BAB 11

2.7K 119 1
                                    

Daniel benar-benar berengsek, baru beberapa menit yang lalu, laki-laki itu menciumnya, dan sekarang ia sudah berpaling dengan wanita lain. Dasar playboy, laki-laki sialan, apa maksudnya coba tadi menciumnya dengan intens, "just kiss, have fun" kata-kata sialan itu mempengaruhinya. Bodohnya ia terbuai dengan rayuan Daniel. Ayana merutuki perbuatannya.

Lihat saja sekarang, ia keluar bersama pacaranya. Kenapa ia tidak tahu, Daniel telah memiliki pacar. Pantas saja sejak pertama kali bertemu laki-laki itu meremehkanya, lihat saja pacarnya cantik begitu. Ayana menghentakkan kaki menahan emosi. Ayana mengatur detak jantung. Baru beberapa hari bersama Daniel, ia sudah seperti ini. Bagaimana satu bulan nanti? Apa jadinya dirinya?.

Ayana menyandarkan tubuh disofa. Mendengar pintu terbuka, Ayana melirik ke arah sumber suara. Ayana terdiam, ternyata Daniel. Ayana membuang muka, ia mengambil handphone mencoba mengalihkan perhatian.

Daniel menatap Ayana, Daniel terlalu bingung untuk menjelaskan kepada Ayana. Daniel melangkah mendekat, ia lalu duduk. Diliriknya Ayana masih enggan menatapnya.

"Maaf" ucap Daniel.

Ayana mengerutkan dahi, "maaf?".

Daniel, benar-benar harus menjelaskan, Daniel menarik nafas "Tadi Jessica, beberapa bulan terkahir, saya berhubungan denganya, saya tidak terlalu serius menanggapinya" Entahlah ia seharusnya menjelaskan seperti itu, agar tidak terjadi kesalah pahaman.

Ayana menatap Daniel. Kenapa laki-laki itu mesti menjelaskan kepadanya, "saya tidak apa-apa, tidak perlu menjelaskan apa-apa kepada saya".

Daniel menatap Ayana, wajah itu terlihat ada sesuatu yang mengganjal. Daniel tahu Ayana menutupi sesuatu darinya, melihat reaksi itu Daniel tidak puas, ia ingin mendengar reaksi Ayana yang marah dari pada mengucapkan tidak apa-apa.

Daniel melirik jam yang melingkar di tangannya. "kamu suka coldplay?" Tanya Daniel, Daniel mencoba merubah topik permasalahannya saat ini.

Raut wajah Ayana berubah, "coldplay?".

"Iya coldplay. Kamu suka?".

"Tentu saja, saya salah satu penggemar group band itu".

Daniel tersenyum ia merasa lega, percakapan itu mencair. "Saya akan mengajak kamu nonton konser coldplay".

Ayana tersenyum, ia nyaris berteriak girang, "serius kamu ngajak saya nonton coldplay?".

"Tentu saja".

"Kapan?" Tanya Ayana.

"Tanggal sembilan nanti".

Ayana tidak bisa menutupi rasa gembiranya, ia tertawa menatap Daniel. Daniel penuh kejutan, baru saja ia dibuat marah oleh laki-laki itu, semenit kemudian, emosinya hilang entah kemana. Ia terlalu bahagia mendengar nonton konser coldplay.

"Semoga saja, kita kebagian tiket".

Ayana mengerutkan dahi, "jadi belum membeli tiket?".

Daniel mengedikkan bahu, "iya belum, tapi tenang saja, teman saya menjadi salah satu panitia disana".

Ayana tersenyum, "terima kasih" ia tidak bisa membohongi rasa bahagianya.

"Sama-sama".

*****

Ayana masih mengelimuti dirinya di sofa. Menatap gelapnya malam di Melbourne. Malam ini begitu indah, Ayana menatap tv menyala. Ayana melirik jam di tangannya, masih menunjukkan pukul delapan malam. Daniel, belum menampakkan batang hidungnya. Daniel tadi hanya mengatakan akan pergi sebentar, mungkin saja ia bersenang-senang dengan kekasihnya yang cantik itu. Ayana merubah posisi tidurnya berkali-kali.

Terdengar suara dibalik pintu, Ayana terdiam, ia melirik kearah pintu. Daniel tersenyum, ia membawa sekotak pizza, Ayana membalas senyumnya. Ia bahagia ketika laki-laki itu datang. Ayana menyibak bed cover, lalu menegakkan tubuhnya menyambut kedatangan Daniel.

Daniel meletakkan kotak pizza di atas meja. Daniel menatap Ayana, semakin hari ia sangat menyukai kehadiran Ayana dihidupnya. Hidupnya menjadi lebih berwarna. Ayana terlihat cantik, ia mengenakan pakaian tidur berbahan satin itu. Daniel menahan ludah, Ayana terlihat semakin menggoda setiap hari.

"Tebak saya membawa apa?" Ucap Daniel.

"Pizza".

Daniel tertawa, "bukan itu, tapi sesuatu yang membuat kamu bahagia".

Ayana tertawa, ia menatap Daniel. Ayana tahu apa yang Daniel dapatkan. "Pasti, tiket konser coldplay" tebak Ayana.

Daniel tertawa, Daniel mengangguk, ia mengeluarkan tiket itu dari saku celana. "Yupz kamu benar".

Ayana nyaris melompat kegirangan mendengar ucapan Daniel. Ia reflek memeluk tubuh Daniel. "Terima kasih".

Daniel tertawa, Ayana memeluknya kegirangan tawanya masih terdengar, Daniel membiarkan tawa itu berlama-lama. Karena ia lebih suka melihat Ayana tertawa, tawa Ayana begitu renyah, di elusnya punggung Ayana dengan jemarinya.

Ayana tersadar apa yang ia lakukan, ia melepas pelukkan itu. Posisi tepat didekapan Daniel. Wajah Ayana bersemu merah, dengan cepat melepaskan pelukkanya. Daniel tersenyum, di elusnya rambut lembut Ayana. Jemarinya mengusap pipi lembut itu.

"Maaf" Ayana melepaskan dekapannya, ia menghindar menjauhi Daniel.

Daniel menaikkan alis kanannya, Daniel menarik lagi pinggang Ayana mendekat, di tatapnya wajah Ayana, "kamu senang".

"Iya, tentu saja" Debaran jantungnya semakin gila, posisi saat ini begitu intim, debaran jantungnya berpacu kencang. Ayana menelan ludah, menatap wajah Daniel, wajah itu terlihat sempurna. Bulu-bulu halus di permukaan rahang dibiarkan tumbuh.

Daniel tersenyum, semakin lama menatap wajah Ayana, wajah Ayana terlihat lebih cantik. Kulit putihnya yang lembut seperti bayi, mata bening, bibir tipisnya begitu menggoda untuk di cicipi. Harum vanila dari tubuh Ayana membuatnya gila. Daniel mengangkat tubuh Ayana, Ayana hanya diam dan tidak memberontak.

Ayana terlanjur terpesona oleh pesona Daniel. Ia tidak menolak Daniel melakukannya seperti itu. Daniel diam, mendudukan Ayana di meja pantri. Daniel menelusuri wajah Ayana dengan jemarinya, suasana menjadi hening, hanya terdengar hembusan nafas dirinya dan Daniel.

Ayana menikmati jemari-jemari Daniel bergerilya ditubuhnya. Daniel menatapnya, Daniel mengusap bibir Ayana dengan jemarinya, menandakan Bibir ini lah yang ia rindukan. Jarak semakin dekat, Daniel mengecup bibir Ayana. Kali ini ia melakukan dengan hati-hati. Hanya kecupan-kecupan lembut, kecupan-kecupan itu beralih keleher Ayana. Nafas Ayana terengah menikmati setiap senti yang Daniel berikan. Ayana memberi akses Daniel untuk mengecupnya lebih dalam.

Jujur Ayana tidak pernah melakukan hal gila seperti ini. Tapi pernah beberapa kali melihat seperti ini di film. Ada rasa penasaran menyelimuti hatinya, untuk melakukannya. Dan kini ia merasakanya. Beginikah rasanya, rasanya tidak ingin berhenti.

Ayana mengalungkan tangannya dileher Daniel, Ayana pasrah apa yang dilakukan Daniel kepadanya. Ada ribuan kupu-kupu hinggap di perutnya. Daniel menatapnya dengan tatapan bergairah. Daniel menyesap bibir Ayana, bibir yang kini ia sudah hafal teksturnya.

*****

TERJEBAK CINTA DI MELBOURNE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang