Seungwoo menatap langit yang berubah menjadi lebih gelap dari biasanya. Ia membiarkan yang lain berjalan lebih dulu saat matanya mencari apa yang terjadi.
Mendung ini berbeda, bukan hawa tenang yang biasa ia rasakan ada hawa mencekam lain yang membuatnya menjadi lebih waspada.
"Hyung kau tidak mau makan?" Byungchan menoleh ke belakang. Seungwoo akhirnya menyusul mereka menuju ruang makan dihari yang sudah hampir gelap ini.
.....................
Wooseok membiarkan semilir angin menerpa wajah pucatnya, saat ini ia melakukan kebiasaanya. Berdiri mematung di serambi kamarnya menatap hamparan kelam menuju entah kemana. Membiarkan siapapun yang dalam sekejap muncul di sampingnya bersama kabut hitamnya.
"Aku tahu untuk apa kau ke sini." Wooseok memulai ucapnya saat Seungwoo bahkan belum mengatakan apa-apa.
"Awannya...." Seungwoo menatap langit yang lebih mencekam dari tadi sore.
"Sudah ku bilang, membiarkan mereka tinggal di sini bisa jadi mala petaka bagi kita...... atau malah bagi mereka."
"Aku yakin bukan mereka alasannya.........mereka baru di sini beberapa pekan dan tidak ada masalah yang berarti selama mereka di sini."
Wooseok menyeringai mendengar pernyataan naif sang putra mahkota itu.
"Kau yakin?"
"Yang selalu mereka incar adalah hasilnya, bukan siapa yang memulainya. Kau tahu itu."
"Apa kau tidak ingat, semua kekacauan yang terjadi di awali dengan suasana seperti ini?"
Seungwoo bungkam.
"Hawa ini yang muncul disaat bunga liar tumbuh di tempat yang tidak seharusnya dan orang-orang bodoh itu mengabaikan hal ini. Kau tahu kan bunga apa itu?" Wooseok menoleh pada sang putra mahkota yang masih diam tak menanggapi apapun ucapannya.
"Cinta" Lanjutnya, wajah itu semakin dingin dan tegang mendengar perkataan Wooseok yang seakan menamparnya.
"Cinta yang masih beralaskan nafsu dan segala macam keinginan. Dan setelah pamanmu itu mungkin kau yang akan bernasib sama sepertinya"
"Aku tidak melecehkanmu. Hanya saja aku memperingatimu untuk berhati-hati dengan para serigala itu."
Jinhyuk berhenti dari langkahnya menjejaki genting untuk kedua kalinya hari ini mendengar kata serigala.
"Kau tahu apa konsekuensinya jika kau berani bertindak lebih jauh dari yang kau lakukan pada Byungchan sekarang ini."
Seungwoo membuang nafasnya kasar, ia tidak mau dengar lagi. Tidak setelah ia tidak bisa memungkiri perasaannya sendiri sekarang ini. lalu kabut hitam kembali terhembus, Seungwoo pergi persis seperti ia data
Wooswok masuk ke kamarnya setelah Seungwo pergi. Ia bersiap untuk berendam dan tidur. Tapi rencananya berubah saat ia mencium aroma menyengat memenuhi kamarnya. Rambut halus di kulitnya meremang waspada.
Jinhyuk ada di sini.
"Pergilah!" Rahangnya mengeras, menahan segala keinginan dalam dirinya saat ini.
"Apa begini caramu menerima tamu? Ku kira seorang pangeran para Vampire akan bersikap lebih sopan dari ini." Wooseok berbalik dan ia menyesal.
Nafasnya bergetar seketika. "Sudah ku katakan aku akan menemuimu besok bukan? kenapa kau malah menghampiriku sekarang." Ia berusaha untuk menormalkan suaranya, di saat kakinya terus mundur bersamaan dengan langkah lebar Jinhyuk yang seakan ingin mengurungnya.
Tepat saja, serigala itu menyeringai yang Wooseok bersumpah seringai itu adalah yang paling menyebalkan juga menggoda yang pernah ia lihat.
ia memejamkan matanya cukup lama, berusaha menetralkan apapun yang bergejolak di perutnya sekarang ini.
"Aku ingin bertanya padamu, apa itu alasannya?" Suara rendah Jinhyuk sulit membutanya kembali ke dunia nyata.
"A-apa maksudmu"
"Kau menghindariku karena takut akan kutukan itu yang malah menimpamu kan?" Tatapan itu menantangnya. Dan Wooseok dengan senang hati akan menerima tantangan itu.
Persetan dengan semua kutukan yang akan ia hadapi nanti, Wooseok tidak tahan lagi. Ia membalikkan tubuh di hadapannya hingga membuat Jinhyuk membenturkan punggungnya ke tembok.
Alih-alih kesakitan, pria itu tersenyum angkuh saat umpannya berhasil di tangkap.
Ya ia tahu, Wooseok dengan semua perilaku anehnya saat mereka hanya berdua sejak hari pertama, juga hari ini ia tahu.
Jika Vampire itu sudah digerogoti oleh bunganya sendiri.
Jinhyuk membuka kancing kemeja putihnya, membiarkan leher jenjang juga bagian tulang selangkanya terlihat. Membuat mata bulat Wooseok mengkilat lapar.
"Silahkan, yang mulia." Tanpa merespon dengan kata apapun Wooseok menancapkan kedua taringnya pada Leher putih Jinhyuk.
merasakan dingin saat jari-jari lentik Wooseok mencengkram sisi lain tengkuknya.
Tbc
.................
I wanna ask you uri readernim
Kenapa sih kalian baca work ini?Karena seriusan, aku tuh ngerasa work yang satu ini sampah banget. Risen enggak, latarnya gak jelas, alurnya apa lagi.
I really need your testimonial about this...
Thank you 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
The Academy || Pdx
Fanfic[Fantasy] [AU] [Mistery] [Romance-comedy] Generasi baru menentukan takdir baru BXB Produece x 101 Alternative Universe