Duka Majapahit 2

656 20 0
                                    


Tubuh Arganata tiba tiba berkeringat dingin, dia harus bisa memberi jawaban pasti, namun dalam hatinya sendiri merasa itu tidak pasti.

" hamba sangat yakin gusti prabhu "

Dia tahu dari konsekuensi jawaban tetsebut, hukuman, dan itu pasti, tanpa gusti prabhu ucapkan, Arganata sudah yakin akan hal ini.

" bagaiman dengan ayahku paman Arganata..? "

Semua mata yang ada di pendopo istana, seketika itu juga langsung tertuju kepada bhre Paguhan.

Untuk kesekian kalinya, Arganata dibuat berpikir mencari jawaban yang bisa menenangkan hati keluarga raja.

" bagaimana kondisi anakku Rajasa Kusuma saat ini ? "

Tambah gusti prabhu Wikrama Wardhana.

" hamba berusaha dengan segala kemampuan yang hamba miliki "

" yang aku tanyakan Arganata, keadaan anakku Rajasa Kusuma, apakah ada tanda tanda sembuh, atau sebaliknya ? "

" ijinkan hamba memeriksanya gusti prabhu?"

Gusti prabhu Wikrama Wardhana tidak langsung menjawab, cuma desahan nafasnya yang terdengar, wajahnya memancarkan aura kekecewaan.

" silahkan paman tabib "

Dengan ditemani oleh dua orang prajurit, tabib Arganata menuju kamar pangeran Rajasa Kusuma.

Ruangan itu terlihat sunyi, tidak ada yang bersuara, dua emban bergegas keluar saat Arganata memasuki ruangan.

Pangeran Rajasa Kusuma terbaring lemah, kedua matanya tertutup, dadanya bergerak naik turun secara perlahan.

Dari mulai dahi, hingga pergelangan kaki, semua diperikasa oleh Arganata.

Arganata terdiam, otaknya sedang berpikir, beberapa lembar dedaunan, dan akar akaran masih teronggok dikamar pangeran Rajasa Kusuma.

Tak lama kemudian, jari jemari Arganata mulai bergerak melembutkan daun dan akar tersebut.

Wajahnya mulai berkeringat, dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, baginya kesembuhan pangeran Rajasa Kusuma adalah yang utama.

Ampas akar dedaunan tersebut dia oleskan ke sekujur tubuh pangeran Rajasa Kusuma, sementara airnya akan diminumkan.

Untuk mengoleskan ampas ke tubuh pangeran Rajasa Kusuma, tentu bukan hal yang sulit, karena dia sedang tidur, tapi untuk meminumkan, itu yang dirasa sulit oleh Arganata.

" emban beritahu gusti prabhu, aku ingin membangunkan pangeran Rajasa Kusuma "

" sendiko tabib Arganata "

Arganata mulai tidak bisa tenang, denyut nadi pangeran Rajasa Kusuma mulai melemah.

" bangkitlah pangeran.."

Namun tidak ada tanda tanda dari Rajasa Kusuma akan bangun dari tidurnya.

Terdengar suara langkah orang yang tergesa-gesa, dan dalam pikiran Arganata, itu pasti gusti prabhu Wikrama Wardhana.

" bagaiman keadaannya ? "

" ijinkan hamba membangunkan pangeran Rajasa Kusuma gusti prabhu ? "

Gusti prabhu Wikrama Wardhana tidak menjawab permintaan Arganata, namun dia sendiri langsung bergegas membangunkan pangeran Rajasa Kusuma.

" Rajasa Kusuma anakku, bangunlah "

Kedua tangan gusti prabhu Wikrama Wardhana menggoyang goyang tubuh putranya tersebut.

Secara lembut belum juga bangun, gusti prabhu mulai agak keras menggerakkan tangannya.

Secara perlahan kedua bola mata Rajasa Kusuma terbuka, namun tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Cangkir yang ada dalam genggaman Arganata langsung diraih oleh gusti prabhu, dan di minumkan pada Rajasa Kusuma.

" tabib Arganata "

" sendiko gusti prabhu "

" jangan pernah tinggalkan anakku '

" sendiko gusti prabhu "

Arganata tidak bisa tenang, perasaan mulai menangkap hal hal yang mengkhawatirkan, namun dia berusaha untuk menepisnya.

Tapi dia tidak bisa menampik kenyataan di depannya, jika kondisi pangeran Rajasa Kusuma kian melemah.

Kesunyian kamar pangeran Rajasa Kusuma tiba tiba berubah, dia terbangun dan mengerang kesakitan.

" pangeran.., pangeran , ada apa ? "

Belum sempat Rajasa Kusuma menjawab, dia sepertinya tidak bersuara lagi.

Arganata mencoba menggoyang goyang tubuh Rajasa Kusuma, namun dia tidak bereaksi sama sekali.

Arganata memeriksa dahi dan pergelangan tangan, juga dadanya, namun sudah tidak ada denyut nadi.

Ksatria Majapahit 2 Bhre Tumapel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang