chapter 14

133 20 21
                                    

Jarum jam menunjukkan pukul empat sore,semua orang sudah pergi dan kamarku kembali sunyi.

Sebenarnya tenggorokanku kering,dan aku sangat haus saat ini,tapi untuk sekedar pergi ke dapurpun aku sangat malas.

"Mbok!!bawain Willa minum dong"mungkin teriakanku pelan,tapi tak lama kemudian,pintu kamarku terbuka juga,pasti Mbok Nani yang masuk.

"Mbok"dengan segera aku bangkit dari tidur,tapi saat membalikan badan,aku terkejut karena bukan Mbok Nani yang masuk.

"Lo haus?".

Cowok itu tersenyum padaku,ia masuk dengan membawa gelas yang berisi air putih di dalamnya.

"Gavin?lo ngapain disini?"tanyaku setelah Gavin duduk di sampingku.

"Gue?jengukin lo kali,masa mau numpang makan"jawab Gavin"nih"ia menyodorkan gelas itu padaku.

"Thank's"kataku pelan,tapi dengan jarak dekat seperti ini,sudah pasti Gavin mendengar suaraku.

"Gue suka deh"ucap Gavin tiba tiba.

"Hah?".

Gavin mengerjapkan matanya berkali kali,ia menelan ludahnya susah payah baru setelah itu membuka mulut.

"Eh..itu..anu apa?maksud gue,gue suka sama kamar lo,wangi,rapih,sejuk"kata Gavin gugup.

Sejuk?

Mendengar kata terakhirnya,sontak aku terkekeh,tentu saja kata itu salah,AC kamar ini kan sedang tidak menyala.

"Apaan si lo gak jelas bat dah,masa kamar gue sejuk sih?yang ada panas kali,ACnya aja mati"kataku setelah menoyor kepala Gavin.

Mendapat toyoran itu,Gavin hanya cengengesan,biasanya ia akan membalas toyoran itu,atau menimpali kata kataku,tapi kali ini ia keliahatan salah tingkah,setidaknya menurutku begitu.

"Vin"panggilku.

Gavin tidak merespon,ia malah menatapku tidak berkedip.

"Gatoott!!"setelah aku menepuk jidatnya,Gavin nampak gelagapan,lantas ia menggaruk tengkuknya.

Si gatot kenapa sih?

"Handpone lo bunyi,masa gak denger sih"kataku seraya menunjuk saku seragam Gavin,karena ponselnya berada disana.

"Oh iya,hehe".

Aku memutar bola mata dengan malas,hari ini ia benar benar aneh menurutku.

"Halo"sapa Gavin.

"....".

"Iya oke om,Gavin otw"jawab Gavin singkat dan setelah itu sambungan terputus.

Gavin kembali menyimpan ponselnya di saku,tangannya beralih membuka ransleting tasnya,setelah itu ia terlihat merogoh sesuatu.

"Sorry gue gak bisa lama lama,sebenernya tadi sebelum kesini gue mau beli buah buahan atau bubur,tapi menurut gue lo gak akan tertarik,yaudah gue bawain kesukaan lo"kata Gavin panjang lebar lalu mengeluarkan bungkusan plastik yang di dalamnya ada sterofoam.

"Emang lo tau kesukaan gue apaan?"tanyaku sembari melirik bungkusan plastik itu.

Gavin mengangguk mantap"yang menurut lo 'makanan terenak se nusa bangsa',kalo gak salah sih lo suka bilang gitu"jawab Gavin sembari menirukan gaya bicaraku saat menyebut makanan yang Gavin maksud.

"Batagor Bang Kamal?seriusan lo?"tanpa dipersilahkan,aku sudah lebih dahulu menyambar bungkusan di tangan Gavin.

"Giliran batagor Bang Kamal aja lo semangat"cibir Gavin.

Willa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang