6

29.5K 2.3K 284
                                    

Gimana shock therapy nya? Part kemarin bikin tegang gak? Bikin marah gak?

Aku publish part ini biar ngadem dikit...3600 kata  lebih lho...cukup panjang kan??
Maapken bila up datenya tersendat...
Dunia nyata lagi banyak urusan...
Jadi...dimaklumi kalo ada typo yak...

Selamat membaca

Aku terduduk kaku di depan IGD. Tubuhku gemetar menahan gejolak emosi yang seolah hendak menghanguskanku. Bayangan saat kulihat Febi yang tergolek pingsan dan diperkosa dengan brutal oleh para bajingan itu membuat amarahku membuncah. Aku ingin menghancurkan sesuatu tapi terjeda saat pintu IGD terbuka dan seorang perawat jaga keluar dengan panik.

"Keluarga pasien?"

Doni yang memang menemaniku sejak Febi ditemukan langsung bangkit mendekati perawat itu. Aku hanya diam dan mengikuti langkah Doni. Doni menepuk bahuku dan merengkuhnya dengan kuat.

"Dia tunangannya suster..."

"Pasien mengalami pendarahan yang cukup parah...kami butuh darah bergolongan B segera"

"Darahku B suster...dimana aku harus mendonorkan darahku?"

Doni menyuruhku duduk lagi di kursi tunggu sementara dia mendonorkan darahnya. Pikiranku buntu dan yang kuinginkan hanya melihat Febi. Seseorang menepuk bahuku membuatku menoleh dan kulihat papa menatapku dengan kilat emosi diwajahnya. Mama menghambur dalam pelukanku sambil menangis tersedu. Kedua mertuaku juga datang. Ibu menangis pilu dalam pelukan ayah.

"Papa sudah menangkap orang yang menumpahkan makanan ke bajumu.."

Emosiku kembali bergolak membuat aku mengepalkan tanganku dengan kuat.

"Kumpulkan dengan ketiga bajingan itu, Pa...aku sendiri yang akan mengurus mereka"

Hening, kami semua larut dalam emosi kami. Ibu mertuaku tak mampu mengendalikan diri dan pingsan membuatnya harus dirawat juga. Aku hanya  diam bersama papa yang beberapa kali menjawab panggilan ponselnya dan menjauh dariku.

Beberapa saat kemudian, Doni datang dan duduk disampingku bersamaan dengan papa yang baru selesai dengan ponselnya.

"Kendalikan emosimu Nak, Febi butuh kamu...karena pasti kejadian ini menimbulkan trauma padanya"

"Pasti, Pa..."

Pintu IGD kembali terbuka dan seorang dokter jaga mendekati kami.

"Bisa kita bicara di ruangan saya?"

Aku dan papa mengikuti dokter bername tag Elisa itu ke ruang jaganya.

"Bagaimana kondisi menantuku Dokter?"

Dokter Elisa menatap kami bergantian dan menghela nafas berat.

"Menantu anda mengalami pendarahan Tuan Darmawan...dan dengan sangat menyesal saya harus mengatakan kalau menantu anda juga  keguguran. Kekerasan seksual yang dialaminya membuat kontraksi pada mulut rahim menantu anda sehingga memicu keluarnya janin dari rahimnya"

Aku merasa hatiku remuk mendengar berita itu. Aku dan papa sama sama terdiam dengan emosi yang sepertinya membuat Dokter Elisa gugup.

"Dukungan keluarga dan orang orang terdekat sangat diperlukan untuk proses penyembuhan.  Sebentar lagi kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat dan begitu pengaruh biusnya hilang, pasien akan sadar"

"Terima kasih Dokter"

"Sudah tugas saya Tuan, saya turut prihatin atas musibah yang menimpa menantu anda"

"Terima kasih dan tolong rahasiakan kejadian ini...katakan pada semua perawat yang berjaga hari ini...hidup kalian taruhannya"

"Baik Tuan..."

Cinta Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang