[M.Y.T Epilog]

22.3K 1K 20
                                    

"Aww....sakit," ujar Vion sambil memegangi luka di pipinya.

Thalia menatap sedih ke arah Vion. Pasti itu sakit. Dua jam yang lalu mereka baru sampai di Jepara. Thalia lahir di Jakarta dan menetap di sana bersama Frida, yang dulunya bertetangga dengan keluarga Thalia saat di Jepara.

Orang tua Thalia tidak ikut pindah ke Jakarta, Thalia di Jakarta hanya menuntut ilmu dan bekerja.

Saat Vion menjelaskan semuanya, Ayah Thalia murka kemudian memukul Vion dengan membabi-buta. Thalia berusaha mencegah tapi Ibu nya menghalanginya.

Setelah situasinya berubah, keluarga Vion dan Thalia berdiskusi dengan tenang. Meskipun orang tua Thalia terkejut, bahkan Ibunya hampir pingsan, mereka tetap menerima kehadiran Rion sebagai cucu mereka.

"Tiga hari lagi pernikahan akan dilaksanakan," ujar Dellinda dengan tegas.

Ia sudah tidak sabar untuk menjadikan Thalia sebagai menantunya.

"Apa tidak terlalu cepat?" Tanya Ibu Thalia.

Dellinda menggeleng, "Niat kami tulus untuk menjadikan Thalia sebagai bagian dari keluarga Millenium. Pernikahan akan dilangsungkan secara tertutup tetapi setelah sampai di Jakarta, kami akan mengadakan pesta resepsi untuk Vion dan Thalia. Bagaimana? Kalian juga ikut ke Jakarta."

Ayah Thalia mengangguk setuju. Lebih cepat lebih baik.

Di lain tempat, Thalia sedang menyusui Rion di kamar nya, ada Vion yang duduk di bawah ranjang sambil memperhatikan mereka.

"Apa tidak sakit?"

Thalia menoleh dengan raut wajah bingung. "Apanya yang sakit?"

Vion menunjuk Rion yang sedang menyusu dengan dagunya. Thalia akhirnya paham kemudian pipinya memerah.

Ternyata dari tadi Vion memperhatikannya.

"Sakit saat Rion menggigit puting ku," jelasnya.

"Apa aku boleh mencicipinya juga?"

Bukk...

Vion terjengkang ke belakang karena dihantam bantal oleh Thalia.

"Mesum," sini Thalia. Terdengar suara kekehan dari mulut Vion.

"Boleh yaaa? Pliss, sebentar saja." Vion memohon dengan wajah melasnya.

"Tidak. Ini punya anak mu?"

"Oke. Nanti kalau sudah menikah, aku mau mencobanya."

Thalia mendelik. Kenapa Vion sangat mesum?!

"Hehee. Aku hanya bercanda. Tapi kalau kamu mengijinkan, aku akan senang," ujar Vion dengan nada menggoda.

🔶🔹🔸🔷

Thalia menatap pantulan dirinya di cermin. Betapa cantiknya penampilan Thalia hari ini. Gaun putih dengan model sabrina, panjangnya menjuntai hingga kakinya tidak terlihat dan mahkota cantik di kepalanya.

Hari ini pernikahan Thalia dan Vion akan dilangsungkan. Hanya mengundang beberapa kerabat dan Frida juga ia undang.

Thalia merasa sungkan pada Frida karena ia belum menceritakan semuanya, tetapi tiba-tiba sudah mau menikah.

"Jaga sahabatku dengan baik ya Tuan. Jangan buat dia sedih," ujar Frida saat berhadapan dengan Vion yang ternyata atasannya dan calon suami sahabatnya.

"Tentu," jawab Vion dengan nada tegas.

Tanpa diminta, ia akan menjaga Thalia dan Puteranya dengan penuh tanggung jawab.

Acara dimulai dengan begitu khidmat. Mereka mengucap janji sehidup semati dan akhirnya menjadi sepasang suami-isteri. Para orang tua menitikkan air mata, karena mereka harus rela melepas Putera-puteri mereka untuk membangun keluarga sendiri.

Vion menatap Thalia, "Aku mencintaimu."

Thalia tersenyum haru, "Aku juga mencintaimu."

Dengan lembut Vion mencium bibir Thalia di hadapan para tamu undangan.

🔶🔹🔸🔷

"Kamu tidur saja dulu, aku mau menyusui Rion," ujar Thalia sambil mengelus rambut Vion.

Mereka sedang berada di kamar Thalia yang sudah disulap menjadi kamar pengantin yang indah. Lengkap dengan taburan kelopak bunga mawar di atas ranjang.

"Setelah menyusui Rion, kembalilah ke sini."

Thalia mengangguk kemudian pergi menuju kamar Rion. Setengah jam kemudian, Thalia kembali. Ia melihat Vion yang sedang berbaring di atas ranjang sambil menutup mata.

"Kamu sudah tidur?"

Tidak ada jawaban.

"Tidak jadi malam pertama?" Tanya Thalia dengan nada menggoda.

Spontan saja Vion langsung membuka matanya.

"Ayo kita mulai sekarang."

Vion mencium Thalia dengan lembut untuk menyampaikan betapa ia sangat mencintai Thalia. Ia ingin bersama Thalia seumur hidup.

Bibir itu berpindah menuju leher jenjang Thalia, mengecup dan membuat tanda merah.

"Kamu milikku," bisik Vion dengan suara serak.

"Ya, aku milik mu," balas Thalia.

Dan terjadilah proses pembuatan adik untuk Rion.

Paginya, mereka disambut oleh para orang tua yang sudah berkumpul di meja makan.

"Untung saja Rion tidak rewel semalam. Jika rewel, dia pasti akan mengganggu aktifitas kalian," goda Ibu Thalia dengan senyum geli di wajahnya.

Setelah sarapan, mereka berkumpul di ruang keluarga.

"Besok kita kembali ke Jakarta. Seminggu lagi, kita adakan pesta resep," ujar Dellano.

Vion dan Thalia mengangguk setuju.

Esoknya, mereka semua bersiap-siap menuju Jakarta. Ayah dan Ibu Thalia sangat senang bermain dengan cucunya.

"Lihat ini, Lia. Wajah Rion persis dengan mu saat masih kecil," ujar Ibu Thalia.

"Nanti saat sudah dewasa, dia akan mirip denganku," sahut Vion.

Selama perjalanan, mereka mengobrol dengan santai untuk mempererat hubungan keluarga. Diselingi suara Vion yang asik mengoceh hingga akhirnya dia tertidur karena kelelahan.

🔶🔹🔸🔷

Hai semuanya👋
Slow update sekali ya aku😂
Terimakasih yang sudah vote dan komen, terimakasih yang sudah mau menunggu cerita ini update.

Kita udah di ujung cerita. Maaf kalau cerita ini nggak nyambung dan alurnya membosankan. Baru pertama kali ini aku bisa tamatin cerita. Biasanya gantung, berhenti di tengah-tengah jalan.

Akan akan ekstra part nya. Ditunggu ya💕

Marry You, Thalia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang