30

1.7K 49 3
                                    

Pulang dari kampus Alya berencana mampir di supermarket membeli beberapa keperluan. Ia sekarang sudah jadi seorang istri. Oleh karena itu ia bertekad untuk melayani suaminya. Iq menelpon Fariz agar tidak usah menjemputnya.

"Assalamualaikum....Abang sayang...."

"Walaalaikumsalam...Istri abang yang cantik...ada apa...."

"Bang...siang nanti gak usah jemput aku ya..aku mau belanja supermarket dulu...."

"Oke deh....kamu hati-hati ya...."

"Iya bang...nanti siang..abang makan di rumah ya...Alya mau masakin buat abang....."

" Iyaa...iya...udah ya...istriku sayang....."

"Assalamualaikum...."

"Waalaikumsalam...sayang..."

Setelah menelpon suaminya Alya bergegas mencegat taksi, ia menuju supermarket terdekat. Sesampai di supermarket Alya memilih-milih belanjaannya, ia ingin memasak untuk suami tercintanya. Ia ingat Fariz sangat menyukai masakan pedas. Ia berharap Fariz menyukai masakannya.

Ketika asyik memilih barang belanjaan Alya ditepuk seseorang dari belakang.

"Alya kan....iya kamu Alya..."

Seorang lelaki menyapa Alya. Tentu saja Alya kaget. Ia berbalik, ia terpana. Laki-laki itu adalah seorang dari masa lalunya. Seseorang yang pernah sesaat mengisi ruang hatinya, meskipun tidak sebagai kekasih tapi lelaki itu pernah menyatakan cinta padanya.

"A....arya....kamu....."

Ya..laki-laki itu bernama Arya, teman sebangkunya semasa SMA. Setelah Alya pindah dari desa ia menjadi pribadi yang tertutup hingga ia bersekolah di SMA ia berkenalan dengan Arya. Awalnya ia tidak menyukai Arya yang selalu bertindak konyol untuk menarik perhatiannya, tapi lama-lama Alya menjadi terbiasa. Ia dapat menerima Arya sebagai sahabatnya.

Hingga pada saat mereka menginjak kelas 2 SMA ternyata Arya nekad menyatakan cinta pada Alya. Tentu saja Alya sangat terkejut. Ia selama ini hanya menganggap Arya sebagai sahabatnya, tidak lebih dari itu. Tanpa ia sadari ternyata Arya menaruh hati padanya.

Alya menolak cinta Arya tersebut dengan halus. Namun, hal tersebut berefek besar buat Arya. Ia menjadi segan dan sungkan terhadap Alya. Arya menjadi pendiam. Perubahan itu disadari oleh Alya, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Hingga suatu hari Arya berpamitan kepada Alya, ia mengatakan akan pindah sekolah dan mengikuti kedua orang tuanya yang dipindah tugaskan ke daerah lain.

Alya tahu, ada sorot mata terluka dari tatapan Arya saat itu. Namun ia tak bisa mendustai hatinya kalau ia tak bisa melupakan Fariz seseorang dari masa kecilnya. Di sore yang gerimis itu Alya terakhir kali bertemu Arya.

"Al..al...alya...."

Panggilan Arya sekali lagi menyadarkannya dari lamunan panjang.

"Apa kabarmu...Alya...??"

"Ba...baik...Arya...kamu...kembali..."

"Ya..Alya..aku kembali ke kota ini....kota yang memberikan banyak kenangan, tentang cinta pertamaku"

Wajah Alya memanas, mendengar perkataan Arya tersebut. Cepat-cepat ia menguasai dirinya.

"Mmh..Arya..sudah siang...aku mau belanja..."

"Kamu mau kemana...boleh minta nomor kontakmu..."

Alya berpikir sejenak, tak salahnya ia memberikan nomor kontaknya, anggaplah Arya sahabatnya yang lama tak bertemu.

Arya pun segera menyimpan nomor kontak Alya. Wajahnya terlihat sumringah.

"Sudah ya..Ar..aku mau belanja dulu...

"Mhmmmm....baiklah...nanti aku hubungi kamu.."

Alya mengangguk, ia segera berlalu meninggalkan Arya. Tanpa ia sadari sorot mata Arya menyiratkan kerinduan yang mendalam ketika menatapnya.

Terjebak Kenangan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang