Laksamana Cheng Ho

380 15 0
                                    


Kedua jari jemarinya terkepal erat, hembusan nafasnya terasa begitu berat, tidak ada kata yang bisa dia ucapkan, otaknya sedang berpikir untuk langkah selanjutnya.

Terbantainya seratus tujuh puluh prajurit di dekat benteng Gagak soca memang tidak dia duga.

Sementara diluar, sejumlah prajurit telah mengobarkan semangat perang untuk pembalasan.

Satu demi satu dia lihat wajah wajah yang ada di hadapannya, dari raut wajah terlihat jelas, jika mereka sangat marah.

" kita selesaikan masalah kita setelah perang mereka selesai "

Mereka langsung saling berpandangan, seolah olah ingin mendengar usulan yang lebih baik.

Sejenak semua terdiam, masing masing berpikir untuk memberikan sebuah usulan.

" kenapa harus menunggu mereka selesai perang laksamana? "

Tanya Zhang wen.

Laksamana Cheng ho tidak langsung menjawab, dia melihat wajah Zhang wen yang terlihat diliputi amarah.

" karena kita datang pada saat yang tidak tepat "

" itu masalah mereka "

" dan kita masuk di dalamnya "

Kembali semua terdiam, yang ada dalam otak mereka saat ini cuma satu, menyerang Majapahit.

" misi kita adalah persahabatan, bukan peperangan "

" tapi nyawa prajurit kita bagaimana laksamana? "

Menghadapi Zhang wen yang ngotot, tentu harus dengan kebijaksanaan, dengan harapan dia akan mengerti, dan meredakan sedikit amarahnya.

" aku memiliki cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini "

Sikap laksamana Cheng ho ini sangat disesalkan oleh mereka, namun dia punya kuasa, sebagai pimpinan, apapun yang dia putuskan harus dipatuhi oleh semua.

" lalu apa tindakan yang harus kita lakukan selanjutnya laksamana ? "

" kita tunggu sampai mereka selesai perang, setelah itu aku akan menuju pihak yang menang perang "

Pertemuan berakhir dengan sejumlah tanda tanya pada diri mereka masing masing, namun sebagian menyayangkan sikap laksamana Cheng ho yang dianggap kurang berani.

Kehilangan seratus tujuh puluh orang, bukan masalah kecil, namun laksamana Cheng ho menganggap semua itu bisa diselesaikan tanpa jalur dendam.

Dengan kekuatan sepuluh ribu prajurit, mereka yakin bisa menghancurkan Majapahit, atau bersekutu dengan bhre Wirabhumi, tentu kemenangan akan didapatkan, dan dendam atas kematian seratus tujuh puluh prajurit terbayarkan.

Walau kecewa, mereka harus patuh pada putusan tersebut, meski timbul gejolak pada para prajurit yang tidak setuju akan putusan itu.

Laksamana Cheng ho paham, jika sebagian besar para prajuritnya tidak setuju dengan keputusan dirinya, namun untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak, maka cara itu yang terbaik menurutnya saat ini.

Untuk mengobarkan perang kepada Majapahit adalah sama dengan bunuh diri.

Banyak kendala yang harus dipikirkan, selain iklim, dan medan yang tidak mereka kenal, tentu menjadi pertimbangan dalam mengambil tindakan.

Sejak awal keberangkatan dari pelabuhan Guangzhou, misi pelayaran ini adalah persahabatan, bukan perang, walau dengan ribuan prajurit yang ikut bersamanya.

Ksatria Majapahit 2 Bhre Tumapel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang