Lovesick.

1.2K 208 22
                                    

"Dongyun?"

"Loh, Eunsang. Kamu ngapain disini?"

"Habis temenin Dongpyo beli buku. Ohya, kamu nggak latihan futsal?"

"Junho nggak cerita? Hari ini kan latihan futsal libur, pelatih ada tugas lain soalnya."

Eunsang terdiam; menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Kayaknya dia cerita, cuma aku lupa."

"Bisa jadi. Kalau gitu aku duluan ya, kasihan Changwook nungguin."

Di perjalanan pulang, Eunsang sedikit khawatir dengan alasan Junho yang menolak ajakan pulang bersama dengan berkata ada latihan futsal. Hingga Eunsang refleks menghubungi Junho yang tentu saja tidak dijawab sama sekali. Hujan turun terlalu cepat, Eunsang bahkan baru sampai persimpangan jalan. Ia memilih untuk berteduh di depan kedai kopi; melirik ke dalamnya untuk melihat beberapa pelanggan maupun pelayan yang sibuk dengan tugas masing-masing.

Tetapi, fokus Eunsang terpaku pada satu arah, mematung disana. Seseorang yang sangat ia kenali. Sosok Junho sedang duduk berdua dengan seorang gadis yang juga mengenakan seragam yang sama dengannya. "Jun—ho?"

Ia membiarkan angin yang dikendalikan hujan meniup rambut sewarna cherry itu. Tidak, Eunsang tidak mau masuk kesana dan berbuat keributan. Itu memalukan. Eunsang ingin pergi dari sana, tapi kakinya seperti menancap ke tanah di tempatnya berdiri.

Tiba-tiba tubuhnya menegang kala matanya bertemu dengan mata Junho yang ketika itu tak sengaja melihat keluar jendela kedai kopi. Junho terkejut tentu saja. Bagaimana tidak? Kekasihnya tengah berdiri di depan kedai kopi memandanginya dengan ekspresi datar.

Sontak Junho segera keluar dari kedai dan menghampiri Eunsang.

"Kamu ngapain disini, Esa?" Tanya Junho.

Ekspresi wajah Eunsang yang semula datar menjadi galak. Ia menatap tajam Junho dan tanpa sadar kedua tangannya mengepal. Ia seperti merasa dikhianati. Dan, ia sedang mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar dari pelupuk mata.

"Kalau begitu, aku juga tanya hal yang sama kayak kamu, Juno." Balas Eunsang. "Kamu ngapain disini? Dongyun bilang latihan futsal libur."

"Bukan gitu, Esa. Aku punya alasan tersendiri kenapa nggak jujur sama kamu. Kita omongin baik-baik, ya? Yuk, sekarang aku anterin pulang." Tutur Junho lembut.

"Aku bahkan bingung harus percaya lagi atau nggak." Gumam Eunsang dengan suara pelan.

Junho mencoba meraih kedua tangan Eunsang, tapi Eunsang buru-buru memundurkan badannya menjauhi Junho, membuat Junho tersentak. Pemuda itu menatap Junho lagi, kali ini dengan mata berkaca-kaca siap untuk menangis.

"A—aku mau pulang." Kata Eunsang sebelum akhirnya beranjak pergi dari sana meninggalkan Junho yang masih terdiam. Tidak memperdulikan hujan yang sedang turun dengan derasnya.

Dan mulai sejak itu, Eunsang selalu menjauhi Junho ketika mereka berpapasan di koridor sekolah. Benar-benar tidak berbicara. Eunsang selalu berangkat lebih pagi dan pulang tepat ketika bel berbunyi untuk menghindari Junho.

"Yuk, kantin! Nanti kalau ada Junho aku hadang demi Eunsang." Ujar Minhee sembari menarik tangan Eunsang yang terkulai di atas meja.

"Halah, ketemu kak Yunseong juga langsung nempel kayak lem." Dongpyo berujar sembari mengapit lengan Hyungjun.

"Ya, gimana, ya ... Pesona kak Yunseong mana bisa dilewatin, sih." Minhee yang sudah berhasil menarik Eunsang lantas segera keluar kelas diikuti dengan kedua temannya.

"The power or bucin."

"Duh, apaan sih?" Begitu kata Junho seraya melepaskan lengan si gadis yang melingkar di lengannya. Junho berusaha menuju ke club musik ketika bel pulang sudah berbunyi. 

"Berhenti atau aku nekad jahatin Eunsang?"

Junho berhenti lalu membalikkan tubuhnya. Ia melihat Herin yang juga sedang melihatnya dengan tatapan sukar ditebak.

"Terserah," balas Junho. "Tapi, kalau berani sentuh Eunsang pakai ujung jari pun, lu nggak bakal gue lepasin sampai kena balasannya." Ujar Junho tegas dan berlalu begitu saja meninggalkan Herin.

Koridor sudah mulai sepi, Junho mendengus keras. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke club musik yang sudah sepi, Junho berdiri tepat di depan pintu memilih untuk menunggu Eunsang yang membuka pintu lebih dulu. Omong-omong, ia tahu jika Eunsang sedang berada di club musik dari Yoon Junghwan, sang ketua club musik.

15 menit berlalu suara pintu berdecit membuat Junho refleks melihat oknum yang membuka, Eunsang yang terkejut dan buru-buru menutup pintu kembali namun terhalang oleh lengan Junho yang menahannya.

"Eunsang, dengerin aku dulu."

"Ng–nggak mau. Sana pulang aja!"

"Lee Eunsang."

"Aku nggak mau ngomong sama Junho!"

Bruk—. Junho berhasil membuka pintu dan refleks menutupnya kembali, membuat Eunsang lantas melangkah mundur.

"Mau apa?"

"Kamu kenapa hindarin aku terus? Berangkat lebih pagi, pulang lebih awal. Selama ini aku mau jelasin ke kamu, cuma Minhee atau Dongpyo selalu larang aku buat ketemu kamu."

Eunsang masih memilih untuk diam dan Junho jelas tahu kalau Eunsang tidak mau bicara dengannya. Kepala Eunsang itu tertunduk memandangi sepatunya. Tapi Junho tidak mau menyerah, ini harus segera di selesaikan.

Junho meraih dagu Eunsang dan mengangkatnya dengan gerakan lembut hingga Eunsang menatapnya.

"Dengerin aku dulu, ya?" Kata Junho masih dengan tangannya memegang ujung dagu Eunsang.

"Nggak mau." Balas Eunsang.

Junho berusaha tidak mengubris ucapan Eunsang dan mulai menjelaskan, "Aku tahu kamu marah. Aku juga tahu kamu cemburu dan aku ngaku salah waktu itu karena bohong sama kamu. Seminggu yang lalu, ada post it diloker aku. Isinya semua tentang si pengirim yang mau jahatin sampai ancam kamu." Junho mengusap pelan pipi Eunsang. "Jujur, aku khawatir dan nggak mau kamu kena imbasnya sama sekali. Sesuai isi post it itu, aku datang ke tempat janjian dan malah ketemu sama Herin yang ternyata si pengirim. Dia mau aku putusin kamu dan jadian sama dia atau dia bakal nerror kamu terus-menerus."

"Aku nggak mau putus tapi Herin suka kamu..." Eunsang bersuara pelan; mengerjapkan matanya yang terasa buram.

Junho terkekeh dan menarik Eunsang untuk ia peluk. "Terus aku harus peduli gitu? Dia langsung aku tolak kemarin. Aku mau cerita ke kamu, tapi kamu selalu hindarin aku."

"Hu—ks, Junho ..."

"Kok malah nangis? Aku jelasin ke kamu biar kamu nggak salah paham."

"Nggak tahu, mau nangis aja pokoknya." Tutur Eunsang yang makin mengeratkan pelukannya kepada Junho. Sedangkan yang dipeluk hanya terkekeh maklum dan mengusap punggung Eunsang lembut.

"Udah, dong? Nanti mata kamu sakit kalau nangis terus. Sini, coba lihat aku," tutur Junho, membuat Eunsang dengan perlahan menatapnya. Dapat Eunsang rasakan, kala tangan kanan Junho berada di belakang kepalanya dan membawa kening mereka bersentuhan.

Tatapan mereka bertemu. Junho mengusap bawah mata Eunsang yang sembab. "Aku khawatir sama kamu. Lain kali, aku janji nggak bakal nutupin masalah kayak gini."

"Janji?"

"Janji, dong, Sa."

.

.

/ The End /

Suka mikir, cerita aku worth it untuk dibaca nggak sih, ya. 😔

Drabble Junho - EunsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang