2.2

53 4 0
                                    

Tiga puluh menit, ya mungkin tiga puluh menit waktu yang cukup untuk memejamkan mata

Aku mengantuk sekali, teringat kalau tadi malam aku tidak tidur meski dalam perjalanan Bogor-Yogyakarta aku sudah lama tertidur, tapi tetap saja aku masih mengantuk

Dengan memakai masker dan menutup area rambut dan mata menggunakan Hoodie, aku mulai tertidur

Tapi tiba-tiba ada yang aneh, aku kini duduk di dekat jendela dan ku rasa Raya dan Sekar sudah tidak ada di sebelahku, lalu ini siapa?

Aku buka mataku dan melirik ke samping dan oh gusti, kenapa Raya sama Sekar ada di bangku yang suka Senja dudukin, dan kenapa Senja jadi duduk di sebelah ku?

"Tidur aja sini, lo pasti ngantuk gua ajakin main tadi malem, sama gua juga ngantuk."

Di tarik kepalaku hingga menempel di bahunya, dan di pasangkan earphone di kuping kiriku

"Lo suka gak lagunya? Kalau ga suka ngomong ya, gua ganti."

"Engga gua suka kok." lagu nya begitu menenangkan, lagu Mary your Daughter dari Brian McKnight, aku mulai memejamkan mataku

Mungkin sekarang Senja sedang tersenyum atau malah menahan tawa karena aku mau-mau saja menurutinya

Ah Jingga memang bodoh!

Tapi, kenapa Senja menempelkan kepalanya ke kepalaku? Oh sebenarnya ini ada apa?

Dan karena aku terbawa suasana, aku mulai tertidur lelap di bawah kepala Senja

Ya ampun hatiku berdebar-debar tak karuan

Ternyata tiga puluh menit begitu cepat berlalu, tak terasa kami sudah berada di destinasi pertama kami, yaitu Keraton

Senja dan aku bangun bersamaan, Senja langsung bangkit mengejar teman-temannya yang ternyata memotret aku dan Senja

Untunglah aku pakai masker

Aku langsung berdiri mengikuti Sekar dan Raya setelah mereka mengajakku untuk ke luar bis

"Wah, panas." kataku sambil membuka sleting hoodie ku

"Iya." Raya setuju dan Sekar hanya manggut-manggut sambil mengipasi dirinya

"Tuh yang lain ke sana, yuk." ajak Sekar dan kami langsung berjalan menyebrangi jalan menuju Keraton

Terlihat di lapangan keraton, Senja sedang merebut ponsel temannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, membuat si teman yang memang lebih pendek darinya tidak bisa merebut ponsel

Hah, sepertinya foto-foto itu akan di hapus, mungkin juga foto-foto ku yang ada di kamera Senja hanya bertahan beberapa jam, atau mungkin tidak selama itu langsung di hapus oleh Senja

Sayang sekali, padahal aku sudah berharap begitu besar padanya

Memang dasar cowok! Brengsek semua!

"Ga, Jingga!"

"Eh apa Kar?" Sekar dan Raya bertatapan lalu tertawa bersamaan, "Kenapa sih?"

"Nanti traktir kita ya Ga, sesuai janji."

"Janji apaan?"

"Halah pura-pura lupa lu pea." Raya bersungut-sungut sekali sih, "Yang waktu itu kalau lu ternyata suka Senja lu traktir kita, dan sekarang bener kan lu suka. Ciye, traktir ya pop mie."

Aku mencebik dan memilih berjalan duluan ke keraton di belakang Sekar dan Raya tertawa saja, hah, mampus aku besok-besok aku bakal jadi bahan ledekan mereka, pasti

"Oi, lamun mulu neng, nanti ketabrak lho."

"Ya kali gue ketabrak, Ja."

"Oh iya juga, lagian ga ada juga yang mau nabrak lo kan, hahaha." Senja tertawa jahat di sampingku

"Masuk lalet baru tau rasa lu." kataku dan Senja bukannya berhenti malah terus tertawa, "Ih Senja, lu tuh kalau mau malu-maluin diri sendiri jangan ngajak gue, gue masih punya malu."

"Bacot." Senja tersenyum, "Hehe bercanda, jangan ngambek ya. Lo tuh harusnya bersyukur, lo jadi orang beruntung yang jadi moodbooster nya Senja."

Aku moodboster mu Senja? Yang benar? Jangan-jangan kamu hanya menerbangkan aku lalu menjatuhkan lagi seperti dulu

Yogyakarta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang