SOL-2

5.2K 197 2
                                    

Orang bilang, bagian paling menegangkan ketika melamar dan menjadi karyawan adalah saat melakukan interview kerja, ketika bos meminta laporan dadakan, dan saat-saat kena semprot bos. Dan pagi ini dalam seumur hidupnya, ini kali pertama baginya ia merasa begitu sangat gugup ketika salah satu perusahaan memanggilnya untuk melakukan interview kali ini. Gila memang, karena selama beberapa tahun ini ia terbiasa menghadapi banyak orang dan berlenggok-lenggok di atas panggung memakai rancangan busana dari desainer terkenal, tapi hari ini hanya karena sebuah panggilan interview dirinya bisa merasakan kegugupan yang sangat luar biasa.

Tenang sesil, tenang...

Wanita itu berkali-kali mengucapkan mantra penenang itu, seolah itu benar-benar bisa membuat dirinya sedikit rileks. Wanita itu meremas ujung kemeja putih milik Nirina yang ia pinjam tadi pagi, mantra penenang itu sama sekali tidak bekerja dengan baik, karena nyatanya sampai sekarang dirinya masih sangat gugup, bagaimana jika aku tidak lolos interview?

Sesilia berdiri dengan cemas di depan sebuah gedung besar yang berada di hadapannya, wanita itu bahkan berkali-kali menghela napasnya, ini pertama kalinya Sesil merasa gugup di depan publik. Sesil melangkahkan kakinya, memasuki gedung itu bersama dengan banyak orang yang sepertinya juga akan menghadiri interview seperti dirinya.

Sesilia kembali meneliti penampilan dirinya, memastikan jika kemeja putih dan celana panjang hitamnya masih terlihat rapi dan oke. Setelah di rasa semuanya sudah cukup wanita itu melangkah masuk ke dalam gedung tersebut.

"EH, BUKANKAH ITU SESILIA DENATA SI MODEL ITU?" Sesilia menghentikan langkahnya ketika suara teriakan itu terdengar, dan orang-orang mulai mengerumuni dirinya, sibuk meminta berfoto dengan dirinya.

Sesilia meringis, ya tuhan. Ternyata masih ada yang mengenalnya di sini.

"Kau benar-benar cantik sekali,
bagaimana jika kau menikah dengan kakakku?" Ucap seorang perempuan muda kira-kira berusia 21 tahun kepada Sesil.

Sesilia hanya tersenyum canggung, dirinya benar-benar tidak menyangka jika mereka masih sangat mengenalnya, padahal ia tidak memakai riasan apa pun, karena bagaimanapun Sesil tidak ingin semua orang mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, namun sepertinya itu tidak berhasil. Nyatanya mereka masih dapat mengenali Sesil.

"Nona Sesilia?"

Suara seseorang berhasil menginterupsi keadaan, dari semua yang semula ramai mengerumuni Sesilia, kini perlahan mulai menjauh dan menyisakan Sesilia dengan seorang wanita anggun yang barusan memanggil namanya.

"Ya?"

"Anda di perkenankan untuk memasuki ruangan interview, mari ikuti saya!" Ucapnya.

Sesilia menganggukkan kepalanya, kembali menghela napas berat sebelum akhirnya kakinya melangkah mengikuti sosok wanita anggun tersebut. Sebelum itu, Sesilia kembali berdoa dalam hati, semoga semuanya lancar dan dirinya bisa di terima bekerja di perusahaan ini. Kemudian dengan langkah berat, Sesil memasuki ruangan tersebut, ruangan yang akan mengubah jalan hidupnya, dan menentukan masa depannya nanti.

Semoga, aku bisa lolos interview, dan membuktikan kepada mama, jika aku bisa sukses tanpa uang sepeser pun dari mereka.

Ya, semoga semuanya lancar.


🌷🌷

Sesilia menyalakan keran wastafel, membasuh wajah polosnya yang tanpa make up. Kemudian menatap pantulan dirinya di depan toilet wanita, menghembuskan napas pelan, ia baru saja menjalani interview dan ia sudah merasa sangat lega sekarang, mereka mengatakan akan menghubunginya lagi jika nanti dirinya lolos dalam panggilan interview ini. Sesilia kembali membasuh wajahnya, setidaknya ia harus percaya jika dirinya akan lolos dan bisa bekerja di perusahaan ini.

Iya, ia hanya perlu menunggu saja...

Di tengah-tengah lamunannya, Sesilia merasakan getaran pada ponselnya wanita itu langsung mematikan keran wastafelnya dan mengambil ponselnya yang terus bergetar menampilkan panggilan video dari Nirina, wanita itu menghembuskan napasnya sebelum akhirnya ia tersenyum dan mengangkat panggilan video tersebut.

"Hai Sil, bagaimana interview-nya? Apakah lancar sayang?" seru Nirina sembari mengunyah makanan di mulutnya, tampaknya anak itu sedang makan siang bersama kekasihnya yang tampak sedang menyuapi makanan kepada Nirina.

Ah, kekasih. Sesilia terkadang merasa iri melihat kemesraan Nirina bersama kekasihnya, jujur Sesil juga ingin memiliki seorang kekasih yang benar-benar tulus. Bukan menginginkan harta apalagi mencintainya karena ia seorang model, dan memiliki tubuh yang indah. Sesil ingin seperti Nirina, memiliki kekasih hati yang sangat tulus mencintainya sepenuh hati.

"Lancar kok Na..." balas Sesilia, sembari berjalan keluar dari toilet perempuan, wanita itu harus segera keluar dari perusahaan ini dan mencari tempat makan yang enak untuk mengganjal rasa lapar di perutnya.

"Syukurlah. Mereka bilang apa? Kau langsung di terima kan?" tanya Nirina.

Sesilia menggelengkan kepalanya, dan itu membuat kening Nirina mengerut. "Hm, entah. Yang jelas, jika aku lolos, mereka akan mengabariku. Eh Na, bye the way, sorry ya aku harus tutup teleponnya, aku akan mencari makan siang dulu, sekaligus beli bahan makanan untuk di apartemen!"

Nirina menganggukkan kepalanya, "Oke, oke. Be careful ya Sil. Bye..." ucap Nirina sembari melambaikan tangannya ke kamera.

"Oke bye..." balas Sesil. Dan panggilan telepon itu terputus.

Sesilia menyimpan kembali ponselnya ke dalam sling bag miliknya, kemudian memasang senyum di wajahnya sebelum akhirnya wanita itu pergi meninggalkan gedung perusahaan dengan nama "PRAYOGA GROUP" yang akan merubah jalan hidupnya. Sesilia berharap bisa bekerja di tempat ini, mengingat selama beberapa bulan ini ia selalu kesusahan mencari pekerjaan.

Stay Or Leave [Prayoga Series I ] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang