"Wonjin, dengar nggak, sih?" Itu suara Eunsang yang cukup bergema di dalam gedung olahraga. Mengingat sudah satu jam berlalu waktu pulang sekolah, hanya tersisa beberapa murid yang sibuk dengan aktivitas lain mereka. Contohnya, seperti ekstrakurikuler basket yang masih berlatih. Sedari tadi, Eunsang dan Wonjin sibuk saling melontarkan perkataan. Beruntung, di area bangku penonton hanya ada mereka.
"Aku dengar, kok! Ini tuh sudah kesekian kalinya kamu bahas tentang Dilan. Gimana aku nggak hafal?"
Eunsang mendengus, Wonjin tidak sepenuhnya salah. Ini berawal dari Jinwoo, tetangga Eunsang yang tinggal persis disamping rumahnya. Suatu hari datang hanya untuk bercerita tentang 'Dilan'. Eunsang yang memang dasarnya sangat gemas dengan Jinwoo sukarela mendengar segala ocehan. Hingga akhirnya, ia pun harus ikut terbawa arus.
"Lagipula, kamu lihat aja itu si Kak Jaemin. Dia mirip sama Dilan-Dilan itu 'kan?" tambah Wonjin sembari terkekeh. Baru saja Eunsang ingin membalas perkataan Wonjin, satu usapan di kepalanya menarik perhatian.
"Kenapa?" tanya Junho dan menjatuhkan diri tepat di samping Eunsang; tersenyum simpul kala Eunsang mengapit lengannya dan merajuk.
"Wonjin tuh nyebelin," ujar Eunsang dan melirik Wonjin yang kini sudah sibuk bersama Minkyu. Bahkan, Wonjin sempat menjulurkan lidah; bermaksud menggoda Eunsang yang tampak imut jika semakin merengut. Eunsang hanya melihat Wonjin dengan tatapan marah yang sama sekali tidak ada seramnya bagi seorang Ham Wonjin.
"Oi, duluan, ya." Ujar Minkyu kepada Eunsang dan Junho. Wonjin ikut melambaikan tangannya hingga sepasang kekasih itu menghilang di balik pintu utama gedung olahraga.
"Pasti karena Dilan lagi, ya? Padahal Dilan sama aku jelas gantengan aku, lah."
"Tapi, Dilan manis. Aduh, aku jadi mau punya pacar kayak Dilan." Ucap Eunsang sembari berdiri dan mengenakan kembali ranselnya.
"Serius, nih, mau punya pacar kayak Dilan?" tanya Junho dan mengenggam tangan Eunsang; membawanya ke area parkiran sekolah. Eunsang hanya bergumam dan memainkan genggaman tangan mereka.
.
.
.Bunyi klakson itu menarik atensi Eunsang yang berdiri di depan pagar rumahnya masih dengan mengunyah roti sebagai bentuk sarapan. Ia lantas mendekati motor tersebut dan tersenyum melihat Junho.
"Aku lama, ya?" tanya Junho dan memasangkan helm dengan warna abu-abu yang terselip sticker pinguin kepada Eunsang.
"Nggak, kok. Ini aku baru aja keluar, nih, aku masih makan." Eunsang menunjuk mulutnya sendiri yang memang masih sibuk mengunyah sejak tadi. Selepas Junho memasangkan helm, ia dengan segera menaiki motor besar milik Junho.
Butuh waktu sekiranya hampir 20 menit untuk sampai di sekolah. Beruntung, hari ini jalanan tidak begitu macet. Motor besar milik Junho memasuki area parkir dan berhenti tepat di lahan yang masih kosong. Eunsang turun dari motor besar Junho, ia berdiri tepat disamping Junho sembari berusaha membuka helm yang tengah ia gunakan.
"Juno, ini kok susah, ya? Tolong bukain, dong," ujar Eunsang. Ia panik, takut-takut helm yang tengah digunakan tidak bisa dilepas.
"Sini aku bukain," Junho dengan sigap membantu membuka helm Eunsang, yang rupanya memang sedikit sulit untuk membuka tali pengamannya. "Ohiya, Mau dengar nggak? Aku bisa meramal, loh." tambah Junho.
Eunsang mengernyitkan dahi, bingung dengan obrolan yang dibuka Junho, random banget. "Aku baru tahu kalau kamu keturunan Harry Potter."
"Ya, nggak Harry Potter juga, sayang," Klik. Suara tali pengaman yang terlepas, membuat Eunsang menghela napas lega. Ia melirik Junho kembali; menuntut penjelasan yang belum selesai. "Aku ramal ... nanti kita akan ketemu di kantin." Ucap Junho santai sembari melihat ke arah Eunsang sembari tersenyum manis. Mari ralat, itu senyum menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Junho - Eunsang
Teen FictionHanya cerita ringan yang diperankan oleh Cha Junho dan Lee Eunsang.