9

30.6K 2K 74
                                    

Habis gelap terbitlah terang... Kita tinggalkan duka dan ucapkan selamat datang suka dan bahagia...

Udah siapin kipas kan buat yang panas panas???

Pssst... Yang di bawah umur skip aja ya...

Selamat membaca....

Sebulan berlalu dari hari dimana mama Elang membawaku ke yayasan miliknya.  Aku merasa gelisah karena aku masih saja belum bisa memberikan apa yang memang menjadik hak Elang pada tubuhku.  Kilasan kejadian itu masih saja menghantuiku setiap kali aku dan Elang memcoba untuk melakukan lebih dari sekedar ciuman. Elang tak pernah marah. Dia selalu menghiburku membuatku semakin merasa tidak berguna menjadi istrinya.

Kedua orang tuaku sudah pulang kampung karena kondisiku yang sudah membaik dan kebun kopi kami butuh perhatian karena mau mengahadapi musim panen. Elang membawaku ke rumah pemberian papa. Elang mempekerjakan beberapa asisten rumah tangga tapi aku meminta hak penuh urusan dapur.

Elang tak pernah membiarkanku sendirian di rumah. Mama selalu menemaniku bila aku tidak mau diajak ke kantor. Tapi aku akan dibawanya serta bila mama tidak bisa menemaniku.

Hari itu, aku ikut ke kantornya dan memilih memainkan ponsel Elang di sofa ruang kerjanya sementara Elang memeriksa berkas berkas yang butuh tanda tangannya. Sekitar jam 11, Doni dan Aldo datang dan Elang langsung meminta mereka menunggu di ruang meeting. Aku tidak ikut karena  aku mulai mengantuk. Elang menemaniku di kamar pribadinya sampai aku terlelap dan memintaku menelponnya bila aku terbangun dan meetingnya belum selesai.

Entah kenapa, tidurku kali ini tidaklah nyenyak.  Hanya 20 menit, aku sudah terbangun. Aku keluar dari kamar pribadi Elang setelah mencuci wajahku di kamar mandi. Aku tidak menghubungi Elang karena aku yakin meetingnya baru dimulai. Aku memilih ke taman yang berada di lantai bawah kantornya.

Seorang bodyguard wanita yang kukenal bernama Mia mengikutiku saat aku keluar dari ruang kerja Elang. Elang memang mempekerjakan beberapa orang bodyguard wanita khusus untukku bila aku keluar tanpa bersama Elang.

"Anda mau kemana Nyonya?"

"Ke taman tapi aku ingin minum teh dulu ke pantry. Jangan hubungi Elang, aku tidak mau mengganggu meetingnya. Kamu temani aku saja"

Aku menuju pantry khusus milik Elang di sebelah ruang meeting. Aku mengisyaratkan Mia agar tidak membuat suara karena pintu ruang meeting sedikit terbuka. Aku tidak mau Elang tahu kalau aku sudah bangun dan melarangku ke taman meski ada Mia menjagaku. Sayup sayup aku bisa mendengar suara perbincangan mereka yang terdengar serius membahas satu proyek.

Aku mendesah lega saat sampai di pantry tanpa ketahuan Elang. Mia segera membuatkan teh melati hangat kesukaanku. Mia mengambil beberapa buah untuk kujadikan kudapan di taman nanti. Setelah tehku habis, kami kembali berjalan keluar pantry dengan pelan agar Elang tetap tak menyadari kehadiranku. Suara percakapan mereka terdengar lebih santai karena kudengar Aldi tertawa cukup nyaring.

"Jadi...kau belum malam pengantin? Pantas saja wajahmu kusam"

"Ck...jangan bahas soal itu..."

"Ha ha ha... Iya iya, sorry. Aku hanya penasaran melihat wajahmu yang kusam. Beda sekali dengan dulu waktu kau mengabari kami tentang kehamilan Febi"

"Al...jangan kau goda dia...kalau juniornya tegang...siapa yang bakal nenangin"

"Sialan kalian!! Awas saja kalau kalian mengatakan itu di depan istriku dan membuatnya sedih! "

"Mana berani... Ya gak Don?? "

Aku menghentikan langkahku dan mengisyaratkan Mia untuk diam. Hatiku gelisah mendengar olokan Aldi dan Doni.

Cinta Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang