Wooseok berjalan hilir mudik dengan gelisah, kepalanya mulai sakit karena terus berpikir. Ada seonggok tubuh lemas berbaring di kasurnya. Tubuh itu tidak bergerak.
Jinhyuk pingsan.
Setelah memberikannya usapan halus di kepalanya beberapa saat lalu, membiarkan tubuh kecil itu bergetar mereaksi aliran darah istimewa yang sekarang sudah mengalir menjadi makanannya, tangan serigala itu terkulai dengan mata terpejam dan denyut lemah dari jantungnya.
Tidak.
Jinhyuk belum mati
Tapi sepertinya ia sekarat.
Dan di sini lah sang pangeran sibuk mondar-mandir di kamarnya memikirkan jalan keluar dari kekacauan egonya.
'Sejin.'
Beberapa ketukan terdengar dari arah pintu kamarnya beberapa saat setelah siratan itu.
"Apa. Yang kau. Lakukan!?" Kalimat sapaan itu terdengar tajam, di tambah warna merah segar yang masih mengkilap pada mata Wooseok tidak membantu memusnahkan prasangkanya sejak sore tadi.
"Kau boleh melakukan apapun padaku, tapi setelah menyembuhkannya." Sejin mendekati kasur yang di selimuti kelambu di sekelilingnya.
Sejin mengulurkan tangannya membiarkan sengatan-sengatan di tangannya, menyentuh pergelangan tangan Jinhyuk lalu menghea nafas.
"Ia masih bisa di selamatkan, dia hanya kehabisan energi. Besok pagi ia kan meminta banyak padamu jadi bersiaplah." Sejin menepuk pundak Wooseok sebelum kembali berjalan menuju pintu, ia masih harus berkeliling.
"Tunggu, apa maksudmu?" Sejin hanya tersenyum sebelum keluar dan membiarkan Woosoek kebingungan tanpa mendapatkan solusi yang berguna.
tanpa siapapun di ruangan itu, ada sosok lain yang saat ini tersenyum licik atas kemenangan tidak langsung yang ia dapatkan.
"Jackpot"
"Sampai Jumpa besok Minhee, pastikan buku yang kau ambil besok bukan hanya soal bunga." Minhee mengerutkan kedua belah bibirnya yang terkatup saat mengangguki perintah Yunseong.
Yunseong berniat untuk berbalik dan melanjutkan tugasnya, tapi langkahnya berhenti, saat jubahnya diremat oleh Minhee.
"M-maukah kau bersamaku setidaknya sampai Eunsang datang? A.....aku takut." Kalimat terakhir yang Minhee ucapkan hampir tidak terdengar. Tapi Yunseong mengangguk lalu membiarkan Minhee membawanya masuk ke dalam kamarnya dan Eunsang.
Tidak ada sepatah kata pun dari keduanya. Walau sudah terlewati beberapa pekan dan ia cukup mulai terbiasa dengan hal-hal tentang Yunseong tapi tetap saja. Aura perlindungan Yunseong masihlah sangat tajam.
"Awannya menghitam." Minhee mendongak dari kegiatannya merangkai bunga-bunga liar yang ia temukan selama belajar bersama Yunseong di lapangan tadi, bunga- bunga yang ia tancakan di potongan sarang lebah yang sudah tak bepenghuni benda itu di letakkan di atas mangkuk yang ia ambil saat makan siang.
Yunseong mendekati Minhee yang terduduk di atas karpet tebal kamarnya, ikut menghadap pintu kaca bening dan apa yang di katakan Minhee benar.
Awan surang yang setiap hari menyelimuti De Mescht menjadi semakin gelap dan dingin.
"Kau bisa mengatakan apa yang kau rasakan Minhee." Ucap Yunseong yang sudah ikut mendudukkan dirinya di samping serigala berambut putih itu memperhatikan gerak geriknya. Anak itu terus memperlihatkan gesture gelisah seakan mencoba tidak menoleh ke arah manapun karena ada hal buruk yang menatapnya.
"Aku merasakan ada yang mengawasi kita, sejak beberapa hari lalu aku terus melihat siluet hitam pekat dari sudut mataku setiap kali kau beranjak pergi setelah mengantarku ke sini. Juga kemarin saat Jinhyuk hyung terjebak di sisi atap kastil aku melihat asap hitam yang cenderung berwarna merah pekat menghilang terhembus tidak lama setelah pangeran meninggalkannya."
Yunseong terkesiap, matanya seketika menatap Minhee yang tidak beralih sedikitpun dari setangkai bunga lily biru di tangannya.
"Yang ku lihat bukanlah sesuatu yang buruk kan?" Yunseong meneguk salivanya lalu segera berdiri alih-alih menjawab pertanyaan Minhee.
"Kunci pintu dan jendelanya setelah aku keluar!" Yunseong berjalan cepat menuju pintu kamar itu.
"T-tapi....." Ternyata semua itu adalah hal buruk.
"Minhee.......Ikuti perintahku, dan jangan keluar dari kamar ini sampai Eunsang kembali!"
Lalu pintu kamar itu tertuutp dan Minhee melakukan apa yang Yunseong perintahkan. Namun seketika bulu di punggungnya meremang saat ia merasakan aura panas dan intimidatif yang sangat kuat dari arah belakangnya.
"Kau seharusnya mengunci Jendela lebih dulu, anak serigala." Kedua mata Minhee menegang ketakutan seketika
siluet itu.....
Bukan, itu bukan lagi siluet, tapi perawakan wajah merah mengerikan di sisi wajahnya. Minhee meneguk liurnya bulat-bulat, rahangnya bergetar ia bahkan tidak bisa bernafas saat ini saking ketakutannya.
Saat Yunseong menutup pintu Junho dan Eunsang berlari ke arahnya dengan kepanikan di wajahnya.
"Kenapa kau keluar?!?" Eunsang mencengkram bahu Yunseong dan menggeser tubuh Vampire itu dari pintu.
Ia mencoba membukannya namun naas, pintunya sudah terkunci.
"MINHEE!!" Eunsang menggedor pintu itu. "MINHEE BUKA PINTUNYA, ATAU SETIDAKNYA KATAKAN PADAKU KAU DI DALAM?!" Tidak ada sahutan.
"Kita dalam masalah." Ucap Junho akhirnya. Eunsang mulai menangis karena tidak ada sahutan sama sekali dari dalam kamarnya dan Minhee.
"Ada Iblis yang berhasil lolos dari penjagaan."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Academy || Pdx
Fanfiction[Fantasy] [AU] [Mistery] [Romance-comedy] Generasi baru menentukan takdir baru BXB Produece x 101 Alternative Universe