Blood. (2)

3K 527 122
                                    

.

.

.

Pergantian musim.

Junho bersyukur memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Jika tidak, mungkin dia akan menjadi salah satu dari teman-temannya yang sakit. 'Kan sayang sekali kalau nggak masuk sekolah. Nanti nggak ketemu sama Eunsang.

Tapi sepertinya, kondisi Eunsang kurang baik. Eunsang memang masih tersenyum, tetapi, seringkali Junho melihat Eunsang meletakkan kepalanya di atas bangku. Seperti kelelahan. Dan bibirnya agak pucat, juga kering. Tidak seperti biasanya.

Bel pulang telah bunyi beberapa menit lagi. Eunsang maupun Dongpyo telah menyelesaikan tugas piket mereka. Kini, keduanya bersiap untuk pulang.

"Loh, Eunsang bibir kamu?" Eunsang meraba bibirnya yang kering, karena di tunjuk oleh Dongpyo.

"Kenapa?" Perasaan Eunsang baik-baik saja. Cuma agak sedikit kering, sih.

"Bibir kamu berdarah, Eunsang!" Dongpyo refleks memberikan cermin supaya Eunsang dapat melihat sendiri. Rupanya, Dongpyo benar. Ujung bibirnya berdarah, mungkin efek karena bibirnya mengering.

Setelah berterimakasih dan mengembalikan cermin milik Dongpyo, Eunsang buru-buru keluar kelas; berlari ke arah yang berbeda dengan Dongpyo, karena si mungil mempunyai kegiatan tambahan. Niatnya, Eunsang ingin membeli tisu dahulu dan pergi ke toilet.

Tapi, tanpa Eunsang ketahui, Junho mengikutinya.

Ya, daritadi kan Junho nggak sengaja mendengar pembicaraan Eunsang dan Dongpyo. Mungkin bahasa lainnya, menguping. Bisa dibilang, Junho khawatir. Mungkin saja kan, Junho bisa menjadi penyelamat bagi Eunsang?

Tiba-tiba, Junho punya ide. Ide terjenius yang pernah ia punya. Sekaligus terabsurdnya.

"Eunsang?"

Eunsang menoleh, lalu mengerutkan dahinya heran. Apa yang dilakukan Junho di belakangnya? Pakai senyum sok misterius pula.

"Kenapa Junho?"

"Bibir kamu berdarah."

Eunsang heran. Junho mengucapkan pernyataan, bukan pertanyaan. Bukankah itu berarti Junho sudah tahu kalau bibirnya berdarah? Sedangkan Junho hanya senyum-senyum sendiri. Mencurigakan.

"Oh, iya, ini bibir aku berdarah." Eunsang mengangkat tangannya, mencoba mengusap bibirnya yang berdarah. Tapi sayang, tangan Junho menahan tangannya. Membuat Eunsang lagi-lagi heran.

Junho tersenyum, sedikit menyeringai.
Dengan sekali gerakan, Junho menarik tangan Eunsang. Membuat tubuh Eunsang sontak tertarik ke arah Junho; mempersempit jarak di antara mereka dan membuat Junho dapat menghirup bau tubuh Eunsang yang manis. Seperi bau tubuh bayi.

Cup!

Junho mengecup Eunsang dengan lembut, lalu menyesapnya. Tetap lembut. Mengabaikan Eunsang yang terbelalak kaget karena kelakuannya. Hingga Junho melepaskan ciumannya, lalu tersenyum. Muncul rona kemarahan di wajah Eunsang walaupun ia masih terkejut dengan kejadian barusan.

"Ju–Junho, kamu ngapain, sih..."

Junho mengusap pelan punggung tangan Eunsang yang masih digenggamnya.

"Tadi aku lagi mikirin sesuatu. Kalau kemarin, jari kamu luka terus aku hisap darahnya jadi berhenti 'kan?" Jelas Junho yang membuat Eunsang mengangguk kecil. "Nah, terus tadi aku lihat bibir kamu berdarah. Jadi, aku coba hisap bibir kamu dan coba lihat," Junho mengusap bibir Eunsang lembut dengan jemarinya. "Darah dibibir kamu juga berhenti."

Eunsang terbelalak mendengar penjelasan Junho. Sementara, Junho hanya terkekeh melihat reaksi Eunsang yang amat sangat manis itu. Eunsang bingung harus bereaksi seperti apa. Tapi ia selalu suka dengan hal yang Junho lakukan terhadapnya.

Junho tersenyum manis, ia memberanikan diri untuk mengenggam kedua tangan Eunsang lagi. Kebetulan, koridor sangat sepi. "Eunsang, sikap aku ke kamu mungkin suka nggak terduga. Tapi, aku kayak gitu karena khawatir sama kamu."

Eunsang masih diam mencoba mendengarkan perkataan Junho. "Kok bisa?"

Junho menggoyangkan genggaman tangan mereka. "Karena, kamu Lee Eunsang terlalu manis kalau disia-siakan. Aku suka kamu, Lee Eunsang. Aku suka semua yang kamu lakuin dan aku suka semua yang ada sama kamu."

Hening sejenak bagi mereka. Masing-masing gugup dengan perasaanya. "Lee Eunsang, kalau kamu kasih kesempatan, boleh nggak aku masuk dan menetap dihati kamu buat jangka waktu yang lama? Kalau bisa selamanya."

Eunsang terdiam untuk sejenak. Ia dapat merasakan genggaman Junho yang makin erat. "Kamu berlebihan," ucap Eunsang sembari tersenyum manis. "Tapi, aku juga suka setiap hal yang kamu lakuin buat aku. Jadi, Cha Junho, aku kasih kamu kesempatan buat masuk dan menetap di hati aku. Karena, ya, siapa yang bisa nolak seorang Cha Junho, sih?"

"Kamu serius? Berarti, sekarang kita resmi pacaran?"

"Huum! Sekarang Cha Junho cuma punya Lee Eunsang, nggak boleh ada yang ambil."

Junho tersenyum. Ia tidak tahu perasaan yang ada dibenaknya kini. Yang bisa Junho rasakan hanya bahagia.

.

.

.

/ The End /

Drabble Junho - EunsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang