Sesilia menyambar ikat rambut dan sling bag miliknya dengan kasar, kemudian bergegas memakai flat shoes-nya dengan terburu-buru, membuat Faiz yang tengah meneguk kopi miliknya itu menatap Sesilia dengan heran.
"Kau terlihat buru-buru. Memangnya kau mau ke mana?" ucap Faiz dengan bahasa isyaratnya.
Sesilia berdecak pelan, ketika kakinya berkali-kali tidak masuk ke dalam flat shoes tersebut. "Astaga! Demi tuhan, aku sedang terburu-buru, kenapa kalian malah menyusahkan ku!" Hardiknya kepada sepasang flat shoes itu yang mendadak menyebalkan bagi Sesil. Kenapa di saat sedang terburu-buru begini semuanya malah membuatnya kesal.
"Sesilia! Kau mau ke mana?" Tanya Faiz lagi. Sesilia mendesah lega, akhirnya sepasang flat shoes itu berhasil terpasang di kedua kakinya.
"Aku akan pergi ke kantor." Singkatnya.
Kening Faiz kembali berkerut, "Kantor?" tanyanya.
"Iya, hari ini aku bisa langsung bekerja!" pekiknya senang, Sesilia tidak tahu keberuntungan macam apa, yang sedang menimpa dirinya ini. Ia pikir, dirinya tidak akan mendapat telepon dari pihak perusahaan Prayoga Group. Namun ternyata, semalam HRD menghubunginya dan mengatakan jika ia lolos dan bisa langsung bekerja hari ini.
Faiz melirik arloji yang melingkar di tangannya, kemudian langsung menarik lengan Sesilia keluar dari apartemen ini, dan langsung menekan tombol menuju lantai dasar, di mana mobil milik Faiz sudah menunggu.
"Kalau begitu kita harus buru-buru. Aku tidak ingin, kau terlambat di hari pertamamu bekerja." ucap Faiz.
Sesilia tersenyum, merengkuh wajah Faiz dan memberikan kecupan singkat di pipi kanan Faiz. "Kau memang yang terbaik!" ucapnya senang, lalu Faiz tersenyum dan merangkul pinggang Sesilia dengan mesra. Mungkin jika di pikir-pikir persahabatan mereka sangat tidak wajar, mereka terlalu mesra jika di kategorikan sebagai sahabat, dan tentu akan membuat semua orang salah paham dengan kedekatan mereka.
Tapi apa boleh buat, toh mereka bukanlah tipe orang yang akan memedulikan ucapan orang lain.
Mereka berdua sudah berada di lantai dasar, keduanya masih berjalan mesra menuju mobil milik Faiz yang sudah terparkir di depan loby apartemen ini. Faiz langsung membukakan pintu untuk Sesilia, dan membuat Sesilia terkekeh. Sesilia beruntung memiliki sahabat sebaik Faiz, dan kelak orang yang akan mendampingi hidup pria itu adalah wanita paling beruntung di dunia karena memiliki suami yang sangat baik dan penyayang seperti Faiz.
"Baiklah tuan putri, ke mana aku harus mengantarmu?" tanya Faiz serelah memastikan jika mereka berdua tidak lupa memakai seatbelt.
Sesilia menatap Faiz dengan geli, karena tingkah pria itu barusan. "Gedung perusahaan Prayoga Group!" seru Sesil.
"Prayoga?" tanya Faiz, dan Sesilia mengangguk, lalu setelah itu Faiz mulai menghidupkan mesin mobilnya, siap mengantarkan sang tuan putri ke tempat tujuannya.
🌷🌷🌷
Irham memijat pelipisnya yang sedikit pusing, kemudian melirik kepada wanita yang tampak masih terlelap di sampingnya. Ya, semalam Riyanti merengek memintanya datang ke salah satu vila milik keluarga Anggara, untuk saat ini mereka harus bertemu secara sembunyi-sembunyi, karena Irham tahu jika neneknya selalu mengawasi pergerakannya, Irham sengaja menginap dan tidur bersama dengan Riyanti semalam, karena ia tidak mungkin pulang pada hampir subuh ke rumah, neneknya pasti akan mengamuk.
Irham memakai kembali kaos yang berserakan bersama pakaian Riyanti di atas lantai, lantas Irham mengecup kening Riyanti pelan, dan wanita itu membuka kedua matanya, tersenyum manis kepada sang kekasih.
"Good morning sweetheart..." ucap Irham.
"Morning too darling..." balas Ryanti sembari mengecup rahang Irham. "Kau mau pergi?" tanyanya sembari beringsut duduk di atas ranjang, dan menutupi bagian depan tubuhnya dengan selimut.
"Hm, aku harus ke kantor sayang."
Riyanti mengangguk samar, "Hm, pergilah segera, aku tidak ingin sampai nenek memarahimu..."Irham tidak menjawab, pria itu sudah bergerak mencium dan melumat bibir Riyanti dengan penuh gairah, tangannya mulai menyelusup masuk ke dalam selimut, mengusap paha Riyanti dengan lembut, dirinya nyaris kembali menyatukan tubuhnya dengan Riyanti, jika saja Riyanti tidak mencegahnya.
"Jangan sekarang, kau harus pergi ke kantor sayang." ujar Riyanti.
Irham memalingkan wajahnya, menghembuskan napas kasar, ya tuhan! Ini masih pagi dan dirinya nyaris saja kehilangan kendali. "Hm, baiklah aku akan pergi sekarang." ucapnya sembari mengecup singkat bibir Riyanti.
"Hati-hati sayangku, jika sudah sampai sana kau harus menghubungiku!" serunya, kepada Irham yang kini sudah berjalan meninggalkan kamar tidurnya, Irham benar-benar harus segera pergi sebelum ia kehilangan kendali dan menyerang Riyanti saat ini juga.
'Aku bisa gila jika tidak bisa memilikimu Riyanti.' batinnya. Ia akan terus berusaha untuk bisa dapat menikahi Riyanti, tidak peduli jika ia harus menghadapi neneknya itu, sungguh demi apa pun, Irham ingin memiliki Riyanti untuk melengkapi hidupnya.
🌷🌷🌷
"Jadi ini adalah ruang kerjamu, tugasmu adalah mengatur semua jadwal pak Prayoga, dan hal lainnya yang berhubungan dengan pak Prayoga. Sampai sini, apa kau mengerti?" jelas Rachel, yang Sesilia tahu adalah kepala HRD di perusahaan ini. Ya, Sesil memang bekerja di kantor ini sebagai sekretaris Pak Prayoga, yang menurut penjelasan Rachel, pria itu adalah cucu dari pemilik seluruh properti Prayoga Group.
"Saya mengerti. Terima kasih atas bimbingannya!" ucap Sesilia sembari menundukkan sedikit tubuhnya, kemudian Sesilia menatap risih pada sekumpulan orang-orang yang saat ini sedang memperhatikannya.
"Sama-sama. Ingat, jangan sungkan untuk bertanya kepadaku jika ada yang tidak kamu mengerti.." ucap Rachel. Dan Sesilia mengangguk.
"Baiklah, aku akan kembali ke ruanganku. Selamat bekerja!" pamit Rachel.
'Apa yang salah denganku?' batinnya sembari memperhatikan tampilan dirinya, yang memakai kemeja panjang merah maroon dan rok pensil hitam sebatas lutut, bukankah ini setelan kerja yang normal? Tapi kenapa mereka semua memperhatikannya?
Sesilia mengangkat bahunya acuh, memilih tidak peduli dengan mereka semua.
Semua yang di pakai oleh sesilia memang terlihat normal dan wajar-wajah saja. Namun ketika seorang Sesilia Denata yang memakainya, itu sungguh luar biasa dan sempurna. Terkadang para karyawan mulai berbisik-bisik mengenai dirinya. Bagaimana bisa seorang model papan atas dengan karier yang cemerlang memilih berhenti dari profesinya, hanya untuk menjadi seorang sekretaris di perusahaan ini.
Apa dia sudah gila?
Sesilia memghembuskan napas pelan, bersandar pada kursinya. Ia tahu jika sejak kedatangannya kemari, dirinya telah menjadi pusat perhatian dan perbincangan hangat oleh para karyawan di tempat ini. Ternyata ia belum sepenuhnya bisa lepas dari pemberitaan. Sesilia mengurut pelipisnya, mematikan laptop miliknya dan beranjak pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya. Namun sebelum ia berhasil beranjak dari kursinya, suara teriakan seseorang berhasil mengurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Or Leave [Prayoga Series I ] [PROSES PENERBITAN]
Romance#6 Crazy 01/04/2020 #9 Complete 10/05/2020 Sejak awal menjadi pendamping seorang pria tampan sejenis Irham Prayoga bukanlah hal yang mudah. Hubungan mereka tak ayal terus di uji oleh banyak persoalan, termasuk hadirnya orang ketiga. Saat akhirnya so...