PENJUAL KUE

27 1 0
                                        


Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.  Namaku Inuk, dan aku anak seorang ibu yang diberi bakat luar biasa di bidang masak.

Seperti judulnya, sudah pasti ini terkait ibuku yang berprofesi sebagai pedagang kue. So,sepeninggal ayah sekitar 4 tahun yang lalu, menuntut ibu untuk mencari nafkah untuk anak-anaknya. Ibuku bukan orang yang mengenyam sekolah tinggi, sehingga dia tidak bekerja tetap di instansi tertentu layaknya teman-temannya. Ibu sedikit pandai dalam menjahit, menyanyi dan mengisi TTS. Hihihi. Jago lho.

Tapi ada satu bakat ibu dan tanteku yang aku sangat kagumi. Ya, mereka pandai memasak. Dari lauk pauk, makanan khas sampai jajanan pasar. Dan bakat itulah yang ibu gunakan untuk menjemput rezeki.

Sudah hampir setahun terakhir ini ibu memutuskan untuk menjajakan kue-kuenya di pasar. Padahal sebelumnya, ibu menjajakan kue hanya saat bulan Ramadhan atau  menitip pada pedagang lain serta menerima pesanan online.

Mungkin ibu ingin punya kesibukan baru. Lagipula di rumah mungkin bete tidak ada hiburan. Sabar ya, Bu.

Ibu menjual beberapa kue seperti lumpia, jalangkote (semacam pastel), sambusa, dadar gulung, roti, donat, kadang ote-ote dan apem dan sebagainya. Karena yang dijual tidak sedikit, jadi pengerjaannya dicicil dari pagi. Sehingga ketika aku liburan seperti ini pun tak hentinya mengurus jualan itu. Tidak masalah, toh demi kepentinganku juga.

Bangun pagi selepas shubuh, aku harus menggoreng kue yang akan dijual, balutin donat pakai seres, setelah itu mempersiapkan apa saja yang ingin ibu bawa ke pasar. Keresek, lap, botol sambal dan lainnya. Setelah melepas (?) ibu ke pasar, duduk sebentar barang berapa saat kemudian lanjut bersihkan kamar, sapu rumah plus cuci piring yang seabrek. Siram bunga itu wewenang tante, aku tidak pandai mengurus tanaman. Payah. Selesai, duduk bentar lagi, lanjut mengurusi warung.

By the way, ibu punya warung kecil. Kurang lebih sudah 10 tahunan. Pertama yang harus dilakukan yaitu buka warungnya. Yaiyalah. Lanjut memecah es batu dan menata toples yang sekiranya berantakan. Habis itu apalagi ya?

Kalau lapar, aku langsung mencomot gorengan ibu yang tereliminasi (tidak jadi dijual tapi layak dimakan) karena mungkin ada cacat bentuk dan warnanya. Itulah sarapanku. Boro-boro makan enak, nasi di dapur masih nasi kemarin. Lauknya juga. Aku terus terang kurang minat makan makanan yang sudah bermalam kecuali terpaksa (tidak sok, tapi ini serius). Huft.

Kadang ibu WA, "mau sarapan apa, Nak?".  Kalau masih bisa tahan aja, aku tidak memesan apa-apa. Padahal dalam hati pengen :
1. Nasi kuning atau nasi pecelnya Mba Ranti
2. Bubur sum sum Ibunya Danu
3. Mihunnya mama Danu (Danu yang lain)
4. Jamu kunyit (Bukan ortunya Danu XD)
5. Dsb

Kadang juga ibu tidak tanya apapun eh tau-tau pulang bawa nasi bungkus atau makanan lain. Terbaik memang. Tapi ya ga bisa tiap hari.

Waktu siang sampai sore aku gunakan untuk istirahat dan leha-leha dikit. Tidur siang, main komputer, jaga warung, main hape, nonton apa aja yang asik, kadang juga temanin ibu ke pesantren jengukin adik bungsuku. Next, malamnya selepas Isya aku beraksi lagi ngurusin donat dan jalangkote. Aku bantu tante aja lho ya. Belum bisa bikin sendiri. Terus ibu handle lumpia sama dadar gulung. Sampai kira-kira jam 12 lah baru kita semua go to bed.

Supaya jenuhnya kurang dikit, sembari ngurusin kue yang seolah tak ada habisnya ini, aku nonton filmnya Suzzanna atau Rhoma Irama. Asyik juga sih nonton film lawas tuh. Kadang sambil chatting sama my bestie-bestie di luar sana juga.

Pada akhirnya tubuh lelah pegal linu ini terbaring manja di kasur. Cuci muka-sikat gigi-ganti baju-matikan lampu kamar-tarik selimut-bobo-eh bangun lagi lupa buang air-baring lagi-tarik selimut-bobo.

Ya, begitulah kisahku selama liburan ini. Ketika kawanku yang lain bingung mencari destinasi wisata atau cari kesibukan or kerja (buat nambah uang jajan) selama libur, aku tak perlu memusingkan itu.

Aku sudah bekerja paruh waktu di rumah. Jadi karyawan tetapnya Ibu. Gajinya cuma dapat gorengan yang tereliminasi sama bisa lihat ibu sama tante tiap hari. Sudah cukup membahagiakanlah.

Kelak ketika aku dan adik-adikku sukses nanti (aamiin), percayalah semua itu hasil keringat dari mereka, ibu dan tante. Mereka bukan sosialita bukan wanita karier. Bukan pejabat apalagi konglomerat. Mereka, si penjual kue.

Wassalamualaikum!

SUARA DARI ANAKDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang