Chapter 3

3.4K 497 42
                                    

Beberapa hari setelah kedatangan mereka, cukup banyak yang terjadi juga sepertinya mengajari para serigala bukanlah semudah saat mereka mengajari para sapi atau kuda untuk berbaris dan mulai mengembala.

Para serigala remaja ini begitu acak dan sulit di tebak, salah satunya seharian kemarin.

Sihun kembali mempercepat tempo langkahnya saat matanya bertemu dengan Hangyul siang itu, mereka sepakat untuk mengubah tempat belajar karena Hangyul terus merengek bosan setiap mereka di perpustakaan.

"Kita akan kemana?"

Sihun tidak menjawab, mereka berjalan cukup jauh hingga melewati bukit hingga bangunan kastil tertutup gundukan tanah besar itu. Hangyul bersiap untuk mengeluh lagi tapi tidak jadi saat matanya akhirnya bertemu pemandangan yang mirip dengan di Floland.

"Peternakan." Gumam sang serigala tercengang. Sihun mendengus geli wajah keras itu terlihat benar-benar sangat polos saat melihat sekumpulan hewan di peternakan sekolah.

"Ini satu-satunya hal indah yang pernah ku lihat selama aku di sini................ Kedua, setelahmu." Hangyul menoleh pada yang lebih kecil tersenyum lebar, Sihun ingin sekali membalas senyum itu dan mulai berpikir jika bahagia memang semudah itu. Tapi tidak, ia melanjutkan langkahnya menuju sisi lain peternakan, lebih jauh lagi hingga sampai di sebuah gua.

Sihun bersiul beberapa kali, hingga tanah di bawah mereka bergetar dan munculah seekor

"Naga? Woah woah woah." Hangyul mundur beberapa langkah mengira naga itu akan menabraknya dan menginjaknya hingga pipih.

Tapi tidak, naga itu berhenti tepat di depan Sihun dan menempelkan moncongnya pada telapak tangan Sihun dan memejamkan matanya.

"Kau sering ke sini?" Sihun mengangguk.

"Aku yang mengurusnya. Namanya Priki, Kemarilah." Sihun mengulurkan tangan kirinya meminta Hangyul mendekat dan melakukan hal serupa dengannya. Dan barulah kali ini ia melihat Sihun tersenyum, Hangyul mau tak mau semakin terpana pada sosok mungil itu.

Jika kalian kira itu bagian yang ku maksud, tentu tidak.

Suara ketukan keras terdengar dari arah pintu kamar Jinhyuk dan Seungyoun benar-benar keras seperti siapapun yang melakukannya orang itu mungkin berniat melubangi pintunya.

"Ada apa?" Kernyitan kesal tergambar di wajah alpha tertua itu menatap seluruh adiknya berdiri cemberut di depan pintunya.

"Hyung, aku lapar." Yuvin mengeluh sambil memegangi perutnya.

"Kami lapar."

"Bagaimana mendapatkan makanan di tepat seperti ini?" Oh ayolah, mereka bahkan belum ada seminggu di tempat itu adik-adiknya sudah sibuk mengeluh sejak kemarin.

"Aku tidak mau tahu pokoknya aku mau makan." Eunsang menggembungkan pipinya.

"Para vampir itu bagaimana bisa makan sangat sedikit dan bertahan hidup sih. Pantas saja tubuh mereka kurus-kurus." Hangyul mendumal kesal.

"Aku tahu dapurnya dimana" Seungyoun tiba-tiba saja muncul di belakang Jinhyuk, membuat adik-adiknya berbinar bahagia mendengar hal itu.

"Kau....." Kalimat Jinhyuk tertahan karena Seungyoun sudah di tarik yang lain untuk menunjukkan jalan mereka.

Jinhyuk menghela nafasnya kasar, memijat pelipisnya dan mengikuti mereka dari belakang. Anak-anak itu benar-benar tidak bisa berhenti membuat masalah.

"Uwaaaaaaaaah." Teriakan keras Minhee dan Yuvin menggema saat mereka masuk ke tempat penyimpanan daging. Ada kaki sapi besar tergantung indah di tiang besi, juga sekumpulan rantai sosis dari yang kecil hingga sebesar lengan.

Kelima anak serigala itu berhamburan menuju makanan favorit mereka.

"Dari mana kau tahu tempat ini?"

"Aku melewatinya tadi siang bersama Sejin."

"Ia menunjukkan tempat ini padamu?" Jinhyuk mengangkat sebelah alisnya.

"Tidak, ia sibuk mengoceh tentang hal-hal yang tidak boleh di lakukan saat kami melewati tempat ini dan untungnya aku sempat melihat apa isinya."

Suara dentuman besi yang terjatuh terdengar nyaring, Eunsang dan Hangyul pelakunya. Mereka sibuk bergoyang dengan mulut penuh mengunyah daging. Lalu suara nyaring lain terdengar saat Minhee menarik salah satu rantai sosis terlalu keras hingga membuat semua yang tergantung di sana terjatuh.

Di sisi lain.

Sejin, Yohan, dan Yunseong baru saja berkeliling melaksanakan tugas rutin mereka saat mendengar suara bising dari arah ruang penyimpanan. Mereka pikir, mungkin saja penyusup.

Tapi setelah membuka ruangan itu ketiganya mendapat serangan sakit kepala mendadak sepertinya. Ruangan yang sudah cukup menjijikan saat dalam keadaan rapi itu berkali-kali lipat dengan keadaan kacau balaunya saat ini.

Ketiganya tahu siapa, mereka para serigala.

Dan saat Sejin bertemu pandang dengan Seungyoun ia tahu dengan pasti siapa dalang dari semua ini.

"Berhenti." Hanya satu kata, dengan suara dingin dan datar dari mulut Yunseong semua yang di san berhenti dari kegiatannya. Meski Byungchan harus terjatuh konyol karena tidak sengaja menginjak tetelan di lantai.

"Aawh."

Setelah hari itu semakin banyak ocehan juga omelan Sejin tentang peraturan tambahan untuk mereka.

Seungyoun?

Pria itu hanya menatap Sejin dengan senyum bodohnya selama ia mengoceh.

The Academy || PdxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang