Seungyoun menghela nafasnya bosan, ia membuka buku tebal entah apa di depannya lalu kembali menutup benda itu.
"Hei Sejin, tidak bisakah kita keluar, tempat ini membosankan." Mereka berdua saat ini ada di perpustakaan. Sejin yang menyuruhnya pagi-pagi sekali datang ke tempat ini dan hanya berbicara beberapa kalimat padanya sejak tadi.
"Tidak."
"Oh ayolah, kau di sini untuk mengajariku dan malah sibuk sendi—" Sejin menutup mulut berisik itu dengan tangan mungilnya karena Seungyoun tanpa sadar berteriak di perpustakaan, Seungyoun tersenyum. Sejin menjauhkan tangannya, ia melirik beberapa pasang mata yang menatap mereka tajam.
"Yasudah." Sejin mendekap beberapa buku untuknya dan Seungyoun lalu menarik tangan pria besar itu keluar dari perpustakaan.
"Kita mau kemana?" Pria itu bertanya dan terus tersenyum bodoh pada beberapa orang yang mereka lewati, tentu saja hanya lirikan sinis yang ia dapat dari para Vampire.
"Kaki bukit."
"Yeay." Lelaki mungil itu hanya menggeleng, siapa sangka orang yang ia tarik saat ini adalah tertua kedua di clan mereka.
...........................
".......Minhee? apa kau mendengarkanku?" Yunseong mendongak, mengalihkan matanya yang sejak tadi terfokus pada buku. Wajah serigala itu masih sama piasnya seperti beberapa hari lalu saat mereka pertama kali bertemu. "Kau tidak mendengarkan penjelasan ku sejak tadi ya?"
"A-aku...." Bocah itu menunduk. Salah satu insting yang membuatnya sedikit berbeda dengan omega lain adalah Minhee dapat merasakan aura-aura di sekitarnya. Karena itulah, sejak awal ia tidak pernah berani menatap Yunseong karena Vampir itu memiliki aura mengerikan yang sangat kentara, ia lebih memilih berdekatan dengan Sihun atau Yohan yang masih memiliki aura hangat walau hanya sedikit dibandingkan dengan Yunseong.
"Kau masih takut denganku?" Minhee mengangguk pelan. Lalu sang Vampir menghela nafasnya, mengurangi aura pertahanan dirinya hingga setipis satir sutra barulah anak itu berani mendongak.
"B-bagaimana—"
"Aku mempercepat detak jantungku agar kau tak terus menunduk selama aku menjelaskan." Yunseong mencoba tersenyum tipis, walau terlihat cukup aneh oleh Minhee.
"Kau tahu instingku?"
"Sejak pertama kali melihatmu aku tahu semua isi kepalamu." Seketika Minhee mundur, memegangi kepalanya dan menatap Yunseong lebih panik dari sebelumnya.
"Kau tidak akan membunuhku dan mengambil isi otakku kan?" Yunseong mendengus geli yang membuatnya tersenyum cukup lebar dan tidak seaneh yang tadi. Ia tidak percaya ada seorang yang memiliki ide seacak itu dalam kepalanya.
"Tidak, aku tidak suka otak serigala." Minhee menghela nafasnya lega, dan merangkak kembali mendekati Yunseong. "—Rusa mungkin."
"Ewh, kau benar-benar kuat memakan bagian menjijikan itu?!" Minhee berhenti. Matanya mengerjap beberapa kali dengan mulut ternganga.
"Tidak tentu saja." Wajah datar itu kembali.
Setelah itu suasana di antara mereka membaik, dan nampaknya Minhee melupakan jika ia pernah takut berada disekitar Yunseong karena anak itu terus mengoceh tentang jenis daging apa yang ia sukai. Dan Yunseong mendengarkannya tanpa menyela, melupakan bukunya tergeletak di atas rumput lapangan tanding siang hari itu.
......................................
Junho menatap Eunsang yang terus menunduk menatap rumput, ia baru saja memarahi omega itu karena Eunsang terus teralihkan perhatiannya sejak tadi. Akhirnya Junho menghela nafas, jika seperti ini pun penjelasannya tidak akan di tangkap sepanjang apapun kalimatnya.
"Eu—"
"Maafkan aku Junho." Cicitan itu hampir tak terdengar, apa ia baru saja membuat seekor anak serigala menangis? Tapi Eunsang tidak mengeluarkan suara apapun setelahnya.
"Aku seharusnya mendengarkan Junho dan belajar, Aku seharusnya menjadi anak baik seperti yang Luhan saem pesankan. M-maafkan aku."
Junho tidak bisa mengatakan apapun ia bingung dirinya tidak pernah berada di situasi ini.
"Eunsang?" Suara lembut nan datar Sihun mengeluarkan Junho dari situasi canggung mereka.
"Sihun hyuuuuuuung." Eunsang berlari menghampiri Vampir yang lebih mungil darinya itu, memeluk lengan kiri Sihun dan menangis lagi di sana.
"Kau apakan adikku?" Hangyul hanya bertanya, karena dari tatapan mata Junho anak itu juga terlihat panik saat Eunsang menangis. Ia tidak terlalu ambil pusing karena bagaimaan pun sifat Eunsang tidak berbeda jauh dengan Minhee jika saat ini ia menangis alihkan saja atensinya dengan apapun maka ia akan berhenti dan melupakan alasan kenapa ia menangis.
"Sudah ya, nanti ku bawa kau bertemu dengan Priki di bukit jika kau berhenti menangis." Sihun mengusapkan jemari bekunya pada lelehan air mata Eunsang.
"Priki?!"
"Iya." Sihun mengangguk dan tersenyum hangat sesuatu yang mulai sering ia lakukan semenjak para serigala datang.
"Yeay, dengar kan Hangyul hyung aku akan bertemu dengan Priki." Lihat, bocah itu kini kembali melompat dan berubah menjadi wujud serigalanya. Berlari dan berputar layaknya anak anjing yang mengemaskan.
"Tapi kau harus belajar bersama Junho dulu."
"Oh." Seketika wujudnya kembali berganti, Eunsang berkedip polos beberapa kali sebelum berlari mendekati Junho memeluk lengan pria itu dan menanyakan beberapa kata aneh yang ia dengar darinya saat ia menjelaskan tadi.
Junho mengirimkan telepati pada Sihun saat langkah mereka sudah saling berlawanan.
'Terima kasih'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Academy || Pdx
Fanfiction[Fantasy] [AU] [Mistery] [Romance-comedy] Generasi baru menentukan takdir baru BXB Produece x 101 Alternative Universe