chapter 16

130 18 13
                                    


Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam,tapi aku dan Nindy masih berkutat dengan laptop.Tidak tidak,lebih tepatnya hanya Nindy,ia sedang sibuk sementara aku hanya tiduran sambil memakan cemilan cemilan di atas karpet tebal kamarku.

"Gue gak habis fikir deh sama pacar baru lo"kataku dengan mata menerawang ke langit kamar,sementara tanganku kembali memasukan potongan kue tar ke dalam mulutku.

"Gak habis fikir gimana?"tanya Nindy tanpa berpaling dari laptopnya.

"Kitakan tau yah kalo dia itu emang dingin dan kaku,tapi harusnya dia bisa berlaku sweet dong sama lo,iya gak sih?"mendengar perkataanku,ia menghela nafas dengan berat.

"Gak tau,gue cape mikirin sikap dia.Biarin aja lah,dia anggap gue ada aja gue udah seneng kok"dan aku cengo mendengar perkataan Nindy pemirsah,pacar yang sangat aneh menurutku.

"Tapi Dy...".

"Udah skip ngomongin Rivan,sekarang lo pilih kartu undangan rekomendasian gue,buruan"akhirnya aku bangkit lalu memfokuskan mata pada layar laptop.

"Noh yang ini bagus"aku menunjuk kartu undangan berwarna coklat.

"Eh itu deh".

"Itu juga bagus".

"Itu gue suka Dy,eh eh...yang ono noh".

Dan Nindy sudah sangat pusih kelihatannya.

"Udah Wil udah,gue pusing,nanya sama cewek labil kayak lo gak akan beres sampe kapanpun,biar gue aja yang milih"aku memutar bola mata,lalu kembali dengan kue kueku.

"Yaudah,serah lo aja dah,gue mau makan lagi,awas lo ganggu lagi gue jitak"Nindy tidak menimpali perkataanku,sepertinya ia bodo amat.

***

Satu jam Nindy sudah berkutat dengan laptopnya,dan sekarang sudah pukul sepuluh malam,aku yang mengantuk segera pergi ke dapur untuk meminta Mbok Nani membuatkan coklat panas.Oke aku memang salah,harusnya aku minum kopi jika ingin begadang,tapi sungguh aku gak rela tidur terlalu malam.

"Coklat panas untuk nona Nindy sudah siap"aku masuk dengan membawa nampan berisi dua coklat panas dan satu toples berisi kue.

"Hmm"hanya dua kata itu yang keluar dari mulut Nindy.

"Udah dulu napa Dy,makan dulu kek,jangan mikirin itu mulu!fikirin kesehatan lo"Nindy hanya cengengesan mendengar perkataanku.

"Malah cengengesan lagi,lo dari pagi perasaan belum makan deh,lo udah makan belum sih?"Nindy hanya mengangguk.

"Kapan?"tanyaku lagi.

"Pas istirahat di sekolah".

"Bohong banget sih lo,istirahatkan lo latihan di ruang musik".

Nindy tersenyum,ia menggaruk garuk kepalanya seperti sedang berfikir.

"Itu..apa?pulang sekolah gue makan di rumah"jawab Nindy.

"Bohong ditutupin pake kebohongan,buruan makan gak?"melihat pelototanku,Nindy mendengus kesal,ia langsung menyambar kue dalam toples dan meminum coklat panasnya.

"Nah gitu dong,anak pintar"kataku seraya mengelus elus rambutnya,tapi Nindy malah melotot padaku.

"Hoaaammm"setelah meminum setengah coklat panas,aku malah semakin mengantuk.

"Ngantuk lo ya?tidur sana!gue masih harus urusin dekorasi sama yang lainnya"perintah Nindy.

"Seriusan lo?gue tidur duluan nih".

"Iya Wil".

Aku tersenyum girang lalu segera loncat ke atas kasur,membenamkan tubuh di balik selimut tebalku.

Willa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang