Daniel menatap pantulan bayangannya di cermin, tuxedo hitam terpasang di tubuh bidangnya. Daniel merapikan dasi kupu-kupu itu. Ia menyemprotkan parfum di permukaan tangannya. Lalu di usapnya kebagian leher. Hari ini ia akan membuktikan ia pasti akan bertemu dengan Ayana. Inilah hari yang telah ditunggu sejak lama. Ia akan masuk kedalam keluarga Darmawan sesungguhnya. Daniel meletakkan parfum itu di atas meja, lalu melangkahkan kakinya menuju bestmen.
Daniel memutar kunci, dan menyalakan mesin mobil. Daniel melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Ia tersenyum penuh arti, ia tidak sabar ingin bertemu Ayana. Seperti apa wajah itu, seperti apa senyumannya, apakah ia baik-baik saja setelah kejadian menimpanya di bandara. Daniel selalu berharap Ayana baik-baik saja.
Daniel fokus dengan kemudinya, Daniel menghentikan mesin mobilnya di depan bangunan butik. Daniel menurunkan kaca jendela, ia mencoba tersenyum, melambaikan tangan ke arah wanita dengan gaun biru navy. Laras tersenyum, ia melangkahkan kakinya menuju mobil SUV Daniel.
Laras menatap wajah tampan Daniel, ia tersenyum hasil rancanganya dipakai Daniel, ia lebih mirip model pria, suatu saat ia akan mencoba membujuk Daniel, agar memamerkan busananya di depan khalayak ramai.
"Kamu cantik hari ini" ucap Daniel.
"Terima kasih" wajah Laras bersemu merah.
"kamu tidak apa-apakan bertemu keluarga besar saya" tanya Laras memastikan.
"Saya tidak apa-apa, saya justru senang bertemu dengan keluarga kamu".
"Kamu, jangan heran jika keluarga saya bawel, apalagi orang yang saya bawa itu kamu".
Daniel tertawa, "tidak masalah, saya justru senang".
Daniel dan Laras memasuki ballroom Swiss hotel. Daniel mengedarkan pandanganya, suasana ballroom begitu meriah, dekor yang begitu mewah, hasil rancangan WO terkenal, music dah host sudah memenuhi ruangan. Alunan music mengalun indah, Daniel menatap para chef yang menyediakan makanan dan minuman di meja prasmanan. Daniel masih fokus mencari sosok Ayana. Masih mencuri pandang dan mencari keberadaan kekasihnya. Daniel yakin, Ayana pasti hadir di acara pernikahan ini.
Laras menariknya ke ruang utama, Daniel menatap para tamu telah mulai memasuki ruangan. Laras menghentikan langkahnya. Daniel mengerutkan dahi, dihadapannya wanita separuh baya tersenyum, Daniel membalas senyuman itu.
"Daniel, perkenalkan ini mama saya".
"Owh, maaf saya tidak tahu, saya Daniel tante" ucap Daniel. Ia mengulurkan tangan.
"Saya Reta, mamanya Laras".
Reta membalas uluran tangan itu, ia tersenyum menatap laki-laki yang kini mendampingi Laras. "Jadi ini yang sering kamu ceritaain sama mama, kenapa enggak dari awal kenalin sama mama sayang".
"Kejutan mama" laras bergelanyut manja di lengan Daniel.
"Kamu ya, kamu sudah kenalin sama papa?".
"Belum".
"Kenalin sana, papa pasti senang bertemu dengan Daniel".
"Iya ma".
Reta tersenyum, ia menatap wajah tampan Daniel. "Daniel terima kasih ya telah mendampingi Laras. Tante titip laras ya".
"Iya tante".
Daniel mencoba tersenyum dan bersikap sopan. Setelah itu ia meninggalkan Reta. Laras menariknya kembali menuju sebuah ruangan yang di dominasi warna putih. Daniel menatap bresmaid dan groomman, sebenarnya ia sama sekali tidak suka acara seperti ini.
"Daniel kenalin ini Jo, Steven, Tara, dan Bima" Laras mulai memperkenalkan satu persatu groomman di hadapannya.
"Hay, saya Daniel" Daniel memperkenalkan diri.
Jo mengerutkan dahi, ia menatap Daniel, wajah Daniel begitu familiar. Dimana ia melihat wajah itu, "saya sepertinya pernah melihat kamu" ucap Jo.
"Oh ya, dimana?".
Jo menepuk jidat, "ah ya, saya melihat kamu di infotainment, mantannya Jessica".
Daniel tertawa, ia melirik Laras wajahnya berubah, "Jessica, model itu?".
"Iya".
"Ya, ampun kenapa saya tidak tahu, Daniel kenapa kamu tidak cerita dengan saya masalah ini" Laras bertolak pinggang.
"Kamu tidak pernah bertanya, dan itu hanya mantan Laras".
"Tapi itu Jessica, dia salah satu model incaran saya".
Daniel mengetikkan bahu, "dia hanya mantan saya, jangan terlalu dipikirkan".
"Hemm...".
"Dan itu Bima. Bima anak pertama Bapak Surya Adijaya mentri keuangan itu".
Daniel mengerutkan dahi, mentri keuangan Republik Indonesi? Luar biasa acara ini, melibatkan banyak tokoh politik. Tidak salah lagi, ia pasti akan bertemu Ayana disini. Daniel mencoba tenang, Laras juga memperkenalkan satu persatu bresmaid.
"Daniel perkenalkan ini sepupu saya yang cantik ini Selena, ini Lucy, Iris dan Arin adiknya Dea".
Daniel memperhatikan satu persatu wajah itu. Selena ini pasti kakak kandung Ayana, wajahnya hampir sama, hanya saja Selena lebih cantik, hidungnya lebih mancung, dan anggun. Pantas saja sultan dari Brunai berani meminangnya. Dimana Ayana, kenapa ia belum bertemu juga, dari sekian banyak wanita yang dikenali Laras.
"Pinter ya sekarang, enggak di kenalin sama tante".
Suara terdengar begitu jelas, Laras dan Daniel lalu menoleh kearah sumber suara. Laras tersenyum, dan tertawa "Daniel perkenalkan ini tante Melda".
Daniel lagi-lagi menyalami satu persatu keluarga besar Laras. Pertanyaan demi pertanyaan ia jawab dengan singkat. Ayana tak kunjung di temui.
"Saya tantenya Laras, pinter sakali kamu cari pendamping Laras, selamat datang ya di keluarga Darmawan" ucap tante Melda.
Daniel hanya tersenyum, ia melirik Laras yang bersemangat memperkenalkan keluarganya satu per satu. Semua menerimanya dengan baik.
"Aya mana tante, Laras belum bertemu dia dari tadi".
Aya,deg jantung Daniel berdegup kencang, mendengar nama Ayana. Nama itu akhirnya terdengar di sini.
"Ini tante lagi cari dia, tadi sih ada, dia suka menghilang begini".
"Siapa Aya?" Tanya Daniel mencoba memastikan, bahwa yang ada dibenaknya benar kekasihnya, yang ia cari selama ini.
"Anaknya tante Melda sayang, hemmm adiknya Mbak Selena tadi".
"Oh ya" Daniel mencoba tenang, ia tersenyum penuh arti, pernyataanya tidak meleset sedikitpun.
"Iya, satu-satunya sepupu saya yang belum saya kenalin ke kamu".
"Kerja dimana Daniel?" Tanya Melda.
"Saya kerja di kontruksi tante, di Melbourne".
"Wah hebat, Bagian apa?".
"Arsitek tante" sahut Laras, memotong pembicaraanya.
"Wah bagus itu, lain kali gabung sama tante saja, tante lagi membutuhkan arsitek seperti kamu".
"Hemm, saya belum bisa memastikan, sama hanya mengambil cuti beberapa bulan saja disini, saya akan kembali jika urusan saya selesai".
"Owh begitu, orang tua kamu disini?".
"Iya tante, orang tua saya disini".
"Nama orang tua kamu siapa? Siapa tau tante kenal" Tanya Melda penasaran.
"Dewa Pratama" ucap Daniel, menyebutkan nama lengkap Ayahnya.
Melda tersenyum, "sepertinya saya familiar sekali dengan nama itu, yang punya usaha property itu ya".
"Iya tante".
"Saya pernah beberapa kali bertemu, salam ya buat orang tua kamu Daniel" Melda.
"Itu Aya dan Bima" tunjuk Melda.
Daniel memutar tubuhnya, menatap wanita yang ia rindukan selama ini, wanita itu tidak berubah sejak pertama kali ia bertemu, bagaimana ia berjalan, bagaimana ia tersenyum, rambut lembutnya, mata beningnya, dan kulit lembutnya. Dan mata itu saling bertemu.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK CINTA DI MELBOURNE (TAMAT)
Romantiek"Siapa dia?". "Ayana, namanya Ayana Dia teman saya, yang telah kamu perawani". Daniel masih mengetuk jemari itu, menghilangi rasa penasarannya. "sejak kapan saya merawani dia? bahkan saya baru saja melihatnya, itu tidak mungkin Bela". Bela mendengu...