SOL-7

3.9K 186 3
                                    

"Kemana saja, kau semalam?"

Gerakan Irham yang tengah melonggarkan dasinya itu mendadak berhenti, ketika sang nenek sudah menyambutnya di depan pintu masuk rumah ini. Irham memutar kedua bola matanya, dirinya benci ketika lagi-lagi sang nenek ikut campur ke dalam kehidupannya.

"Nenek tidak perlu tahu apa pun yang ku lakukan." Ucapnya dingin.

"Nenek hanya memastikan, apakah semalam kau menemui wanita itu lagi?" Ucap sang Nenek dengan nada penuh penekanan.

Marcellina yang kebetulan baru pulang dari rumah temannya, langsung berdiri bersisian dengan sang kakak yang tampak acuh kepada sang nenek. Diam-diam Marcellina mendesah pelan, mau sampai kapan abang sama nenek begini terus?

"Nenek ada apa?" Tanya Marcellina, Susanti membuang napas kasar, lalu beralih menatap Marcellina dan memberikan senyum manisnya kepada cucu kesayangannya tersebut.

"Tidak ada apa-apa sayang, kau sudah makan?" Tanya sang nenek kepada Marcellina yang di balas dengan dengusan kasar dari bibir Irham.

Marcellina mengabaikannya, "Cellina sudah makan, barusan di rumah teman. Nenek sudah makan? Ini sudah jam lima sore lho nek..."

Susanti tersenyum lembut, "Sudah, nenek sudah makan."

"Aku pamit. Aku perlu istirahat!" Sela Irham sembari melangkah masuk mendahului Susanti yang sudah kesal karena tingkah anak itu.

"Kakakmu itu benar-benar tidak punya sopan santun!" Kesalnya, Marcellina menggenggam lengan sang nenek dan tersenyum cerah kepadanya.

"Jangan terlalu menanggapinya nek. Lebih baik, kita masuk ke dalam, Cellina memilkki berita bagus, dan Cellina yakin nenek pasti akan senang mendengarnya!" Ucap Marcellina dengan antusias, dan itu menular kepada Susanti yang juga tampak antusias.

"Berita bagus apa? Nenek sungguh tidak sabar untuk mendengarnya!"

Marcellina tertawa, "Ya sudah, kalau begitu kita masuk dulu..." ajak Marcellina, lalu kemudian keduanya memasuki rumah dan mulai bercerita, dan melupakan tingkah Irham yang barusan sempat membuatnya kesal.

🌷🌷🌷

Irham membaringkan tubuhnya ke atas kasur king size miliknya, menatap langit-langit kamarnya dengan lelah. Ini yang tidak membuatnya nyaman berada di rumah ini, Neneknya selalu mengawasi dan mengorek kehidupannya, lali mengatur semuanya sesuka hatinya. Sungguh Irham membenci hal itu! Tapi dirinya beruntung memiliki Marcellina di hidupnya, adiknya itu selalu bisa menyelamatkannya dari interogasi neneknya, meski agak sedikit menyebalkan dan maja, Irham sangat berterima kasih kepada adiknya tersebut.

Dua tahun berlalu, ia dan Riyanti masih harus menjalani hubungan diam-diam seperti ini. Irham tahu hal ini jelas sangat menyakiti Riyanti, lagi pula wanita mana yang kehadirannya tidak ingin di akui? Tentu tidak. Tapi Riyanti dengan sabarnya mau melakukannya selama dua tahun ini, wanita itu masih setia mencintai dan mendampinginya seperti saat pertama mereka menjalin hubungan dulu.

Jika saja Susanti tidak semena-mena dengan memisahkannya dengan Riyanti, mungkin saat ini ia sudah memiliki keluarga kecil yang bahagia. Dan ketika dirinya sedang lelah seperti ini, Riyanti akan ada memeluk dan menenangkan dirinya. Irham janji, ia akan memperjuangkan Riyanti, akan menikahi wanita itu meskipun Susanti akan mendepaknya dari keluarga Prayoga.

Stay Or Leave [Prayoga Series I ] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang