SOL-1

6.4K 225 15
                                    

“Untuk apa koper sebanyak itu Sesilia?” ucap Nirina, kepada sahabatnya yang baru saja datang ke apartemen milik Faiz dengan banyak koper. Bukannya menjawab, wanita berusia 28 tahun itu malah memasukkan seluruh koper bawaannya ke dalam apartemen Faiz, membuat Nirina lagi-lagi mendengkus kesal.

“Mulai sekarang, aku akan tinggal di sini! Iyakan Faiz?” ucapnya sembari melirik Faiz yang tampak tersenyum geli kepadanya.

“Apa?!" pekik Nirina lagi, “Apa kau bilang?” sinisnya sembari meraba kening Sesil, yang kemudian di tepis kasar oleh wanita itu.

“Apasih? Kenapa kau begitu berisik!” kesal Sesil. “Ugh! Akhirnya aku bisa hidup bebas dan bisa melakukan apa pun yang aku inginkan!” tambahnya, sembari menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk yang berada di apartemen Faiz.

“Kau benar-benar berhenti menjadi model?” tanya Nirina lagi.

“Iya sayangku, dan sekarang aku hidup mandiri tanpa bantuan orang tuaku lagi.” ucapnya. Memang, Sesilia Denata sudah resmi mengundurkan diri dari dunia modelingnya tersebut selama setahun ini. Walaupun keluarganya tidak setuju dengan keputusannya, Sesil tetap pada pendiriannya, wanita itu menghabiskan hampir seluruh uang tabungannya untuk membayar uang ganti rugi atas pembatalan kontraknya dengan pihak manajemen. Bukan hanya itu, Sarah benar-benar membenci dirinya hingga mengusir Sesil dan menyita seluruh aset miliknya, dan mengatakan jika Sesil tidak boleh pulang ke rumah sebelum dirinya sukses. Selama setahun ini Sesil bersembunyi di sebuah tempat  terpencil untuk menenangkan semua kemelut di pikirannya. Dan hari ini dirinya baru menampakkan batang hidungnya lagi di hadapan para sahabatnya, setelah satu tahun hilang tanpa kabar.

“Dan aku, akan membuktikan kepada orang tuaku, bahwa aku bisa sukses tanpa bantuan mereka!” ujar Sesil lagi.

Sesil menerima secangkir coklat panas yang di berikan oleh Faiz, lalu meneguknya sedikit, sebelum akhirnya beralih menatap Faiz yang tengah berbicara dengannya melalui isyarat. “Kenapa kau tidak mencoba bekerja di perusahaan ku saja. Lagipula, untuk apa sibuk mencari pekerjaan, ke perusahaan lain, sedangkan sahabatmu memiliki perusahaan.” ucap Faiz.

Sesil meletakkan cangkir tersebut ke sebuah meja yang berada di hadapannya, dan membiarkan Nirina ikut meminum minumannya tersebut. “No! Faiz. Aku tidak ingin terus merepotkanmu. Aku berjanji jika nanti aku sudah memiliki banyak uang. Aku akan pindah dari sini!” ucap Sesil yang di balas dengan gelengan kepala dari Faiz. Kemudian Faiz kembali menggerakkan tangannya lagi, “Tidak. Kau sama sekali tidak merepotkanku Sesilia. Kau bisa tinggal di apartemen ini selama yang kau mau. Kau lupa, jika aku lebih sering pulang ke rumah? Kamu bisa isi apartemen ini selama yang kamu mau Sil.” Ucap Faiz.

“Nah, benar apa kata Faiz. Kau lebih baik tinggal di sini aja, lagipula, jika Faiz ada urusan ke luar negeri, atau urusan di rumah, apartemen ini kosong kok!” tambah Nirina.

Sesil tersenyum, sembari merangkul bahu kedua sahabatnya tersebut, “Aku beruntung memiliki sahabat seperti kalian...” ucapnya, lalu kemudian ketiganya tertawa bersama.

🌷🌷🌷

Sesilia merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran Queen Size yang tersedia di apartemen Faiz, yang sekarang adalah tempat tinggalnya. Ia sungguh sudah tidak memiliki apa pun, Ibunya menyita semua fasilitas yang ia miliki, ia sudah tidak punya nama yang tenar seperti dulu, tapi percayalah jika saat ini ia bahagia meski tidak lagi memiliki itu semua. Karena sejak awal memang inilah yang ia inginkan, hidup normal tanpa harus terbebani oleh banyak tekanan yang harus menuntutnya menjadi sempurna.

Sesilia memperhatikan layar ponselnya yang memunculkan sebuah foto ia dan ibunya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat merindukan semua momen menyenangkan bersama ibunya, tapi sekarang semua hanya tinggal kenangan, semua yang telah terjadi tidak akan pernah bisa terulang lagi, dan sekarang ia bukan lagi bagian dari keluarga Denata.

Bohong jika selama ini Sarah dan Satya Denata juga, tidak merindukan anak bungsunya tersebut. Seperti malam ini, Sarah lagi-lagi menangisi putrinya tersebut, bahkan sang suami juga menyewa seseorang untuk memantau dan melaporkan segala macam kegiatan yang di lakukan oleh putrinya. Mereka tidak benar-benar melepaskan Sesil begitu saja, Sesil benar, mereka berdua tidak boleh lagi egois dan mengatur-atur kehidupan Sesil, karena bagaimana pun sekarang anak itu telah tumbuh dewasa dan berhak menentukan hidupnya sendiri.

Sarah memang terlalu memaksakan Sesil untuk menjadi model papan atas, untuk meneruskan ambisinya yang telah pupus karena mengalami kecelakaan dan harus kehilangan salah satu kakinya suatu muda, Sarah merasa sangat sedih dan terpukul karena pihak manajemen memecatnya karena kecacatan tersebut, hingga akhirnya ia bertemu dengan Satya Denata. Pria yang tulus mencintainya dengan apa adanya, menerima kecacatannya tersebut, dan juga mau menuruti inginnya untuk memasang kaki palsu untuk dirinya. Pada tahun pertama pernikahannya, ia mulai hamil dan mengharapkan jika buah hati pertamanya adalah seorang perempuan yang kelak akan melanjutkan mimpi dan ambisinya yang sempat pupus, namun lagi-lagi Sarah harus menelan kenyataan pahit, ketika hasil USG menyatakan jika buah hati yang di kandungnya adalah seorang anak laki-laki yang lahir dengan selamat, dan di beri nama Arfansya Denata.

Tahun-tahun berikutnya, Sarah kembali mengandung. Dan kali ini jenis kelamin yang tengah ia kandung adalah perempuan, tentu saja Sarah merasa sangat senang, bahkan wanita itu sudah membeli banyak pernak-pernik untuk anak perempuan karena saking senangnya, mulai menghias sebuah kamar dan mengecatnya dengan cat tembok berwarna cerah kesukaan perempuan, namun semua itu kembali membuatnya terpuruk, ketika usia kandungannya menginjak enam bulan, ia harus kehilangan janin yang di kandungnya, Sarah keguguran, dan itu kembali membuatnya sangat terpuruk dan sedih, karena lagi-lagi mimpinya harus pupus.

Satu tahun berikutnya, Sarah hamil dan lagi-lagi jenis kelaminnya adalah perempuan. Satya sangat menjaga Sarah, dan memanjakan istrinya tersebut agar tidak stres dan kelelahan. Mereka berdua sangat memperhatikan tumbuh kembang calon bayi mereka. Setelah penantian yang cukup lama tersebut, putri mereka yang di beri nama Sesilia Denata lahir ke dunia dalam keadaan prematur. Satya dengan paniknya meminta perawatan terbaik untuk putrinya tersebut agar tetap bertahan, mengingat bagaimana istrinya ini sangat menginginkan anak perempuan.

Sejak Sesil kecil, Sarah selalu melarang Sesil bergabung dengan anak-anak kecil lainnya. Sarah selalu mengatur kehidupan Sesil, termasuk memilah teman yang cocok untuk putrinya. Sarah juga selalu mengatur semua jenis pakaian yang harus di kenakan Sesil agar putrinya itu tumbuh menjadi gadis yang feminin dan kelak akan menjadi model untuk meneruskan mimpinya.

“Seharusnya, kau berhenti memaksa Sesil lagi. Sesil sudah dewasa, dan ia berhak menjalankan kehidupan sebagaimana mestinya, tanpa ada campur tangan dari kita.” Sarkas Satya, yang kini berdiri di belakang tubuh sang istri yang tengah menangis di atas kursi taman, di temani rembulan malam yang tampak tertutup awan hitam.

“Sudah cukup, selama ini Sesil memaksakan dirinya untuk menjadi apa yang kau inginkan. Sekarang biarkan Sesil melakukan apa yang ingin ia lakukan!” tambahnya, yang semakin membuat Sarah terisak keras.

“Sesilia, pulang nak...mama rindu...” ucapnya di sela-sela isakannya.

Stay Or Leave [Prayoga Series I ] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang