10

2.5K 84 0
                                    

Adam sekuat tenaga berusaha berenang menggapai tubuh Alya yang hanyut. Hanya satu dalam pikirannya yaitu menyelamatkan Alya. Arus semakin deras, mereka semakin jauh terpisah dari rombongan. Tiba-tiba ada batang kayu yang larut dan menghantam tubuh Alya. Adam semakin panik, tangan Alya berhenti menggapai. Dikerahkannya seluruh kemampuannya dalam berenang. Akhirnya setelah berapa lama ia dapat menggapai tubuh Alya. Dipeluknya tubuh gadis itu, terlihat luka di pelipisnya. Mata Alya terpejam, ternyata ia pingsan.

Adam membawa tubuh Alya ke daratan, segera ia mencari tempat yang landai untuk merebahkan tubuh Alya. Adam mendekatkan tangannya ke bawah hidung Alya, ternyata Alya masih bernafas walau sangat lemah. Adam juga meraba denyut nadi Alya, masih terasa denyutannya. Segera Adam menekan dada Alya untuk mengeluarkan air sungai yang terminum. Kemudian ia memberikan nafas buatan untuk Alya. Setelah beberapa kali percobaan akhirnya Alya dapat membuka matanya.

" Alyaa....Alya...Dek...kamu sudah sadar.....Alhamdulillah...."

"Mas....aku di mana...."

" Kamu aman Dek...aku di sini..."

Adam segera memeluk Alya, yang terlihat sangat lemah. Tanpa Alya ketahui Adam meneteskan air matanya, ia merasa sangat takut kehilangan Alya.

"Mas...aku takut...."

" Dek....jangan takut...ada aku disini...."

Alya menangis terisak, ia betul-betul ketakutan. Hampir saja nyawanya melayang, kejadian puluhan tahun silam terulang lagi.

"Mas...kita dimana...? mana teman-teman kita....?"

Alya sangat panik ketika menyadari mereka hanya berdua di tengah hutan belantara, terpisah dengan teman-teman yang lain. Bahkan mereka jauh dari jalur pendakian.

"Cepp...cep...udah jangan panik, mereka pasti tidak akan tinggal diam, pasti mereka secepatnya akan menemukan kita. Udah...sekarang kamu bangun pelan-pelan, kita cari desa terdekat buat istirahat"

Alya mengangguk, kini ia hanya bisa pasrah dan menggantungkan hidupnya kepada Adam. Tiba-tiba ia melihat warna merah di lengan Adam, ternyata Adam terluka.

"Mas tanganmu luka....Sini...biar aku balut"

Setelah diperiksa ternyata luka di lengan Adam cukup dalam, Alya merobek bagian bawah pakaiannya untuk digunakan membalut luka Adam. Untung saja ia menggunakan jaket, jadi tubuhnya masih mempunyai pelindung. Sejenak mereka beristirahat, Alya terlihat sangat telaten mengurus lengan Adam yang terluka tersebut.

Hari semakin sore Adam mengajak Alya berjalan menyusur sungai, menurut perkiraannya pasti ada desa terdekat di pinggir sungai tersebut. Adam menggandeng tangan Alya, ia takut terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan terhadap Alya. Wajah Alya terlihat pucat.

" Dek...kamu kenapa...?"

" Mas....Magh...ku..kambuh...."

" Ya Allah...kamu belum makan dari tadi pagi ya....."

Alya mengangguk, pandangannya berkunang-kunang, kepalanya terasa berat. Adam segera menggendong Alya, menyenderkannya pada pohon.

" Dek..tunggu disini... aku cari makanan pengganjal perut...."

Beruntung tak jauh dari mereka terdapat pohon pisang liar yang sedang berbuah dan masak. Adam mengambil beberapa buah pisang tersebut. Ia memberikannya pada Alya. Adam menyuapkan pisang tersebut, Alya mengunyah pelan-pelan pisang pemberian Adam. Setelah habis beberapa biji pisang, tubuh Alya terasa segar kembali, perutnya sudah tidak sakit lagi.

"Mas kamu makan juga...masa cuma aku sih....."

Adam tersenyum mendengar perkataan Alya. Alya mengambil satu buah pisang, ia mengupaskannya untuk Adam, kemudian menyuapkannya ke mulut Adam. Adam kembali tersenyum terhadap perlakuan Alya tersebut. Ingatannya kembali ke masa lalu ketika mereka sama-sama kecil, seringkali mereka berbagi makanan seperti saat ini.

" Udah Dek....mas udah kenyang..."

"Mas...gimana kalau kita gak menemukan desa....."

" Kita pasti menemukan desa dek....berdoa aja....udah kuat jalan....kalo udah kuat...kita jalan pelan-pelan ya...."

Alya mengangguk, kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan, sebelum hari menjelang malam mereka berharap menemukan perkampungan terdekat untuk menginap. Akhirnya setelah sekian lama berjalan, dan hari sudah hampir gelap mereka melihat cahaya lampu di kejauhan.

" Mas...mas...itu ada cahaya...mungkin itu desa..."

" Ayo kita ke sana...barangkali penduduk di sana mau menolong kita...."

Mereka semakin mempercepat langkahnya, dan ternyata benar cahaya itu berasal dari sebuah perkampungan penduduk. Adam dan Alya cepat-cepat mendatangi tempat tersebut. Semua rumah di tempat itu berbentuk panggung, dan cahaya penerangan pun rata-rata hanya dengan lampu teplok. Mereka memberanikan diri mengetuk salah satu rumah penduduk.

TOK...TOK......

" Permisi....."

Lama tak ada jawaban...

Kemudian mereka mencoba mengetuk kembali. Akhirnya terdengar langkah membuka pintu. Terlihat seorang wanita setengah baya, dan seorang anak kecil. Ada raut wajah curiga keduanya.

" Maaf bu...saya mengganggu....kami berdua dari kota, dan pendaki gunung besar, karena musibah di sungai kami hanyut ke sini, dan terpisah rombongan. Maksud kami ke sini bolehkan kami ikut menginap malam ini, sebelum besok mencari jalan pulang"

Wanita itu mengangguk. Ia membukakan pintu dengan lebar dan mempersilakan Adam dan Alya untuk masuk ke dalam rumah. Adam mengucapkan terima kasih pada wanita itu. Mereka memasuki rumah tersebut, ternyata sangat nyaman.

"Mari nak...begini lah rumah ibu...maklum orang miskin..."

" Gak papa bu...diperbolehkan menginap malam ini kami sudah sangat senang"

Wanita itu mengambilkan beberapa potong sarung dan pakaian yang cukup bersih.

" Sebaiknya ganti baju kalian, Ibu lihat baju kalian sangat basah dan kotor. Ini ibu punya pakaian milik anak dan menantu ibu, kebetulan mereka sedang tak ada di sini. Mereka bekerja ke luar daerah"

"Terima kasih banyak bu...."

Alya menerima pakaian pemberian ibu tersebut, Ia segera mengganti bajunya. Begitu juga dengan Adam. Setelah beganti pakaian, ternyata Ibu tersebut sudah menyediakan Ubi rebus dan teh hangat.

" Silakan dimakan...hanya ini yang dapat ibu suguhkan, maklum makanan kampung...."

"Waduh...ini sudah lebih dari cukup bu...."

" Mmmmm...ngomong-ngomong kalian ini suami istri ya...."

" Bukan Bu...Kami kakak beradik....oh ya...kenalkan saya Adam, dan ini adik saya Alya..."

" Wahh..kakak adiknya...pantas saja wajahnya mirip...."

Alya hanya tersenyum mendengarnya. Ia berpikir apakah hubungan yang terjalin antara Ia dan Adam atau Fariz dapat murni dikatakan sebagai hubungan persaudaraan. Karena ia sendiri bingung dengan rasa yang ada di hatinya. Apakah cinta sebagai saudara atau cinta sebagai kekasih.

Terjebak Kenangan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang