Jebakan Lawan

373 12 0
                                    


" habisi dia "

Perintah salah satu diantara mereka.

" tamatlah riwayatmu hari ini "

Panji mencoba bergerak, namun dia sudah tidak mampu lagi, kini cuma kepasrahan akan datangnya kematian.

Saat keris itu sudah diangkat tinggi, dan Panji telah siap menanti datangnya kematian dirinya.

Terdengar deru suara kuda dipacu dengan kencang, dan disertai teriakan teriakan lantang.

" kita pergi "

" kali ini kau selamat prajurit, tapi tidak lain hari "

Panji mencoba untuk bangkit, namun tidak bisa, dia cuma berhasil menyandarkan tubuhnya.

Panji baru bisa melihat dengan jelas siapa yang datang kala mereka sudah dekat.

" syukurlah aku selamat, yang mulia bhre Tumapel "

Sejenak bhre Tumapel diam, dia mengamati keadaan Panji yang terluka dalam.

" aku bangga pada prajurit yang pemberani, namun aku tidak suka pada prajurit yang sok pahlawan, dan sok jagoan "

Kata kata yang cukup menohok bagi Panji dari seorang calon raja Majapahit yang usianya hampir sama dengan dirinya.

" rawat lukamu, dan jangan ikut berperang sebelum sembuh "

Rasa sesal itu selalu datang belakangan, hal ini Panji rasakan saat ini, akibat meremehkan lawan.

Luka dalam yang dia derita akhirnya memaksanya untuk tidak ikut dalam penyerbuan ke istana Wirabhumi.

" maafkan saya tuan Danang Wiratana "

Danang Wiratana cuma bisa menganggukkan kepala tanpa ada suara yang keluar dari bibirnya.

Apa yang ditunjukkan Panji sebenarnya sudah benar dalam pandangannya, meski para pemimpin prajurit Majapahit yang lainnya menganggap tindakan Panji salah.

Para prajurit Majapahit mulai bergerak menuju istana Wirabhumi, sementara Panji harus tinggal di desa Tanjung watu untuk menyembuhkan lukanya dengan seorang tabib.

" musuh tidak jauh dari sini, dan didepan ada sebuah desa, dibelakang desa itu musuh menanti, kita masuk bergelombang "

Perintah bhre Tumapel.

Seperti saat Panji memasuki desa tersebut, suasana kali ini jauh lebih sepi, rumah rumah penduduk tertutup rapat, dan tidak terlihat seorangpun terlihat

Bhre Tumapel tidak mau gegabah dalam mengeluarkan perintah, karena merasa ada yang janggal dengan desa ini.

" perintahkan beberapa prajurit untuk memasuki salah satu rumah "

Belasan prajurit bergerak mengepung salah satu rumah, sementara bhre Tumapel mengawasi dari atas kuda.

Rumah itu tertutup rapat, jika dilihat dari luar, orang pasti menyangka kosong.

Dengan posisi siap bertarung, belasan prajurit Majapahit mengepung rumah itu, dan langsung mendobrak pintu depan.

Pintu terbuka dengan paksa, tusukan tombak langsung menyambut prajurit Majapahit dari dalam rumah.

Perang skala kecil tak bisa lagi dihindarkan, menang jumlah, tentu para prajurit Wirabhumi menjadi bulan bulanan.

" serbu setiap rumah.."

Ratusan prajurit Majapahit langsung berhamburan mendobrak pintu setiap rumah di desa tersebut.

Rencana untuk menjebak prajurit Majapahit gagal, karena posisi mereka sudah diketahui.

Desa yang sebelumnya terlihat begitu sepi, kini terdengar ramai dengan teriakan teriakan pembakar semangat, teriakan orang yang meregang nyawa.

Tidak ada kata ampun, yang ada setiap musuh yang masih bernyawa, harus dihabisi.

Prajurit Majapahit mulai diatas angin, satu demi satu prajurit Wirabhumi mulai bertumbangan.

" kemenangan tinggal menunggu waktu paman Narapati "

" benar yang mulia, kita tinggal menunggu waktu "

Ksatria Majapahit 2 Bhre Tumapel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang