Dari Sang Rakyat Jelata.
Cambang makarukka.74 tahun lalu pada hari Jum'at 17 agustus 1945, proklamasi kemerdekaan RI dikumandankan oleh Ir soekarno yang di dampingi oleh Drs Moehammad hatta di hadapan para pahlawan bangsa.
Getir silih berganti suku, tantangan, rintangan, hingga medan perang yang di lewati, perjuangan mereka telah terbayar setelah bertahun-tahun memimpikan kemerdekaan tanah airnya.
Inilah Indonesia pantang menyerah, takkan mundur walau maut menghadang sebelum tercapai apa yang diinginkan.
Indonesia takkan menyerah, menyusun strategi dan memutuskan untuk meraih kemerdekaan secepat mungkin sebelum habis oleh si asing jahannam.
Tanpa aba-aba mereka menghunuskan bambu runcing kebanggaan tepat pada jantung penjajah itu.Darah bercucuran kemana-mana, memerahkan tanah subur Indonesia dengan darah asing, semua berlari menuju dunia perang, pertumpahan darah yg sangat menakutkan, memusnakan yang patut di musnakan, menghabisi yang layak dihabisi.
Dengan lantang dari ujung sana berteriak "MERDEKA" seruan demi seruan terdengar menggelegar, melenyapkan satu demi satu hanya dengan bambu runcing dan persatuan, sunggu hal yang sangat di butuhkan.
"MERDEKA, MERDEKA, MERDEKA"
Baru itu kali pertama Indonesia mengumandankan Indonesia raya dengan khusyuk dan air mata bahagia,
kali pertama merah putih berkibar tak ada yg berhak mengganggunya, perjuangan yg di nanti telah sampai pada puncaknya layaknya bendara yang berhasil di kibarkan.Inilah Indonesiaku, tanah airku
dibalik merah putih ada jutaan tetesan darah, dari merekah yang rela berkorban, yang siap berjuang, yang tidak mengenal takut, tanpa peduli apa yang terjadi, tanpa memikirkan diri sendiri,di balik lagu kebangsaan, ada perjuangan, ada air mata yang siap tumpah kapan saja.
itulah cerita kemerdekaan kita.Namun kali ini aku berada pada ketinggian dan menatap keatas langit, terdiam lama memperhatikan setiap jengkal kehidupan dalam kota.
langit biru dengan awan menutupi kota, kelabu perlahan melahap putihnya awan, bendera merah putih berkibar terhampas angin, membuatku teringat akan sejarah.
penjajah menyerang dimana-mana, merampas hak rakyat indonesia, bambu runcing tegak menerjang hingga nyawa melayang, raga penuh darah bercucuran, membanjiri tanah subur ini.
meski sekarang tak ada lagi penjajah menyerang fisik.
aku tertunduk pilu menikmati semilir angin yang menggoyangkan anak rambuttepat pada tanggal 17 agustus indonesia merdeka, merayakan kemerdekaannya yang terbebas dari penjajah, namun sayang bagiku kemerdekaan ini hanya sebuah kata,
merdeka hanya sebuah pernyataan,
kenyataan melahab pernyataan,
kemerdekaan bukan sebuah kenyataan.Teknologi telah menjajah pikiran,
Teknologi telah bertebaran, melahab hingga kenyang rakyat, para pejabat berpesta ria, para rakyat menderita, kemerdekaan seakan tidak dirasakan menyeluruh.penjajah seolah tak membiarkan rakyat bebas, iya terus merangkak diam-diam, menyeluput lewat pikiran.
daguku kembali terangkat menatap langit, entah dibuat seperti apa masa depan rakyat ini.Indonesia masi di ujung tanduk, berlindung di balik atap bocor, tanah yang di banjiri dengan air mata.
tapi jangan pernah lupakan apa yang telah di perjuangkan para pahlawan kita
karna semuanya untuk
Negara adil dan makmur
Negara kebanggaan dan
Negara tercinta.16 agustus 2019
Cambang Makarukka
KAMU SEDANG MEMBACA
"Isi Hatiku"
PoetrySebuah Isi Hati Dalam Segala Bentuk Keresahan... @cambang_makarukka