chapter 18

108 10 24
                                    


Gavin mencondongkan kepalanya ke arahku,perlahan bibirnya mendekati telingaku.

"Ke apartemen gue,sayang bangetkan kalo gue lewatkan kesempatan ini?"bisik Gavin tepat di telingaku,membuatku merinding seketika.

What?

Big no!maksud dia apaan?

"Apaan sih!lepasin!awas aja lo macem macem sama gue!"ancamku dengan tatapan tajam.

Gavin terkekeh pelan,dan aku mengerutkan kening melihat kekehan Gavin.

"Nggak Willa,gue bercanda.Ayo ikut gue,katanya lo laper"Gavin kembali menarik lenganku pergi,dan kali ini aku tidak menolak,bahkan bibirku malah tersenyum entah karena apa.

***

Apartemen Gavin cukup rapih untuk ukuran seorang laki laki,bahkan aku bisa mencium pewangi ruangan saat melangkah memasuki apartemen ini.

"Jadi lo tinggal disini?"Gavin mengangguk seraya berjalan menuju dapur.

"Terus rumah lo?emang lo gak tinggal sama keluarga lo?"tanya ku penasaran.

Gavin memicingkan matanya"ciee...kepo niye"ucap Gavin dan tentu saja lengannya langsung mendapat pukulan ringan dariku.

"Gatot!gue nanya elah"cibirku seraya mencebikkan bibir.

Gavin terkekeh melihat wajahku seperti ini.

"Sebenernya gue masih tinggal di rumah orang tua gue,cuma sekarang mereka lagi ada urusan di amrik,gue gak suka aja sendirian di rumah,ya udah deh gue kesini"aku mangut mangut mendengar penuturan Gavin.

"Mau makan apa Wil?"tanya Gavin,ia sedang memeriksa kulkasnya.

"Apa aja terserah".

Gavin mengangguk,ia mengambil telur,mengiris bawang merah,kol,dan entah apa lagi,yang jelas ia melakukannya dengan cepat hingga membuatku melongo tidak percaya.

"Oh ya Vin,emangnya di rumah lo cuma ada bonyok lo sampe rumah bisa sepi gegara mereka pergi?"kumat,bawelku tiba tiba kumat.

"Gue anak tunggal Wil,rumah gue cuma dihuni sama tiga orang di tambah dua pembantu"jawab Gavin yang mulai memasukan bahan bahan yang ia iris ke dalam katel.

"Tadi lo bilang sepi,nah itu..lo punya pembantu dua"Gavin malah menoyorku setelah memecahkan telor,menyatukannya dengan bahan bahan yang tadi.

"Iya kali gue main ama mereka,pembantu gue udah pada tua kali.Mana nyambung gue"aku terkekeh mendengar ucapan Gavin,meski tanganku membalas toyorannya juga.

Dengan cekatannya,Gavin memasukan sepiring nasi penuh ke dalam katel,mengaduknya lalu memasukan kecap dan garam.Terakhir ia memasukan sosis matang yang sudah di potong potong ke dalamnya,kembali mengaduknya hingga aroma nasi goreng buatan Gavin tercium oleh hidungku.

"Terus terus...lo disini tinggal sendiri?"Gavin bergumam seraya mengangguk.

"Ck,apa bedanya disini sama rumah lo sekarang?kan sama sama sepi"cowok itu mengangguk lalu terkekeh.

"Kok lo jadi ngepoin gue sih?"tanya Gavin curiga.

"Paan sih?gue nanya doang kali,gak penting juga gue kepoin"ucapku seraya merutuki diri sendiri,kenapa juga harus sekepo ini.

"Itu kepo Wil".

"Bukan".

"Gue bilang kepo".

"Gue bilang bukan!".

"Serah deh serah,sampe lebaran monyet juga cowok mah gak akan menang kalo adu mulut lawan cewek"ucap Gavin sembari meletakkan piring nasi goreng di meja makan.

Willa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang