10

44.8K 2K 147
                                    

Sampai juga di part terakhir... Setelah ini aku akan publish KITA ya readers tersayangku...

Terima kasih untuk segala bentuk dukungan yang readers tersayangku sudah berikan pada story ini...

Selamat membaca...

Kedua mertua dan orang tuaku menyambut baik kabar gembira yang Elang sampaikan. Mama bahkan memberiku satu set perhiasan cartier yang begitu indah sebagai hadiah karena aku sudah bisa mengatasi traumaku. Papa tidak ketinggalan, dia memberiku buku tabungan dengan saldo 10 digit yang membuat aku kebingungan sendiri. Untuk apa uang sebanyak itu sedangkan Elang sudah memberiku segalanya termasuk kartu kredit untuk membeli keperluanku?

Aku tak berhenti bersyukur karena aku dikelilingi orang-orang yang begitu menyayangiku. Ayah dan ibu tidak bisa meninggalkan kebun kopi kami maka persiapan pernikahanku diserahkan sepenuhnya pada mertuaku dan Elang. Mereka hanya dimintai pendapat melalui telpon atau video call. Hampir dua bulan, dan kami mulai menyiapkan gaun pengantin. Urusan gaun memang sengaja di undur karena Tante Mira, designer kepercayaan keluarga Darmawan masih menghadiri fashion show di luar negeri.

Hari itu, Mia menemaniku ke butik Tante Mira. Gaun pengantin yang sebelumnya dipesan sudah dilelang dan disumbangkan ke yayasan mama. Membuang sial kata mereka, padahal aku tidak terlalu mengambil pusing hal itu. Mama menunjukkan aku katalog baru yang menampilkan gaun gaun cantik yang begitu mewah.

Aku bingung karena semua gaun terlihat indah dan memasrahkan semua pada mama. Mama memutuskan satu model gaun dan memintaku mencobanya. Mama memelukku haru melihat gaun itu begitu sempurna membalut tubuhku. Tante Mira menyanggupi akan menyelesaikan gaun itu kurang dari 2 bulan.

Tiba tiba dia memiliki ide jahil. Dia memintaku mencoba satu gaun yang terlihat seksi dan terbuka di bagian punggung. Dengan ponselku dia mengambil fotoku dan langsung mengirimnya ke ponsel Elang.

Me

Bagaimana menurutmu?

My Eagle

Jangan coba coba sayang...
Apa kau mau aku membakar butik tante mira?

Mama tertawa dan memperlihatkan pesan Elang. Tak lama kemudian tanda panggilan masuk terlihat di layar ponselku membuat mama semakin terbahak bahak.

"Abaikan...biar dia blingsatan sendiri"

"Tapi,  Ma"

"Kau terima nanti di panggilan ke 3"

Aku menurut dan benar saja, Elang kembali menelpon untuk kedua kalinya. Selama ini aku tidak pernah mengabaikan panggilan ponselnya dan jantungku berdebar membayangkan reaksinya.

Pada panggilan ke 3, mama memberikan ponselku setelah cukup lama ponselku berbunyi. Dia menggeser tombol hijau dan menyentuh panel loudspeakernya.

"Halo.. "

"Demi Tuhan Sayang!! Jangan ikuti kemauan mama... Aku akan membatalkan semua jika kau tetap memilih gaun sialan itu"

"Tapi kata mama gaun itu indah, resepsinya juga di dalam gedung"

"Aku setuju asal semua tamu undangan pria memakai penutup mata... Atau aku akan mencongkel mata mereka satu persatu"

Jantungku berdebar mendengar kata kata posesifnya. Aku kehilangan kata kata begitu saja.

"Ma, aku tahu ini hanya akal akalan Mama. Aku yakin saat ini Mama juga mendengarkan percakapanku"

Cinta Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang