1

18.1K 1.4K 52
                                    

setelah turun dari mobil dan berjalan beberapa langkah, Jeongguk diam mematung hanya untuk memandang bangunan yang masih berdiri kokoh di depannya. lelaki berusia 23 tahun itu ingat betul tempat apa yang sedang dia perhatikan. meskipun sebentar tapi gedung pembelajaran desa itu membuatnya belajar banyak hal dan mengerti kenapa dia dibutuhkan.

saat Jeongguk duduk di bangku sekolah menengah pertama dia diminta oleh pengurus yayasan pembelajaran untuk mau bergabung menjadi pengajar bersama yang lain. awalnya dia menolak karena merasa kurang pantas dan tidak ada bakat sama sekali dalam mengajar.

kecerdasan di atas teman sebayanya lah yang membuat Jeongguk terpilih. namun itu tidak sebanding dengan keberaniannya untuk berhadapan dengan banyak orang sehingga dia juga harus menyesuaikan dirinya cukup lama.

Jeongguk rasa tempat ini bahkan desa ini tidak banyak berubah dari sebelum kepergiannya 7 tahun lalu ke tempat tinggalnya yang baru di kota.

udaranya masih segar. tanaman hijau masih tumbuh subur. hanya saja kini jalan di sepanjang pedesaan sudah lebih baik. bangunan penduduk pun sudah semakin banyak sehingga area yang dulunya persawahan sudah tergantikan.

Jeongguk menolehkan kepala saat ada seseorang yang memanggil namanya dari arah samping halaman gedung. dia tersenyum lebih dulu pada lelaki yang memiliki perawakan lebih kecil darinya sebelum balik menyapa. "Yoongi!" lalu Jeongguk berjalan menghampiri.

"lama ga ketemu, apa kabar Guk?" Yoongi bertanya sambil menepuk bahu Jeongguk. "makin tinggi aja lo."

Lantas Jeongguk tertawa sebagai tanggapan. "bukan gua yang makin tinggi tapi lo yang ga tumbuh."

Kini sebuah tabokan keras menghantam lengan Jeongguk. "sialan lo!" tapi Yoongi tidak merasa kesal karena dia sudah terbiasa mendengar hal itu dari orang yang menjadi rekan mengajarnya dulu. "yang lain udah nunggu."

kepala Jeongguk menggeleng menandakan kurang senang dengan perkataan barusan. sebelum ini dia sudah bilang pada Yoongi kalau jangan sampai ada yang tahu mengenai kedatangannya. sebut saja sebagai kejutan. tapi Jeongguk yakin jikalau  kabar kepulangannya tersebar bukan karena Yoongi. Jeongguk juga mengenal seperti apa sepupunya itu. tapi Jeongguk tidak akan ambil pusing sekarang.

akhirnya dia berjalan lebih dulu dan masuk ke dalam gedung dengan Yoongi menemaninya.

"mas Ardi! mas Jeongguk Ardian!"
panggilan itu terdengar jelas di telinga Jeongguk. baik dia maupun Yoongi menengok ke arah di belakang mereka dan menjumpai seorang lelaki yang bisa dikatakan tidak jauh berbeda dengan Yoongi sedang berjalan dengan cepat ke arah mereka.

"itu...Jimin?" lirih Jeongguk tanpa sadar. sepertinya masih sama saja baik fisik maupun wajahnya. hanya lebih tinggi saja. sedikit.

"gua kira lo lupa sama dia." Yoongi menanggapi karena memang perkataan itu sampai ke indera pendengarannya.

"meskipun dulu dia jarang ke sini tapi masa gua lupa sama anak pemilik yayasan."

lalu keduanya tersenyum saat sudah berhadapan langsung dengan Jimin.

"apa kabar Jim?" tanya Jeongguk.

"baik." jawabnya sedikit cengengesan. "ayah saya udah nunggu mas Jeongguk di kantor."

kepala Jeongguk mengangguk. tapi dia merasa ada yang aneh sehingga memutuskan untuk bertanya agar rasa penasarannya hilang. "tumben lo weekend di sini. biasanya sebulan sekali tapi gua denger sih lo sering banget ke sini. atau emang karena ada gua?"

"pede banget!" Jimin menyangkal lalu tertawa. "karena mas Yoongi lah!"

"oh?" Jeongguk menatap kedua orang yang membuatnya bingung secara bergantian. "apa ada yang gua ga tau?"

Kesayangan? || KookV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang