jangan dibahas di sini” jawab Uri dengan wajah memerah
“Wah, wah. Ada apa nih Uri sama Lewi?” Tanya Ardi
“Nggak, nggak. udah ah. Ayo berangkat, keburu sore” jawab Uri sambil berlalu

Ijinkan Saya Berbohong LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang