Kedatangan Panji

529 14 0
                                    


Panji cuma termenung, apa yang dia bayangkan buyar seketika, perjuangan antara hidup dan mati, seolah olah tidak dihargai.

" untuk sementara, surya Majapahit ini aku bawa, dan 
kita akan menghadap gusti prabhu Wikrama Wardhana setelah upacara pemakaman pangeran Rajasa Kusuma "

Cuma itu penjelasan dari Danang wirtana, padahal Panji sangat ingin menceritakan perjalanan mengejar benda tersebut.

" meskipun benda ini aku serahkan sekarang kepada gusti prabhu Wikrama Wardhana, tapi tidak akan pernah bisa mengobati kesedihannya "

Lanjut Danang wirtana kala itu.

Sebagai prajurit rendahan, tentu Panji tidak memiliki hak tanya, yang bisa dia lakukan cuma diam.

Sebelum sampai di kota raja, angan angan Panji sudah melambung tinggi, meski tidak akan dianggap pahlawan, namun usaha kerasnya pastilah dihargai.

Namun itu tinggal angan angan tanpa kenyataan, umbul umbul tanda bendera kesedihan terpasang di depan gerbang kota raja.

Yang meninggal pastilah orang penting kerajaan, karena ada umbul umbul, kalau orang biasa, sudah tentu tidak mungkin.

Karena umbul umbul pertanda itulah, Panji tidak ke pendopo istana, tapi menuju rumah Danang wirtana.

" untuk saat ini, kamu tidak usah masuk barisan prajurit, sementara jadi orang biasa, sampai semua acara pemakaman selesai "

Itulah kata kata terakhir Danang wirtana sebelum menutup pembicaraan.

Dari terdampar dipulau tidak berpenghuni, sampai ikut armada Cheng ho, kemudian pindah ke kapal saudagar yang membawanya ke Majapahit.

Dia ingin menceritakan itu semua ke Danang wirtana, namun apalah daya, orang yang dia anggap paling mengerti tentang dirinya, tidak ingin mendengar kisahnya.

Lemas dan lunglai, dan ada rasa kecewa, tapi Panji tidak bisa menyalahkan itu semua, karena keadaan yang membuatnya harus bisa menerima.

Kehilangan putra mahkota, tentu menjadi pukulan yang teramat telak bagi Majapahit.
melebihi kehilangan benda yang dia kejar.

Kini Panji cuma bisa pasrah dengan nasibnya, dia sudah tidak bisa berbuat apa apa, selain menunggu keputusan.

Panji merasa dia datang pada waktu yang tidak tepat, tapi dia juga tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari.

" kenapa aku selalu sial ? "

Ungkapan itu yang menggambarkkan perasaan dirinya, rasanya ingin sekali dia berhenti manjadi prajurit.

Dengan pikiran yang tidak karuan, langkah pelan Panji menyusuri jalanan kota raja, dia ingin pergi, dan tidak kembali.

" tugasku sudah selesai, dan sudah waktunya aku pergi "

Memutuskan untuk berhenti jadi prajurit Majapahit, itu yang dirasa tepat oleh Panji saat ini.

Walau hati kecilnya menolak, namun pikirannya yang mendorong dirinya untuk memutuskan hal tersebut.

Pada saat ini, cita cita yang dia impikan sejak kecil, dan telah menjadi kenyataan, namun harus berhenti di tengah jalan, sebuah keputusan yang berat, namun dia harus dia putuskan.



Ksatria Majapahit 2 Bhre Tumapel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang