"ABANG! ABANG KENAPA TIDAK BILANG JIKA--
"Cellina." tegur sosok pria yang tengah mengobrol dengan seseorang. Pria itu tampak memberikan tatapan tajam untuk memberitahu sosok wanita muda itu untuk diam.
"Maaf..." gumamnya pelan. Kemudian wanita itu memilih ke luar ruangan sang kakak, dan menunggu hingga tamu sang kakak keluar.
Marcellina menoleh ke meja sekretaris yang tidak jauh dari ruangan sang kakak, tapi sepertinya sosok wanita itu belum kembali dari toilet. Marcellina menghembuskan napas kasar, menunggu itu memang menyebalkan!
Setelah menunggu agak lama, akhirnya sang kakak meminta Marcellina masuk ke dalam ruangannya. Marcellina langsung memeluk sang kakak dari belakang.
"Terimakasih untuk kejutannya.." pekiknya senang.
Irham mengerutkan keningnya, kejutan? "Kejutan? Abang tidak merasa membuat kejutan untukmu." ucapnya bingung.
Marcellina melepaskan pelukannya dari sang kakak, kemudian ikut duduk di samping Irham yang masih sibuk membaca beberapa dokumen penting. "Abang jangan pura-pura bodoh!"
Irham meletakkan berkas tersebut di atas meja yang berada di hadapannya, lalu menatap sang adik dengan sebal. "Kau ini kenapa sih? Abang sungguh tidak membuat kejutan apapun. Jangan melantur Cellina!" Kesalnya. Adiknya ini sudah halu ya?
"Abang sungguh tidak tahu, jika kak Sesil bekerja menjadi sekretaris abang?" Tanya Marcellina, wanita muda itu masih belum menyerah menanyakan hal yang menurut Irham tidak masuk akal ini.
"Sesil siapa?" Kesal Irham. Adiknya ini benar-benar menyebalkan.
Marcellina berdecak kesal, kemudian mengotak-ngatik ponselnya, dan menunjukkan sebuah foto kepada Irham. "Ini siapa? Ayolah, mana mungkin Abang tidak kenal dengan sekretaris abang sendiri?" Kesal Marcellina.
Dengan kesal Irham merampas ponsel sang adik yang memperlihatkan sebuah foto Marcellina dengan sosok wanita cantik berkemeja merah maroon yang sama-sama tersenyum ke arah kamera, jenis senyuman kecil namun bisa memikat pria seperti dirinya.
"Dia--Sesilia yang itu?" Gumamnya dengan mata yang masih menatap ponsel milik sang adik.
Irham tahu betul jika adiknya ini penggemar berat seorang model yang setahun lalu menggemparkan dunia dengan berita dirinya yang memilih berhenti dari karier modellingnya. Dan siapa sangka jika model tersebut terlihat sangat cantik dengan wajah naturalnya itu bekerja sebagai sekretaris di kantornya. Bukankah ini gila?
Jangan katakan, jika wanita yang kemarin ia temui di sebuah mini market itu juga adalah dirinya?
"Bang? Abang!" Teriak Marcellina, yang berhasil memgembalikan fokus sang kakak.
"Kenapa sih teriak-teriak?" Sungutnya, lalu pria itu memberikan ponsel milik Marcellina kepada sang pemilik, sedang sebelah tangannya sibuk mengetikkan sebuah pesan kepada seseorang.
"Abang semalam tidak pulang, abang pergi ke mana?" Tanya Marcellina, sedangkan Irham hanya mendesah pelan, ia sudah menduga jika kedatangan Marcellina kemari bukan tanpa alasan.
"Abang sibuk. Lebih baik, kau pulang sana!" Ucap Irham sembari berpura-pura sibuk membaca dokumennya.
"Tidak mau! Cellina akan pulang, jika Abang mau meminjamkan aku mobil."
"Kau gila ya. Tidak. Abang tidak mau sampai mobil abang rusak lagi."
For your information, Marcellina adalah pengemudi yang buruk, sangat buruk hingga sering membuat mobil Irham rusak parah.
Marcellina bersandar manja pada lengan sang kakak, mengedipkan matanya berkali-kali, memohon sang kakak untuk memgizinkannya pergi membawa mobil milik Irham. "Ayolah bang, boleh ya.."
"Tidak!"
"Pliis...!"
"Tidak. Pokoknya abang tidak mau!"
Marcellina mendengus sebal, "Cellina tidak akan pergi sendiri kok, Cellina akan pergi dengan--"
Tok..tok..
Irham langsung meninggalkan sang adik yang tengah mengumpat sebal kepadanya, Irham sengaja memghindari Marcellina, dan memilih membuka pintu ruangannya sendiri.
Irham tersenyum tipis, sangat tipis nyaris tidak terlihat. Ketika sosok wanita dengan setelan kemeja merah maroon dan rok pensil hitam sebatas lutut muncul di hadapannya dengan membawa beberapa berkas di tangannya. Entah kenapa ia merasa tertarik memperhatikan sosok itu.
"Maaf pak saya--"
"Ada apa?" Irham langsung memotong ucapan Sesilia.
"Maaf, ini ada beberapa berkas dari Ranggana Group yang harus anda tanda tangani." Ucap Sesilia lembut.
Irham kembali tersenyum, menyandarkan tubuhnya di balik pintu yang sebelumnya sudah ia tutup, ia sengaja meninggalkan Marcellina sendirian.
"Seorang sekretaris baru, harusnya memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum memberikan berkas itu kepada atasannya. Apa kau mengerti nona Sesilia?"
Sesilia berdehem, sungguh saat ini ia merasa sangat risi dengan tatapan pria itu yang mendadak membuatnya merasakan sengatan listrik yang entah berasal dari mana.
"Ya pak. Saya mohon maaf sebelumnya jika saya tidak--"
Irham melangkah pelan mendekat pada Sesilia yang masih terpaku di tempatnya. "Kamu memang tidak sopan. Bagaimana jika aku tidak memaafkanmu?" Ucapnya pelan di depan bibir Sesilia yang terlihat sangat menggairahkan di mata Irham.
Sesilia terdiam, seluruh saraf di tubuhnya mendadak mati rasa, seharusnya ia melangkah mundur menjauh dari sosok pria di hadapannya, namun yang bisa ia lakukan hanyalah memejamkan kedua matanya, hingga ia terkejut dan membuka kedua matanya dengan lebar, ketika bibir pria itu sudah berada di atas bibirnya, dan lagi-lagi tubuh Sesilia tidak bisa bergerak.
Sial!
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Or Leave [Prayoga Series I ] [PROSES PENERBITAN]
Romantizm#6 Crazy 01/04/2020 #9 Complete 10/05/2020 Sejak awal menjadi pendamping seorang pria tampan sejenis Irham Prayoga bukanlah hal yang mudah. Hubungan mereka tak ayal terus di uji oleh banyak persoalan, termasuk hadirnya orang ketiga. Saat akhirnya so...