[M.Y.T 04] Fact

27.4K 1.5K 28
                                    

Vion mengusap kasar kepalanya saat seorang asistennya mengatakan kalau gadis itu sulit untuk ditemukan. Ia juga merutuki dirinya yang bodoh karena meniduri gadis asing di sebuah club.

"Cari dulu di kota ini. Kalau perlu kamu pinjam data kependudukan," ujar Vion. Asisten Vion mengangguk kemudian mengerjakan tugasnya.

Selesai dengan urusan gadis itu, Vion keluar dari ruangannya kemudian berjalan menuju ruang rapat.

🔶🔹🔸🔷

"Kamu tau siapa Ayahnya?" Tanya Frida sambil mengelus perut rata Thalia.

Thalia mengangguk. "Aku tau tapi aku tidak ingin bertemu dengannya."

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin mengganggu karirnya."

Frida berdecak sebal mendengar jawaban yang diberikan oleh Thalia. Itu tidak masuk akal sekali.

"Lalu, kamu akan menjalani kehamilan ini seorang diri? Tidak ingin memberi tau orang tuamu?" Thalia menggeleng.

"Aku tidak ingin membuat mereka merasa malu. Aku akan berhenti kuliah dan bekerja. Aku akan pindah ke kota lain," ujar Thalia. Frida memandang sedih sahabatnya.

"Kamu mau meninggalkan ku?"

Thalia tersenyum sedih. "Aku tidak ingin membuatmu malu. Kamu tau sendiri, orang Indonesia sangat tidak menyukai kehamilan di luar nikah. Itu aib. Meskipun tidak semuanya disengaja. Apapun alasannya, meskipun aku menjelaskan kalau aku korban pemerkosaan, masyarakat tidak akan percaya."

Frida terdiam kemudian mengangguk paham. "Lalu kamu akan bekerja di tempat yang baru?"

"Ya. Meskipun orang tuaku rutin mengirim uang, aku tetap harus bisa mandiri apalagi aku sedang hamil."

Frida menghela nafas pasrah. "Kapan kamu akan pergi?"

"Dua hari lagi."

Benar saja, dua hari kemudian Thalia sudah siap dengan koper besar dan tas selempang yang akan ia bawa.

Frida mengeluarkan sebuah amplop coklat yang terlihat tebal. "Ini untukmu. Itu adalah gajiku selama dua bulan, kamu bisa menggunakannya untuk kebutuhan mu. Gunakan sebaik-baiknya."

Thalia terlihat menolak tapi Frida memaksanya. Akhirnya, Thalia menyimpan amplop tersebut ke dalam koper.

"Terimakasih. Aku tidak tau kapan aku bisa kembali lagi. Tapi doakan saja semoga aku bisa kembali secepatnya."

Frida memeluk Thalia dengan erat. Mereka berpisah di depan pintu rumah.

"Hati-hati. Jaga calon keponakan ku baik-baik. Jangan lupakan vitamin mu. Makan yang cukup," nasehat Frida.

Thalia mengangguk kemudian melambaikan tangan. Tujuannya kali ini adalah Kota Surabaya. Perjalanannya melakukan waktu berjam-jam karena Jakarta dengan Surabaya jaraknya sekitar 800 kilometer.

Calon ibu muda itu keluar dari dalam taksi. Setelah membayar kendaraan, Thalia menggeret kopernya masuk ke dalam stasiun. Tidak terlalu ramai pengunjung karena hari ini bukan hari libur.

Thalia duduk di dekat jendela kemudian mengelus perutnya. "Kuat di sana ya, Nak. Mama sayang banget sama kamu," gumam Thalia.

"Lagi hamil ya, Dek?" Tanya seorang wanita paruh baya yang kebetulan mendapat tempat duduk di samping Thalia.

Marry You, Thalia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang