[M.Y.T 08] Be Mine

28.6K 1.6K 107
                                    

Dellinda tersenyum puas saat melihat ruang tamu apartemen putranya terlihat cantik dan beberapa foto terpajang di atas nakas. Pandangannya teralihkan pada sebuah lukisan wajah gadis yang masih ia cari.

Mungkin, wajah dalam lukisan itu bukan yang sebenarnya tapi bibir merah seperti buah cherry itu benar-benar seperti aslinya. Setidaknya, itulah yang dikatakan oleh Vion.

Ia mengambil ponselnya kemudian mencari di internet tempat wisata terdekat dari apartemen ini. Ini kedua kalinya Dellinda datang ke Surabaya dan tidak sempat liburan saat datang untuk pertama kalinya.

Sebuah taman yang indah dan selalu jadi tempat bermain anak-anak menjadi pilihannya. Sekitar 50 meter dari apartemen dan bisa ditempuh dengan jalan kaki.

To: Hubby

Jam 4 sore jemput aku di taman yang ada di dekat apartemen Vion. Selesaikan rapatmu dan pulanglah!

Send.

Dellinda memasukkan ponselnya ke dalam tas beserta dompet. Setelahnya mengunci pintu, Dellinda bergegas menuju lift untuk turun ke lobby.

Mata coklatnya menatap jalan raya di depannya dengan pandangan kagum. Tak terlalu macet seperti di Jakarta.

Sesampainya di sana, Dellinda sedikit tertawa kecil karena di taman tersebut banyak anak kecil yang sedang berlarian.

Pandangannya tertuju pada seorang wanita dengan balita di pangkuannya. Mata Dellinda terpaku saat melihat wajah balita itu. Sangat mirip dengan Vion waktu masih balita.

Jantung Dellinda berdegup kencang entah karena apa. Wajah balita itu membuatnya merasa tenang tapi juga membingungkan.

"Hai," sapanya dengan ramah.

"Hai Nyonya. Silahkan duduk!"

"Apa dia putramu?" Tanya Dellinda.

"Ah, iya Nyonya. Namanya Rion."

"Oh begitu. Dia mirip sekali dengan putra ku."

Wanita muda itu hanya tersenyum canggung.

"Benarkah? Wah, kebetulan sekali," ujar wanita itu.

"Dimana suami mu?"

Ibu muda itu hanya terdiam, ia tak ingin menjawab.

"Dia berada entah dimana. Ah iya, perkenalkan nama saya Thalia. Nama anda?" Thalia mengulurkan tangan kanannya sementara tangan kirinya menggendong puteranya.

"Dellinda."

Dellinda pun membalas uluran tangan Thalia. Mereka saling mengobrol dan bercanda seperti sudah lama kenal.

"Sepertinya aku pernah melihat mu," ujar Dellinda.

Thalia tampak bingung. "Dimana? Saya rasa, kita baru bertemu."

"Apa kamu pernah pergi ke club malam?"

Thalia tampak tersinggung tapi ia berusaha tersenyum. "Pernah. Hanya sekali."

Marry You, Thalia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang