Hari itu, di saat adik-adiknya yang lain sudah mendapatkan pelajaran dari para mentor nya masing-masing. Jinhyuk satu-satunya yang berdiam diri di kamarnya dan Seungyoun.
Ia tidak menganggur, hanya Wooseok yang mengabaikannya.
Setelah hari pertama keduanya berkeliling yang lebih banyak Jinhyuk habiskan dengan pertanyaan-pertanyaan tak berguna hingga membuat Wooseok jengkel. Salah satu pangeran Vampir itu tidak pernah lagi menemuinya, dan karena Jinhyuk sendiri malas untuk melakukan hal yang sama alhasil ia hanya berbaring di kamarnya sampai seungyoun kembali atau sampai ia lapar.
Ngomong-ngomong soal lapar. Perut serigala itu berbunyi nyaring alhasil ia turun dari ranjangnya dan melompat keluar jendela.
Mendarat mulus di atas rerumputan, ia segera berjalan santai menuju dapur tempat Seungyoun menemukan ruang harta karun mereka.
Jinhyuk baru saja akan berbelok menuju lorong asrama saat langkahnya dihentikan Wooseok yang berdiri di hadapannya.
"Mau kemana?"
"Makan." Jinhyuk berkata acuh dan melewati tubuh mungil itu.
"Kau tidak seharusnya berada di sini sekarang."
"Kenapa?"
"Karena...."
"Kenapa aku harus menuruti perintah orang yang bahkan tak mau mengajariku." Jinhyuk berbalik dan menunduk mendekati Wooseok hingga wajah mereka sejajar. Tatapan itu keras dan penuh intimidasi. Inilah salah satu hal yang membuat Wooseok tidak bisa mengajari sang Alpha, ekspresi dan pikirannya yang sulit terbaca dan diantisipasi juga posturnya yang entah kenapa bisa jadi lebih besar saat pria itu ingin mengeluarkan aura pemimpinnya.
Iya, dia bukan tidak mau tapi tidak bisa. Karena ia sudah melihat semua itu satu hari penuh sejak para serigala datang. Dan itu belum bisa di atasi olehnya.
Ekspresi sang vampire masih sama walau isi kepalanya berkecamuk tapi ia tetap mempertahankan wajah datarnya.
"Karena feromonmu akan membahayakan banyak orang sekarang ini." Itu jawaban asal yang membuat Jinhyuk sendiri terkekeh.
"Ck, jangan bercanda." Namun saat ia berbalik, banyak pasang mata yang menatap mereka, yaa sekarang memang sudah waktunya makan siang yang artinya tepat saat semua kelas pagi berakhir. Langkah si kaki panjang itu berhenti.
"Sudah ku bilang." Woosoek mencengkram bahu Jinhyuk lalu mengibaskan jubahnya, membawa keduanya pergi dari tontonan para murid.
Saat mereka sampai di atap, tubuh Jinhyuk terhuyung ketika kakinya menapak.
"Kenapa kau membawaku ke sini?" Ayolah, niat awalnya hanya untuk makan, kenapa sampai di sini.
"Sudah ku bilang kau tidak boleh berkeliaran sekarang ini." Wooseok berdiri beberapa langkah di depannya terlihat semakin mungil seperti sebuah bunga sepatu yang masih menguncup.
"Untuk apa aku mendengarkanmu?" Jinhyuk mengorek telinganya yang masih berdengung selepas mereka berpindah tadi.
"Ini perintah!"
"Dari siapa? Darimu? Ck, kedudukanmu sebagai seorang pangeran membuatmu mejadi sangat otoriter sepertinya, yang mulia?" Ia tahu informasi ini dari Byungchan, anak itu sangat kegirangan di hari pertama ia mendapatkan fakta bahwa yang mengajarinya adalah putra mahkota dan Wooseok sebagai pangeran yang masih bersikeras merebut posisi itu.
Padahal anak itu tau jika Jinhyuk adalah calon tunggal pemimpin clan mereka di masa depan.
Tangan Wooseok terkepal, tidak terima dengan penghinaan itu. Ia menarik keluar belati yang tergantung di sisi pinggangnya dan berbalik, menyerang Jinhyuk yang mundur secepat sisi tajam belati itu mencoa menggores pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Academy || Pdx
Fiksi Penggemar[Fantasy] [AU] [Mistery] [Romance-comedy] Generasi baru menentukan takdir baru BXB Produece x 101 Alternative Universe