Sihun membuka dua pintu kembar di sisi koridor. Setelahnya tampak sebuah ruangan besar dengan dua tangga besar di kedua sisinya.
Empat orang muncul dari tangga sebelah kiri lengkap dengan jubah lebar seperti yang Sihun kenakan. Para serigala muda menatap kagum karena pemandangan asing itu, tentu saja di Floland tidak ada yang berpakaian serapi itu.
"Perkenalkan, kami yang akan menjadi guru kalian selama di De Mescht." Para serigala mengerutkan dahi mereka bingung bentuk kelas mereka di Floland saja tidak beraturan apa pula sistem ini.
Lalu salah satu di antara mereka melangkah maju hingga sejajar dengan Sihun.
"Kepala sekolah yang meminta kami mengajari kalian agar tidak mengganggu kelas lainnya." Mereka tidak tahu siapa itu tapi wajah datarnya yang menyerupai patung porselen membuat Eunsang mundur hingga ke belakang punggung Yuvin.
"Apa maksdumu dengan mengganggu." Jinhyuk melangkah maju ia sedikit tersinggung dengan apa yang di katakan vampir di depannya barusan.
Memangnya ada yang mau ke tempat seperti ini?
Suram, menyeramkan.
Floland saat mendung bahkan lebih cerah dari tempat ini.
"Kalian memang pengganggu yang tidak seharusnya berada di sini." Suara lain muncul dari arah kanan mereka, dua vampir lain dengan perawakan berbeda melangkah turun dan mendekat kerumunan di ruangan itu. Pakaian mereka mirip tapi ada tambahan lencana emas di kedua sisi bahu mereka yang baru datang itu.
Yang bertubuh lebih kecil menatap dingin Jinhyuk dari atas kepala hingga kaki, dengan seringai meremehkan yang hampir membuat sang alpha berubah dan mencabik tubuh kecil itu dengan cakarnya karena kesal.
Seseorang di sampingnya menghela nafas pelan. "Kalian dipisahkan dengan yang lain karena bangsa kami berkemungkinan besar membunuh kalian dalam sekejap jika menempatkan kalian di kelas biasa." Keenam serigala meneguk ludahnya kasar mungkin tidak ada nada intimidasi dalam kalimat itu, tapi ucapannya tetap ancaman bagi mereka.
"Jadi, jika kalian tidak ingin dimangsa maka ikuti saja keinginan kepala sekolah."
"Keberadaan kita di sini saja sudah seperti merelakan diri masuk ke sarang predator." Yuvin berbisik pada Hangyul hingga pria itu tertawa.
"Lalu siapa yang akan mengajari siapa?" Seungyoun berkedip matanya tak lepas dari pria bertubuh kecil dengan rambut merah seperti strawberry segar meskipun agak pucat.
................................
Sehari sebelumnya...
Dentingan piano mengalun lembut memenuhi ruangan luas di salah satu bangunan kastil akademi. Seorang pria memainkannya tanpa memandang sedikit pun pada tuts-tuts itu. Hingga suara ketukan pintu menginterupsi permainan musiknya.
Vampir lain menundukkan kepalanya hormat sebelum mengatakan maksudnya.
"Putra mahkota, kepala sekolah memintamu datang ke kantornya."
"Aku akan ke sana." Ucap Seungwoo juga tanpa memandang siapa si pengirim pesan.
Sekelebat asap hijau terlihat menghilang di depan gerbang akademi sore itu. Mata bulat dan wajah kaku seorang vampir yang melihat itu tetap diam, walau ia tahu jika asap itu adalah milik seorang penyihir.
Dari balkon atas kamar tidurnya Wooseok terus diam menatap kegelapan De Mescht.
"Pangeran." Panggil seseorang di ambang pintu kamar megah itu.
"Kau harus mengetuk sebelum mengatakan apapun, Sejin."
"Untuk apa? kepala sekolah ingin menemuimu." Sejin tak menghiraukan gertakan vampir cantik itu dan menyampaikan pesan kepala sekolah pada Wooseok.
Setelahnya mereka sampai di saat yang bersamaan ke ruangan kepala sekolah, saat mereka masuk. Wajah dingin di singgasananya itu mengatakan maksudnya memanggil mereka.
Sang putra mahkota dan pangeran mendengarkan semua penjelasan Sehun dalam diam. Kepala sekolah meminta mereka menjadi mentor dan pengajar para serigala selama mereka berada di sini untuk sementara.
"Bukankah kita tidak diperbolehkan berhubungan dengan mereka?" Wooseok protes, membiarkan para serigala masuk ke wilayah De Mescht bukanlah hal yang tanpa resiko. Kutukan itu dan sejarah perpecahan antara ketiga bangsa sudah cukup jelas menentang perintah kepala sekolah.
"Mereka hanya akan belajar selama satu periode dan itu tidak akan lama, kalian hanya perlu membuat mereka aman dan memastikan mereka mendapat ilmu selama para serigala ada di sini." Ekspresi Sehun berubah keras, yang artinya ia tidak ingin di bantah.
Memang kedua pria di depanya ini berdiri di pangkat yang jauh darinya. Tapi di akademi ini ia yang memimpin.
Wooseok terdiam, berusaha untuk tidak mendengus demi sopan santun.
"Tapi kenapa hanya anggota kerajaan?" Seungwoo akhirnya bersuara. Ia bukan sedang protes hanya saja Wooseok masih menganggapnya rival hingga saat ini.
"Aku tidak memilih kalian berdasarkan pangkat siapapun di negri ini. Aku memilih mereka-mereka yang memiliki pengendalian diri yang tinggi." Sehun menatap Wooseok saat mengatakan itu. Ia percaya sekalipun sang pangeran memiliki tempramen yang cukup menyebalkan tapi pria itu dapat menahan rasa hausnya jauh lebih baik dari yang lain.
"Sihun, kenapa kau disini?" Yohan mendekat pada temannya yang berdiri di atas menara kastil. Setelah keluar dari ruang kepala sekolah temannya itu tak beranjak dari tempatnya berdiri selama beberapa jam.
"Apa kau merasakannya, akan ada sesuatu hal terjadi setelah hari ini." Sihun menerawang jauh melewati kabut tebal yang mengelilingi tempat ini. Perasaan aneh yang ia sendiri tidak mengerti apa maksudnya hanya saja, firasat itu benar-benar kuat, entahlah rasa penasaran juga rasa takut bercampur aduk dalam kepalanya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Academy || Pdx
Fanfiction[Fantasy] [AU] [Mistery] [Romance-comedy] Generasi baru menentukan takdir baru BXB Produece x 101 Alternative Universe