[M.Y.T 07] Say "Mam!"

27.7K 1.4K 69
                                    

"Tumben datang pagi-pagi sekali?"

Andi menjawabnya dengan senyuman lebar.

"Aku ingin bertemu Rion. Aku ingin mengajaknya jalan-jalan," ujar Andi sambil masuk ke rumah Thalia.

Thalia mengikutinya di belakang. "Rion belum mandi. Aku akan memandikannya."

"Biar aku yang menyiapkan pakaiannya," ujar Andi.

Thalia mengangguk setuju kemudian mengangkat tubuh Rion yang sedang tengkurap di atas ranjang. Umur Rion sudah menginjak 4 bulan dan tingkah Rion sangat aktif.

Hidup sendiri tidak membuatnya merasa kesusahan saat merawat Rion. Thalia juga mendapat izin cuti sampai umur anaknya 6 bulan.

Andi juga selalu membantunya. Thalia tak pernah absen untuk mengucapkan terimakasih pada Andi.

Sekitar sepuluh menit, Thalia kembali dari kamar mandi sambil menggendong Rion yang berbalut handuk putih.

Terlihat Rion sedang asik memakan rambut Thalia dan mengoceh tidak jelas.

"Nggak boleh ditarik, Rion. Nanti Mamanya kesakitan," tegur Andi sambil mengulurkan tangannya untuk menggendong Rion.

Thalia melepaskan pelan-pelan tangan Rion dari rambutnya. Ibu muda itu duduk di atas ranjang dengan kaki yang diluruskan. Ia tampak memberi isyarat pada Andi untuk meletakkan tubuh Rion di atas kakinya.

Andi mengangguk kemudian membaringkan tubuh Rion di atas kaki Thalia. Thalia mengambil minyak bayi dan bedak tabur kemudian mengoleskannya ke tubuh Rion.

"Rion kedinginan nggak?" Tanya Thalia dengan suara lembut meskipun ia tau Rion tidak bisa menjawabnya.

Rion tampak tersenyum lebar hingga memperlihatkan giginya yang belum tumbuh.

"Lucu sekali kamu," ujar Thalia sambil menciumi wajah Rion yang penuh dengan bedak.

Bau khas bayi menyeruak di kamar Thalia. Andi sendiri sangat merasa nyaman dengan bau bayi tersebut.

"Gugu..."

Thalia mengerutkan keningnya bingung saat Rion mengatakan Gugu. Andi menoleh kemudian mengambil boneka anjing pemberiannya dan memberikannya pada Rion.

Rion yang melihat itu langsung antusias dan segera memeluk boneka anjing tersebut.

Thalia menoleh pada Andi seakan meminta penjelasan.

"Saat aku memberinya boneka anjing itu, Rion terlihat senang dan mulai mengoceh ria. Ia juga sering menyebut Gugu saat boneka itu ada bersamanya."

Thalia mengangguk paham kemudian tersenyum pada Rion. Diusia ini Rion mulai bisa tengkurap dan menggelinding kesana-kemari serta mengoceh dengan bahasa bayinya.

"Gugu...mam...mam..."

"Mam? Apa dia memanggilku Mama?" Tanya Thalia dengan wajah antusias.

"Mam...mam...ma."

Andi mengangguk saat Rion menyebut Mama. Thalia menggendong Rion dengan gemas dan mengecupi puteranya berkali-kali.

"Mama sayang sekali sama Rion."

🔶🔹🔸🔷

"Vion masih lama berada di sini, Bu."

"Ibu kangen sama kamu, Nak. Cepet pulang ya?" ujar Dellinda.

"Vion usahakan minggu depan bisa balik ke Jakarta," jawab Vion.

"Ya sudah. Jaga kesehatan ya, cari terus gadis itu. Ibu yakin, kalian akan segera bertemu."

"Iya, Bu. Vion tutup ya."

Setelah berbicara dengan Ibunya melalui telepon, Vion kembali duduk di kursinya dan mulai membaca proposal.

Sejak kecelakaan dan ada suara yang memanggilnya Papa, Vion jadi semakin semangat untuk mencari gadis itu. Morning sickness yang dialaminya juga sudah lama berakhir dan Ibunya sangat yakin kalau gadis itu sudah melahirkan.

Jika gadis itu tidak hamil, Vion akan tetap mencarinya sampai dapat.

"Selamat siang, Pak!" ujar seorang office boy yang membawa nampan berisi segelas coklat hangat.

"Siang. Silahkan masuk," jawab Vion tanpa mengalihkan pandangannya.

"Taruh minumannya di meja," imbuh Rion.

Office boy tadi langsung melaksanakan perintah Vion lalu keluar dari ruangan Vion.

Sedangkan Vion, ia mulai tidak fokus dengan pekerjaannya. Suara anak kecil yang memanggilnya Papa kembali mengusik keheningan.

Apa maksudnya?

Apakah gadis itu memang hamil?

Drtt...drttt...

Getaran ponsel membuyarkan lamunan Vion. Ibunya menelepon lagi.

"Ada apa, Bu?"

"..."

"Ibu nggak bohong kan?"

"..."

"Astaga, Ibu. Vion akan kembali ke Jakarta. Ibu tidak usah repot-repot kemari. Cukup saat Vion kecelakaan saja."

"..."

"Baiklah. Vion akan menjemput Ibu sekarang."

Setelah mematikan ponselnya, Vion segera menyambar jas mahalnya dan tak lupa kunci mobil. Dengan tergesa-gesa ia memencet tombol lift untuk menuju basement.

Dellinda tersenyum geli saat melihat putranya dari kejauhan. Namun, senyumnya tak lama luntur kembali saat mengingat apa yang pernah dilakukan oleh Vion dan belum ditemukannya gadis itu.

"Kenapa Ibu kemari? Ayah dimana?"

Dellinda memukul lengan putranya. "Seharusnya kamu menanyakan kabar Ibu, bukan bertanya alasan Ibu kemari. Ayahmu pergi ke restoran untuk menemui temannya. Cepat antar Ibu ke apartemen mu."

Vion mengangguk cepat tanpa berani membantah. Ia membuka pintu mobil lalu mempersilahkan Dellinda masuk.

Tidak ada percakapan selama perjalan. Tak lama, mereka sampai disebuah gedung tinggi nan megah tempat dimana Vion tinggal untuk sementara waktu.

"Ibu bisa istirahat dulu, Vion harus kembali ke kantor," ujar Vion.

Dellinda hanya mengangguk kemudian menyusun pakaiannya ke dalam lemari kamar tamu.

"Pergi sana!" Usir Dellinda.

Vion mengangguk dan tidak tersinggung. Baginya itu sudah biasa.

🔶🔹🔸🔷

Andi menghela nafas pasrah saat Thalia lebih fokus pada Rion. Harusnya, sekarang waktunya Andi untuk jalan-jalan bersama Rion tapi Thalia memaksa ikut dengan alasan takut terjadi sesuatu pada Rion.

"Kamu tidak ingin membeli sesuatu?" Tanya Andi.

Thalia menggeleng sambil tetap fokus pada Rion.

"Baiklah kalau tidak ada. Oh ya aku pamit pergi dulu, ada yang harus ku kerjakan di kantor," ujar Andi.

"Iya. Hati-hati di jalan!" ujar Thalia.

Thalia kembali menatap Rion yang ia pangku.

"Kenapa kamu sangat mirip dengan Papa mu?" Gumamnya.

Rion hanya tersenyum khas bayi sambil berusaha meraih wajah Thalia. Bayi tampan itu tampak senang saat melihat senyuman ibunya. Rion seolah mengerti kalau Thalia sangat bahagia dengan kehadiran dirinya.

🔶🔹🔸🔷

Jangan lupa vote dan komen.

Makasih yang sudah pengertian dan mau menunggu cerita ini❤️

Marry You, Thalia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang