chapter 17

114 11 16
                                    


Leukimia kronis?gak mungkin.

"Dan kalo sampe terjadi sesuatu sama Nindy,gue gak akan pernah maafin lo"pelan tapi menohok hatiku,dan air mataku langsung lolos membasahi pipi.

Rivan kelihatannya sudah tidak bisa menahan emosi,ia mencengkram kuat jas yang dikenakan Arkan,membuat Arkan mau tak mau harus maju ke hadapan Rivan.

"Jangan terus terusan salahin Willa,dia gak mungkin sengaja membuat hal ini terjadi"Arkan menepis tangan Rivan dan kembali membenarkan jasnya tanpa menimpali ucapan Rivan.

Sementara aku,sebelum mendengar kata kata Arkan lagi,aku langsung lari meninggalkan dua cowok itu,menyusuri koridor rumah sakit yang kelihatan horor.Tapi untuk saat ini,aku tidak peduli dengan kehororan rumah sakit,aku hanya perlu buru buru pergi jauh dari cowok yang membentakku tadi.

"Wil"teriak Rivan dari belakangku.

Tapi aku tetap lari.

"Willa!"aku masih tidak menggubris.

"Wil,tunggu Wil"kali ini Rivan berhasil meraih tanganku,dengan satu gerakan ia sudah membuatku menghadap ke arahnya.

"Van,gue salah.Gue egois banget ya Van,bahkan gue hanya santai santai tanpa mikirin apapun,gue juga lupa kalo Nindy udah kehilangan waktu tidurnya,dia juga gak makan makan Van"kataku lirih dengan tangisan yang pecah.

"Gue bodoh banget ya Van,ini semua salah gue Van...salah gue"Rivan menggenggam kedua tanganku yang aku gunakan untuk menunjuk nunjuk diriku.

"Nggak Wil,ini bukan salah lo"Rivan menggeleng demi meyakinkanku.

"Tapi Nindy Van,dia masuk rumah sakit gara gara gue!"bentakku seraya memukul dada Rivan dengan kepalan tangan.

"Gue pantes disalahin"melihat tangisku pecah,Rivan langsung menarik tubuhku dan memelukku erat.

"Nindy Van"gumamku di dalam pelukan Rivan,tanganku memluknya,dan kepalaku menyandar di bahunya.

"Nindy pasti baik baik aja,lo tenang,Arkan cuma lagi emosi"dalam pelukannya,aku mengangguk pelan.Dan Rivan,ia mengeratkan pelukannya padaku.

Cukup lama,bahkan lama sekali.Mungkin Rivan menunggu tangisanku reda,pelukannya sungguh membuatku tenang.Perlahan tangisanku terhenti,tapi tiba tiba aku sangat merasa ngantuk,hingga setelah ini mataku terpejam.

***

Angin malam sedikit sedikit memasuki celah celah kaca mobil Rivan,yang terbuka hanya sedikit,tapi dengan dress tanpa lengan seperti ini,badanku mulai menggigil.

"Lo pasti dingin"tanpa menghentikan mobilnya,Rivan menyelimuti tubuhku dengan jaketnya.

Mendapat perlakuan itu,aku hanya diam,bahkan mataku masih terpejam,biarkan saja Rivan anggap aku masih bobo cantik saat ini.

"Wil,bangun"Rivan mengguncang tubuhku pelan,sepertinya sekarang sudah sampai di rumahku.

Aku menggeliat sebentar,baru setelah itu membuka mata,ternyata benar,sekarang sudah sampai rumah.Tidak ada lagi mobil mobil dan motor yang berjejer di halaman rumahku,jelas sekali mereka sudah pulang,buat apa pesta kalau yang merayakan tidak ada disana.

"Udah sampe?"Rivan menggangguk.

Tiba tiba aku mengingat kejadian tadi lagi,bagaimana bisa aku membiarkan Nindy seperti itu?bahkan aku masih tidak percaya melihat Arkan semarah itu padaku.

Jadi ini sweet seventeen gue?

Tes...

Willa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang