Dirgahayu Republik Indonesia ke-74
Jayalah selalu Indonesiaku...Part kemarin aku lupa ngasih warning kalo ada adegan ++ nya...maapken ya...
Di part ini juga ada cuma dalam versinya Elang..
Terima kasih juga atas semua vote dan komen yang udah readers tersayangku berikan.
Selamat membaca....
Aku tersenyum melihat Feby akhirnya tertidur dengan lelapnya. Kuhentikan latihan fisikku dan mendekatinya yang seperti magnet selalu mampu menarik perhatianku. Kuelus pipinya dan dia mengerang sambil mengubah posisi tidurnya. Kucium puncak kepalanya dengan lembut saat dia kembali nyaman dengan posisi tidurnya.
Aku akan mengajaknya ke klinik Friska, sepupuku. Tapi bukan untuk memasang kontrasepsi tapi aku akan meminta Friska untuk memberi Febi penyubur kandungan. Jika Febi hamil, dia tidak akan menolak kunikahi dan dia akan menyandang namaku.
Mama sudah berkali kali memintaku membawa Febi dalam tiap acara keluargaku. Papa tidak berkomentar apapun tapi dari sekertarisnya aku tahu kalau dia sudah menyelidiki semua hal yang berhubungan dengan Febi.
Aku merasa egoku melambung saat aku menjadi pria pertamanya. Meski aku tetap cemburu saat mengetahui sejauh mana hubungannya dengan mantan sialannya yang tukang selingkuh itu. Katakan aku egois, tapi aku ingin sekali mematahkan tangannya yang pernah menyentuh bagian bagian tubuh wanitaku yang kini menjadi favoritku.
Aku menggelengkan kepalaku saat mengingat betapa kenyal kedua payudaranya dalam genggaman tanganku. Juniorku menggeliat membayangkan betapa ketat kewanitaannya membungkus juniorku. Aku menyugar rambutku dan memilih menyalurkan gairahku dengan menghajar samsak di studio latihanku.
Besok malam aku akan melawan Felix, mantan sahabatku. Aku mendengus dalam hati mengingat pertemuanku dengannya sebulan lalu.
Flash back...
Aku baru saja mengantarkan Feby setelah makan malam. Dengan kecepatan sedang aku melajukan motorku menuju X Arena. Feby ingin menontonku duel tapi aku melarangnya untuk yang kesekian kalinya. Bukannya aku tak percaya diri bila kekasihku menonton aksiku, aku hanya tak ingin ada pria lain meliriknya.
Aku heran dengan diriku, dulu bersama Cantika aku tidak perduli bila dia menarik perhatian pria lain. Cantika seorang primadona sekolah waktu itu dan aku biasa saja saat beberapa pria memujanya. Tapi Feby? Entah mengapa aku tak mau berbagi dia dengan siapapun.
Aku melirik kaca spionku dan mengetahui dua motor tengah mengikutiku. Di jalanan yang cukup sepi aku menghentikan motorku dan menunggu dua motor itu tiba.
Aku mengenali postur tubuh salah satu pengendara motor itu. Felix Hanjaya, mantan sahabat yang kupergoki bersama Cantika dulu. Aku mengangkat alisku melihat dia menatapku dengan penuh amarah.
"Long time no see...Felix"
Felix memgepalkan tangannya dan hendak menerjangku tapi dihalangi oleh temannya.
"Ck...aku sedang terburu buru...apa maumu?"
"Aku menantangmu di X Arena bulan depan!"
"Apa taruhannya?"
"Jika aku mengalahkanmu...jauhi Cantika"
"Dan jika aku yang menang?"
"Aku akan melepas Cantika untukmu"
Aku tertawa mendengar penawarannya membuat dia kembali emosi.
