Sasaran

3.5K 183 3
                                    

"Bang! Abang! Bang El?" Mikaila menggedor pintu kamar mandi seperti orang kerasukan setelah ia masuk tanpa izin ke dalam kamar Mikael. Kepanikan yang menderanya membuatnya seperti tidak bisa bernapas kalau Mikael belum keluar dari kamar mandi.

"Abang!"

"Pintu diketuk bukan digedor." Pintu tiba-tiba dibuka, wajah Mikael tampak menyeramkan dengan handuk kecil di tangannya. Kalimat Mikael tak bersahabat sama sekali.

"Maaf Bang! itu di luar Kak Tsabiya." Mikaila ngos-ngosan berbicara. Mikael menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti dengan ucapan adiknya. Sesaat setelahnya Mikael sudah beralih ke ponselnya. Meninggalkan Mikaila yang sebisa mungkin menghirup udara agar bisa berbicara.

"Abang, Kak Tsabiya cekcok sama Bang Al di depan kolam!" Pandangan Mikael teralih mencari keseriusan di mata adiknya. Terlihat bahwa Mikaila tidak berbohong sama sekali.

Langsung saja Mikael meninggalkan kamarnya disusul Mikaila yang masih tidak paham dengan raut wajah abangnya yang datar, tidak ada panik-paniknya padahal sang istri mungkin sedang dalam masalah melihat Mikall yang anti sekali dengan Tsabiya.

Langkah besar Mikael membuat Mikaila tak bisa mensejajarkan diri dengan abangnya. Dari pintu rumah terlihat sepasang tangan menggapai gapai udara dari dalam kolam.

Mikaila berubah panik. Mikael berlari dengan cepat.

"Kak Tsabiya!"

BYURRRR...

Mikael melompat dan menangkap tubuh kecil itu dari dalam air. Tangannya melingkari pinggang Tsabiya. Tsabiya dengan cepat mengalungkan tangannya di leher Mikael dan menenggelamkan wajahnya di sana. Tubuhnya bergetar. Napasnya saling memburu. Pelukan itu sama sekali tak dilepaskan dari Mikael.

"Ambil handuk, Il." Mikael langsung membawanya ke tepi setelah memperintahkan adiknya. Tsabiya mengangkat wajahnya. Menatap teduh Mikael yang menatap sekeliling kolam. Suaminya tampan, ia beruntung, mungkin.

"Di mana Mikall?"

"Pe-pe-pergi." Tsabiya membuang pandangannya saat Mikael menatapnya. Tsabiya sudah duduk di pinggir kolam dengan setengah kaki masih di air. Mikael berdiri di dalam kolam tepat di hadapannya dengan wajah ketat seperti polisi yang berhadapan dengan penjahat kelas kakap. Tsabiya istrinya, apa patut ia menampakkan wajah se-mengitimidasi itu?

"Mikall melakukan apa?"

Diam. Tangan Tsabiya saling mencengkram. Tiba-tiba Mikall memarahinya. Menuduhnya gila harta untuk ke sekian kalinya. Tsabiya bukan perempuan lemah, ia tidak terima dituduh yang bukan-bukan, Tsabiya mencoba menjelaskan tapi Mikall tak mau mendengarnya. Perempuan itu didorong ke dalam kolam. Tsabiya jadi kesal? Apa Mikael tak menjelaskan kepada Mikall soal pernikahan itu? Tsabiya tidak tahu menahu kenapa ia dijadikan istri tapi Mikall menghardiknya sebagai perempuan desa yang haus uang Mikael.

"Mikall mendorong kamu?" Tsabiya diam lagi memikirkan segalanya. Ia bukan tidak bisa berenang, sebagai anak dari pensiunan tentara, Tsabiya pintar berenang karena ayahnya dulu selalu mengajarkannya. Tsabiya tau banyak cara menyelamatkan diri dari musibah. Tsabiya juga pemberani, ayahnya menanamkan semua nilai berani dalam dirinya. Tapi kali ini kaki Tsabiya keram, ia tidak bisa berenang karena tidak ada pemanasan sama sekali. Beruntungnya ada Mikael yang menolongnya. Tidak tau apa yang terjadi kalau kejadian itu luput dari perhatian Mikaila. Paru-paru Tsabiya bisa dipenuhi oleh air.

"Ini handuknya, Kak. Nanti kedinginan."

"Terima kasih, Mikaila."

Tsabiya segera pergi ke kamarnya tanpa peduli apa pun. Hari ini Mikall benar-benar memperlihatkan kebenciannya dalam banyak cara. Mendorong Tsabiya ke kolam seperti seorang laki-laki tak berperasaan.

Tsabiya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang