"Bapak ini, tidak ada kerjaan lain ya, selain mengganggu hidup saya?" Jengkel Sesilia, ya tuhan. Mengapa engkau mempertemukan aku dengan sosok bos yang menyebalkan seperti ini?
Bagaimana Sesilia tidak berhenti mengumpati pria itu, pria itu tiba-tiba saja muncul dan mengganggu kedamaiannya di mana-mana. Dan sekarang pria cabul itu sedang ikut-ikutan membeli dan memakan mie ramen sepertinya. Hadeuuh capek deh!
"Saya boleh minta, nomor ponsel kamu?"
Sesilia memutar kedua bola matanya dengan kesal. 'Cih, apa sih sebenarnya mau orang ini? Menyebalkan sekali!' batinnya.
"Kita harus saling berkomunikasi Sesilia, siapa tahu saya ingjn menghubungimu dan menanyakan apa saja jadwal saya setiap harinya..."
Terserah anda deh!
Sungguh rasanya Sesilia ingin meneriaki pria itu untuk pergi dari hadapannya sekarang, tapi ia tidak ingin mempermalukan dirinya untuk kedua kali. "Kau dengar Sesil?" Tambahnya, sembari menghentikan kegiatannya yang tengah menggulung mie nya.
Sesilia memandang Irham datar, sembari bersedekap dada. "Bapak barusan berbicara dengan saya?" Ucapnya.
Irham mendengus pelan, kemudian menyentil dahi Sesilia dengan keras hingga wanita itu terpekik kesakitan.
"BAPAK SAKIT!" Pekiknya sembari memegangi dahinya yang terasa sangat sakit.
"Siapa suruh kau pura-pura tuli? Tuli beneran tahu rasa nanti." Ucapnya santai, lalu pria itu kembali sibuk mengunyah makanannya.
Sialan! Irham Prayoga benar-benar menyebalkan.
Merasa dirinya sedang di perhatikan, Irham mendongkak dan menatap Sesilia yang tengah mengusap dahinya dan sesekali meringis pelan. Irham membuang napas kasar, menarik lengan Sesilia yang sedang mengusap dahinya itu menyingkir dari sana.
"Bapak sedang apa sih?" Kesalnya. Bisakah pria itu berhenti mengganggunya?
Irham tidak menjawab, pria itu hanya bangkit dan mencondongkan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan dahi Sesilia yang tampak memerah.
Sesilia sontak langsung panik, "Bapak jangan macam-macam ya dengan sa--" Sesilia meneguk salivanya, menelan ucapannya, dan pikirannya yang barusan berpikir negatif tentang pria ini.
"Maaf, apakah masih sakit?" Tanyanya.
Sesilia hanya menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi, Irham tidak mencium keningnya seperti apa yang ia pikirkan, pria itu justru meniupi dahi Sesilia dengan lembut, dan memberikan usapan-usapan pelan pada dahinya yang barusan terasa sangat sakit. Sesilia masih terpaku di tempatnya, ia bahkan tidak sadar jika saat ini Irham sudah duduk dengan benar di kursinya dan sibuk melanjutkan acara makannya.
Sesilia mengerjapkan kedua matanya, tidak mungkin kan pria cabul sepertinya bisa berubah menjadi pria lembut dalam waktu yang sangat singkat kan?
Iya tidak mungkin.
Sesilia mengangkat bahunya acuh, memilih tidak peduli dengan sebuah perasaan asing yang melanda hatinya.
"Kau ingin tambah lagi? Jika ingin, beli lagi saja!" Titah Irham.
See? Baru saja Sesilia berpikir untuk berhenti mengumpati pria itu, namun pria itu justru malah kembali membuatnya merasa sangat kesal. Sesilia membuang napas kasar, ia harus sabar dan tenang. Sesilia melirik mejanya yang hampir di penuhi oleh cup mie ramen milik Irham Prayoga.
"Bapak belum kenyang apa? Bapak sudah makan banyak--"
Kini giliran Irham yang menatapnya sebal sembari bersedekap dada, "Kita sedang di luar kantor, bisakah untuk jangan memanggil saya bapak? Saya bukan bapakmu bye the way..." ucapnya kesal.
Sesilia mendengus pelan. kan, ini orang banyak maunya!
"Ya terus?" Ucapnya cuek.
"Panggil saya Irham saja." Ucapnya, kemudian pria itu meletakkan kartu kreditnya di hadapan Sesilia.
"Sana beli mie lagi, saya masih lapar." Titah Irham.
Sesilia menepuk keningnya pelan, ya ampun ini orang ! Bikin naik darah aja!
"Sana Sesil!" Titah Irham lagi. Dan itu cukup membuat Sesilia ingin mencakar wajah sok tampan bosnya itu sekarang juga.
Dengan wajah kesal, Sesilia mengambil kartu kredit itu dengan kasar, dan mulai memasuki mini market, membelikan banyak mie instan untuk Irham Prayoga sialan!
Irham membuang napas pelan, memainkan ponselnya yang sedari tadi bergetar, dan ia menemukan banyak pesan masuk dari Riyanti. Irham kembali membuang napasnya, menatap Sesilia yang sepertinya masih sibuk membelikan mie instan untuknya. Pria itu memilih bangkit dan meninggalkan mini market tersebut setelah membereskan sampah di atas mejanya, ia harus menemui Riyanti secepatnya.
Sesilia telah selesai membayar tagihannya dengan kartu kredit milik pria itu, Sesilia melangkah dengan kesal ke luar mini market, namun langkahnya terhenti tepat di depan pintu mini market tersebut, entah kenapa ada perasaan sedih dan kecewa, ketika dirinya tidak menemukan sosok Irham di sana.
Sesilia menggelengkan kepalanya, menepis perasaan asing itu. "Ya ampun. Kenapa orang itu begitu menyebalkan sekali! Dia memang sengaja mengerjaiku kan? Ya ampun!" Kesalnya, namun entah mengapa suara Sesilia justru malah sedikit bergetar, matanya juga tiba-tiba mendadak perih.
'Sesil Plis, kenapa kau jadi begitu cengeng, seperti ini?' Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Or Leave [Prayoga Series I ] [PROSES PENERBITAN]
Romance#6 Crazy 01/04/2020 #9 Complete 10/05/2020 Sejak awal menjadi pendamping seorang pria tampan sejenis Irham Prayoga bukanlah hal yang mudah. Hubungan mereka tak ayal terus di uji oleh banyak persoalan, termasuk hadirnya orang ketiga. Saat akhirnya so...