SOL-3

4.6K 207 3
                                    

"Abang akan pergi ke mana?"

Gerakan Irham Prayoga yang sedang memasang jam tangan kesayangan miliknya itu terhenti, ketika sosok gadis berambut pirang bernama Marcelina Prayoga berdiri di hadapannya dengan tatapan mengintimidasi, seolah gadis itu sedang menginterogasi pencuri yang baru saja terpergok olehnya, dan Irham tidak suka dengan tatapan itu.

"Kantor." Irham menjawab pertanyaan sang adik dengan datar, bahkan pria itu langsung menyambar kunci mobilnya dan berniat meninggalkan sang adik yang masih menatapnya dengan 'Kepo' itu sendirian.

"Abang bohong kan? Abang tidak akan pergi ke kantor, tapi akan pergi menemui perempuan itu kan?" ucap Marcelina dengan sedikit berteriak, yang berhasil menghentikan langkah Irham.

"Bang, jika sampai nenek-"

"Marcelina!" sela Irham dengan nada datar namun mengalirkan perasaan takut kepada sang adik. Abang, kenapa abang masih nekat menemui perempuan itu?

"Kau itu masih kecil. Jadi berhenti ikut campur urusan orang-"

"Celina menyayangi abang, Celina tidak ingin Abang sampai bertengkar dengan nenek gara-gara ini. Kapan abang bisa berhenti perang dingin dengan nenek?" balas Marcelina, Marcelina tidak peduli jika setelah ini abangnya itu akan menampar atau menyakitinya, Marcelina hanya ingin semuanya kembali seperti semula, tidak ada perang dingin seperti sekarang.

Irham tampak mengepalkan tangannya, tidak. Ia tidak bisa menyakiti Celina sedikit pun, bagaimana pun Celina adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. "Terserah. Abang pamit." Pada akhirnya Irham tetap keras kepala dan tidak mendengarkan apa pun yang di katakan oleh sang adik.

"Abang keterlaluan! Almarhumah mama pasti sedih melihat abang yang seperti ini..." lirih Marcelina.

Irham memejamkan kedua matanya, 'Mama..' pria itu bergumam dalam hati. Selama hampir sepuluh tahun ini ia dan Marcelina hanya tinggal berdua, kedua orang tuanya telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil, dan selama ini mereka tinggal bersama Susanti Prayoga, sang nenek dan pemilik segala properti Prayoga Group yang resmi. Namun lima tahun ini hubungannya dengan sang nenek mulai merenggang, seharusnya dua tahun yang lalu Prayoga Group sudah menjadi miliknya, seharusnya dua tahun yang lalu ia sudah melaksanakan pernikahan dengan kekasihnya, namun sang nenek tidak merestui hubungannya dengan anak konglomerat bernama Riyanti Anggara, neneknya selalu ikut campur dalam urusan asmaranya.

Riyanti memang pernah mengaku jika dirinya sempat berselingkuh dengan pria lain, namun wanita itu sudah minta maaf. Tapi lagi-lagi neneknya ikut campur dan malah memisahkan mereka berdua.

"Abang pergi. Jika nenek bertanya abang ke mana, katakan jika Abang pergi menemui Riyanti!" ucapnya, sebelum akhirnya Irham benar-benar lenyap dari pandangan Marcelina yang sudah mengepalkan kedua tangannya menahan kesal. Abang! Dia sudah mengkhianati abang berkali-kali, dan abang masih mencintai perempuan itu? Sadar bang, sampai kapan abang terus di bodohi oleh wanita itu?

🌷🌷🌷

Irham menghentikan laju mobilnya di sebuah mini market, pria itu tidak benar-benar pergi untuk menemui Riyanti. Pria itu mengambil ponselnya yang berada di atas dashboard mobilnya, menatap layar ponselnya dengan wallpaper seorang wanita yang tersenyum ceria ke arah kamera. Riyanti Anggara, satu-satunya wanita yang berhasil menjeratnya sedalam ini, satu-satunya wanita yang sangat ia cintai melebihi apa pun. Pria itu menekan ikon pesan di ponselnya, mengetikkan sebuah pesan kepada Riyanti jika ia tidak bisa menemuinya hari ini.

Irham benar-benar merasa bersalah kepada Marcelina adiknya, harusnya ia mendengarkan setiap ucapannya, bagaimana jika nanti Marcelina membencinya karena keegoisan ini?

Tidak.

Irham menggelengkan kepalanya, ia dan Marcelina tidak boleh seperti itu. Pria itu menoleh ke samping kanannya, kemudian ia tersenyum. Ia membutuhkan beberapa camilan dan beberapa cup ice cream untuk Marcelina, setelah itu ia akan meminta maaf kepada adiknya.

Tanpa membuang waktu, Irham langsung memasuki mini market, dan mulai memilah beberapa camilan kesukaan adiknya, namun tiba-tiba tatapan matanya terhenti kepada sosok wanita dengan pakaian putih dan celana bahan berwarna hitam yang tampak serius memilah varian saus pasta di hadapannya. Wanita itu seolah menariknya untuk terus memperhatikan wajah natural namun terlihat anggun, Irham berdecak pelan, memangnya apa yang spesial dari wanita itu? Bukankah Riyanti jauh lebih menarik dari wanita itu?

Meski pikirannya terus berontak untuk menjauh dari sosok cantik itu, tubuhnya justru malah enggan pergi, dan terus memperhatikan wanita itu.

"Maaf? Apakah Anda juga ingin membeli saus pasta?"

Seruan itu berhasil menariknya dari alam bawah sadarnya barusan, Irham berdehem namun matanya masih belum teralih dari wajah cantik di hadapannya. "Ya" . Shit! Irham mengumpat dalam hati, demi tuhan. Kenapa ia hanya bisa mengatakan hal itu? Irham benar-benar tidak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa mulutnya seolah terkunci sendiri?

Wanita itu tampak melangkah mundur beberapa senti, "Oh, kalau begitu maaf jika aku membuatmu mengantre. Aku akan membeli saus pasta ini lain kali saja. Maaf sudah membuatmu menunggu!" ucap wanita itu, dan setelah itu wanita tersebut sudah pergi ke bagian kasir.

Shit!

Tunggu, Irham menggelengkan kepalanya, kenapa ia harus merasa kesal ketika wanita itu meninggalkannya. Ini benar-benar aneh. Sebenarnya ada apa dengan dirinya?

Ayolah Irham, itu sama sekali bukan tipemu!

Stay Or Leave [Prayoga Series I ] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang